TLM, Forkomdes dan Dinas PMD Alor Datangkan Direktur Bumdes Ponggok-Jateng, Mimpi Ciptakan Bumdes Milyarder  

author
14 minutes, 5 seconds Read

YAYASAN Tanaoba Lais Manekat (TLM) Kupang bekerja sama dengan Forum Komunikasi Pemerintah Desa (Forkomdes) Kabupaten Alor dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Alor, mendatangkan Pakar dan Direkur Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Ponggok di Jawa Tengah, untuk mejadi pemateri dalam Pelatihan Kapasitas Tata Kelola Bumdes di Kabupaten Alor selama dua hari, pada 1-2 Agustus 2022 silam. Sekretaris Dinas PMD Kabupaten Alor, Endyona Kawangkari,S.Sos menginformasikan media ini bahwa kegiatan tersebut berkat kolaborasi antara TLM Kupang dan Forkomdes Kabupaten Alor sebagai upaya pengembangan Bumdes di daerah ini.

Maka sebagaimana pantauan alorpos.com, pelatihan ini dibuka Kepala Dinas PMD Kabupaten Alor, Drs.Imanuel Djobo,M.Si., Senin (1/8/2022) di aula Hotel Marlina Kalabahi. Saat itu, El Djobo, demikian panggilan akrab Imanuel Djobo, didampingi Fren Neno selaku Kepala Bidang Advokasi Desa di TLM Kupang, Ketua Forkomdes Kabupaten Alor yang juga Kepala Desa Dulolong, Muhamad Palae, seta pakar dibalik sukses besar Bumdes Ponggok, Lili Trijatmiko dan Direktur Bumdes Ponggok, Joko Winarno.

Dari kiri ke kanan, Lili Trijatmiko, Direktur Bumdes Ponggok Joko Winarno, Kadis PMD Alor, Drs.Imanuel Djobo,M.Si dan Kepala Advokasi Desa TLM Kupang, Fren Neno saat pembukaan pelatihan di Aula Hotel Marlina Kalabahi, Senin (1/8/2022)

Direktur Bumdes Ponggok, Joko Winarno menjawab media ini di sela-sela pembukaan pelatihan ini mengatakan terima kasih, karena tim dari Ponggok datang ke Kabupaten Alor ini merupakan kesempatan yang luar biasa.
“Kami baru perama kali di Alor. Begitu kami tiba, melihat bahwa di sini (Alor), di sepanjang jalan itu uang sebenarnya. Artinya potensi Alor cukup besar. Kami di Ponggok itu berawal dari desa miskin, tetapi kami punya kepala desa yang visioner. Kami cuma pendamping, bersama pa Lili (Lili Triatmoko) sebagai konseptor yang mengkonsep bagaimana menerjemahkan mimpi Kepala Desa Ponggok untuk memajukan desa dan merubah nasib warganya,”kata Joko.
Singkat cerita, lanjut Joko, Bumdes Tirta Mandiri Desa Ponggok dianggap secara nasional merupakan Bumdes yang cukup baik dan bisa menjadi percontohan nasional di Kementrian Desa. Berawal dari itu, ungkap Joko, banyak yang datang study banding ke Bumdes Ponggok yang saat ini punya pendaptan Rp 16 Milyar per tahun itu. Tetapi menurut kajian mereka, sejak Tahun 2016 hingga 2022 ini, setelah datang study banding, begitu kembali ke desanya, bingung untuk memulainya dari mana.
“Maka harapannya, dengan kami datang langsung ke sini (Alor), dalam rangka mendengar langsung dan tahu lebih dekat Alor itu seperti apa, dan ada percontohan. Paling tidak, ada Ponggok Ponggok baru di setiap kabupaten di NTT. Karena harapannya, di NTT ini ada salah satu Bumdes yang bisa menjadi contoh di tingkat Propinsi NTT, dan semoga salah satunya di Kabupaten Alor,”tandas Joko.
“Ini menjadi mimpi bersama, niatan baik kami dengan teman-teman kepala desa dan disupport oleh Dinas PMD dan TLM, maka ini kolaborasi yang baik menurut kami. Dan tentunya hal ini pun tak luput dari support teman-teman media, yang ikut mengangkat potensi yang baik ini di Alor, supaya memberikan kontribusi terhadap masyarakat di Kabupaten Alor pada umunya, dan masyarakat di desa pada khususnya,”sambung Joko.
Berbicara potensi, Joko berpendapat bahwa potensi di Desa Ponggok jika dibandingkan dengan potesi di Alor, maka di Alor jauh lebih banyak, tinggal bagaimana dikelola secara baik. Makanya, jelas Joko, ada pelatihan tersebut, sebagai salah satu langkah yang baik agar bagaimana bisa memanfaatkan potensi yang ada di Alor, khususnya di desa-desa secara baik.

