ANGGOTA Komisi II DPRD Kabupaten Alor, Provinsi NTT, Walter M.M.Daremoli,SE saat dialog antara Komisi II dengan Kepala Perum Bulog Kalabahi, Daenny Nicxan Obije pada Jumad (3/3/2023) lalu, mempertanyakan berapa total konsumsi beras untuk seluruh masyarakat Kabupaten Alor per bulan. PertanyaanWalter dijawab Nicxan Obije bahwa rata-rata 200 ton per bulan. Kalau menurut Pemkab Alor yang disampaikan Kadis Perdagangan, kata Walter, bahwa kebutuhan beras masyarakat Kabupaten Alor itu 80 ton per bulan.
“Kalau ternyata 200 ton per bulan, maka kita mau tahu, berapa kontribusi Bulog atas peredaran beras (200 ton) ini berapa persen, dan sisanya oleh distributor,”tanya Walter.
Ketua Bapemperda DPRD Kabupaten Alor ini berpendapat, bahwa sesuai informasi yang disampaikan Bulog Kalabahi bahwa akan masuk 300 ton (dari Nusa Tenggara Barat) pada Minggu ini, berarti ada kelebihan sehingga diharapkan agar dapat digunakan secara maksimal untuk operasi pasar murah, agar dapat menurunkan harga beras di Alor.
“Itu berarti data dari pemerintah itu kita harus cross chek ulang lagi. Mereka (Pemkab melalui Dinas Perdagangan) jangan main-main. Setiap kebijakan pemerintah harus berdasarkan data statistik. Kalaiu tidak, alat ukurnya apa,”tegas Walter dibenarkan Sekretaris Komisi II, Ibrahim Nampira.
Kepada Komisi II DPRD Alor, Kabulog Nicxan Obije mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan pasar beras murah selama satu bulan lebih. Hal ini dinilai Walter, harusnya sudah bisa menstabilkan harga beras d Alor.
“Kalau operasi pasar sudah lebih dari satu bulan tetapi tidak dapat merubah harga pasar, berarti ini krisis, bukan soal permintaan dan penawaran lagi, Jadi manajemen krisis yang bapak (Kabulog) bangun itu memang harus begitu dengan stok yang ada saat ini. Kalau stok beras yang ada saat ini 60-an ton, ditambah dengan yang masuk minggu ini 300 ton, maka harga harus sudah normal,”tandas Walter.
Alumni FE Unika Kupang ini berpendapat bahwa kelangkaan itu ada dua. Pertama, jelas Walter, karena stok barang memang tidak ada. Kedua, barangnya ada tetapi tidak terdistribusi.
“Tadi kita lihat Ombay (Toko Ombay) punya, katanya begitu banyak beras yang masuk, tetapi kalau agen-agenya (agen penjualan) terbatas maka kita anggap itu langka dan dia bisa jadi monopoli. Karena mindest yang dia (Ombay) bangun itu adalah kelangkaan, padahal stoknya cukup untuk semua. Makanya tadi pagi kami sudah cek ke PT.Pelindo dan juga di Expedisi juga tentang berapa kapal yang masuk dan masing-masing kapal itu membawa berapa banyak beras. Kami juga ke distributor untuk mencari tahu distribusinya ke mana dan berapa banyak, sehingga kita cocokan dengan data dari Expedisi. Kalau selisi data, artinya ada yang tercecer,”ujar Walter.
Karena, lanjut Walter, harga beras di Alor saat ini tidak turun-turun juga, maka setelah stok beras masuk (300 ton dari NTB dan 92 ton dari Surabaya, Jawa Timur), maka Bulog Kalabahi dengan kekuatan penuh turun melakukan operasi pasar murah. Dengan demikian. kata Walter, bisa mengintervensi harga beras agar kembali stabil.
“Kalau Bulog bilang sudah intervensi dengan pasar murah selama hampir dua bulan, tetapi harga beras di Alor tidak turun juga, masalhnya di mana. Kelemahan kita itu, yakni total konsumsi beras untuk masyarakat kabupaten ini kita belum tahu data pasti. Karena psikologi orang jual dan beli itu bisa membuat panik. Kalau muncul kepanikan itu dalam ilmu ekonomi dapat mempengaruhi harga barang,”jelas Walter.
Lebih jauh walter menjelaskan bahwa Panic Buying (membeli karena panik) itu misalnya, kebutuhan beras satu rumah tangga hanya 20 Kg/bulan, tetapi karena isu kelangkaan beras dan macam-macam beredar di masyarakat, membuat orang panik. Akibatnya, satu rumah tangga bisa membeli beras 50 Kg atau lebih untuk persediaan. Kondisi ini, urai walter, akan sangat mempengaruhi harga, karena orang ekonominya maju akan membeli beras dalam jumlah banyak sebagai persediaan akibat panik, lalu yang ekonomi pas-pasan tidak kebagian karena beras di pasar mulai langka akibat diborong oleh orang yang mampu.
“Jadi persoalan sekarang ini bukan persoalan distribusi. Jadi kita harapkan, agar Bulog tetap menjaga ketersediaan stok beras, karena pengendalian harga beras sekarang ini ada di Bulog. Begitu stok beras Bulog masuk, dan stok beras swasta oleh distributor di Kalabahi juga masuk, lalu kita pantau dalam satu minggu ternyata harga beras tidak turun juga, maka Bulog harus turun operasi pasar dengan kekuatan penuh, sambil membuat permintaan stok untuk masuk lagi. Jadi saya kira, manajemen krisi ini yang harus tetap dijaga,”saran Walter.
Menurut Walter, Bulog Kalabahi sudah operasi pasar selama lebih dari satu bulan tetapi harga beras tidak turun, karena ada kaitannya dengan stok beras di setiap rumah tangga. Kalau operasi pasar murah itu, Bulog hanya melayani 5 Kg atau 10 Kg beras per rumah tangga maka itu tidak cukup untuk sebulan. Walter berharap agar dievaluasi sehingga masyarakat bisa dilayani Bulog untuk membeli 20 Kg beras/rumah tangga sehingga bisa mencukup kebutuhan kurang lebih sebulan. Dengan demikian, ujar Walter, kalau dalam waktu kurang lebh sebulan itu ada stok beras di rumah, maka orang tidak lagi membeli beras di pasar-pasar, maka para pedagang beras akan menurunkan harga beras.
Saran Walter Datemoli ini disambut baik Kabulog Kalabahi, Nicxan Obije dan siap melayani masyarakat sesuai kebutuhan. (ap/linuskia)