Sementara itu, Lili Trijatmiko selaku konseptor di balik sukses besar Bumdes Tirta Mandiri Desa Ponggok menambahkan bahwa sukses untuk bisa maju, harus berani mengambil keputusan.
“Jadi yang pertama itu harus berani mengambil keputusan. Kedua, bisa mengajak masyarakat untuk bergerak semuanya, dan punya sense of business (jiwa bisnis) yang bagus. Ketiga, harus visioner dan punya kemampuan di bidang bisnis,”tandas Lili.
sedangkan peran pemerintah, kata Lili, agar membuat kebijakan dengan regulasi (aturan) dan masyarakat memdukung dalam pelaksanaannya. Lili berjanji akan selalu memberi dukungan dan kiat-kiat jitu bagiaman Bumdes di Alor bisa mengembangkan potensi yang ada di desa masing-masing, sehingga Alor bisa maju karena ada desa milyarder.

Kadis PMD Kabupaten Alor, Imanuel Djobo (tengah) foto bersama usai membuka pelatihan

Untuk diketahui, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Alor, Drs.Imanuel Djobo,M.Si mengawali sambutannya sebelum membuka pelatihan ini dengan menyampaikan terima kasih khusus kepada Joko dan Lily dari Bumdes Tirta Mandiri Desa Ponggok, Klaten Jawa Tengah yang telah hadir di Kabupaten Alor. El Djobo menyebutnya ini sebagai kolabiarsi kebaikan, kerja sama kebaikan, karena tidak bisa pemerintah melalui PMD bekerja sendiri, atau pemerintah desa bekerja sendiri, Forum Komunkasi Desa bekerja sendiri. Harus ada kerja sama lintas sektor dengan berbagai macam pihak, agar bisa mengentaskan yang namanya kemiskinan ini.

“Intervensi dari teman-teman TLM untuk menginsiasi terwujudnya pemberdayaan ekonomi di desa, melalui Bumdes yang maju dan mandiri, maka saya sebagai Kepala Dinas PMD, tentu akan memberikan dukungan yang penuh terhadap kegiatan ini,”tandas El Djobo.
Menurut mantan Sekretaris Dinas PMD Kabupaten Alor ini, bahwa inisiasi untuk Bumdes yang maju dan mandiri di Kabupaten Alor sudah dimulai sejak Tahun 2012, sebelum adanya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
“Saat saya menjadi Kepala Bidang UM, kami mulai menginisiasi pembentukan Bumdes, sehingga kami bekerja sama dengan teman-teman dari Wahana Visi Indonesia (WVI). Dan saat itu ada satu Bumdes yang bagus, yakni Bumdes Ampera Mainang di Desa Welai Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara. Waktu itu Bumdes Ampera menjadi Bumdes percontohan di kabupaten Alor karena luar biasa perkembangannya. Tetapi kemudian Bumdes inipun hilang tanpa berita,”kisa El Djobo.
Setelah lahir UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, demikian El, maka semua berlomba-lomba membentuk Bumdes, karena dianggap sebagai lembaga yang bisa menggerakkan ekonomi masyarakat di desa, dan pada akhirnya untuk pengentasan kemiskinan. El mengungkapkan, bahwa sesuai data di Dinas PMD, berdasarkan hasil verifikasi, dari 158 desa di Kabupaten Alor, baru 103 desa yang membentuk Bumdes, sisa 55 desa yang belum.
“Mungkin sudah terbentuk, tetapi data yang ada di kami baru 103 desa yang sudah membentuk Bumdes. Dari 103 Bumdes itu, kita bisa klasifikasi ada Bumdes yang masuk kategori dasar, kategori tumbuh, kategori berkembang dan kategori mandiri. Tetapi untuk 103 Bumdes dari hasil verifikasi kami. sebagian besar Bumdes masih masuk kategori dasar. Memang ada empat Bumdes yang masuk dalam kategori berkembang, yaitu Bumdes Desa Pintu Mas, Bumdes Lewalu, Bumdes Alila Selatan dan Bumdes Motongbang. Ini hasiil identifikasi kami dari Dinas PMD. 4 Bumdes itu mungkin salah satu yang dikunjungi bapak-bapak dari TLM dan pa Joko dan Lili dari Bumdes Tirta Mandiri Desa Ponggok. Kondisi kita seperti itu,”tandas putra mantan Bupati Alor, Drs.Jack Djobo ini, sembari menyebut kehadiran Joko dan Lili dari Bumdes Desa Ponggok untuk merubah air menjadi anggur, merubah batu menjadi roti di Alor, sehingga kita harus terbuka.

Imanuel Djobo (kiri) dan Ketua Forum Komunikasi Pemerintah Desa Kabupaten Alor, Muhamad Palae

Bagi El Djobo, kendala utama kita kenapa belum ada Bumdes yang berkembang dan mandiri karena saat membentuk Bumdes, belum melakukan kajian yang baik tentang potensi desa. Masih asal-asalan saja membuka unit usaha, misalnya di sebelah ada usaha kios, di sini juga buka usaha kios. Di sana usha simpan pinjam, di sini juga buat usaha simpan pinjam.
“Jadi tidak melalui kajian yang baik, akibatnya ketika Bumdes berjalan dua tiga tahun, lalu hilang tanpa bekas. Ada juga Bumdes yang kami dampingi melalui kajian potensi desa. Tetapi dinamika politik lokal juga membuat Bumdes tidak bisa maju dan berkembang. Kalau tadi bapak (Fren Neno) dari TLM bilang pada Tahun 2025 ada Bumdes Miliarder, saya bilang kalau Kepala Desa yang ada saat ini sampai Tahun 2025 itu baik. Jangan sampai Tahun 2024 gani kepala desa, lalu pengurus Bumdes juga ganti orang lagi. Itu yang kita kepala sakit. Dinamika politik lokal di desa seperti itu, ganti kepala desa, ganti pengurus Bumdes. Ini kondisi riil yang kita alami,”tegas El Djobo.
Selain itu, lanjut El, karena unit usaha Bumdes terlalu banyak. Menurutnya setiap Bumdes harus fokus dulu pada salah satu jenis usaha, dan nanti kalau usaha tersebut sudah tumbuh bagus, baru melahirkan anak-anak unit usaha yang lain. El menilai unit usaha yang paling fatal adalah Unit Usaha Simpan Pinjam di Bumdes.
“Saya paling tidak suka kalau ada usaha simpan pinjam, karena itu sama saja kita meggali lobang dan kita masuk sendiri. Karena apa, mau pinjam uang kita tidak bisa tidur karena yang mau pinjam datang terus, tetapi ketika sudah dikasih dan mau tagih, kita cari setengah mati. Lalu Bumdes mati. Jadi Bumdes yang punya usaha simpan pinjam agar berhenti sudah,”saran mantan Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Alor ini.
Ada juga, lanjut El, jenis usaha Bumdes yang sama dengan unit usaha masyarakat, misalnya kios. Hal ini menimbulkan bentrok karena kehadiran Bumdes justru mematikan unit usaha masyarakat setempat yang sudah ada. El mengungkapkan, dari hasih pantauan mereka, ada Bumdes yang supaya usaha kiosnya cepat laku, maka harga barangnya dibawah harga kios milik masyarakat, sehingga itu mematikan usaha masyarakat. Maka dia mengharapkan agar kalau mau usaha kios, maka kios Bumdes harus menjadi grosir seperti di Bumdes Probur Utara, sehingga masyarakat yang punya kios di Halerman tidak perlu ke Kalabahi untuk beli barang-barang kios, tetapi membeli di Kios Grosir milik Bumdes yang bekerja sama dengan toko grosir di Kalabahi.

Sekretaris Dinas PMD Alor, Endyona Kawangkari,S.Sos (kanan) bersama sejumlah pejabat terkait saat pembukaan pelatihan Tata Kelola Bumdes

Menurut El, Yayasan TLM yang membiayai Joko dan Lili dari Desa Ponggok untuk membagi ilmunya kepada 30 Pengurus Bumdes di Kabupaten Alor. Setelah pelatihan selama dua hari tersebut, El berharap agar minimal ada satu atau dua Bumdes yang dianggap bagus, karena usaha dan pengelolaan administrasinya bagus dan pengurusnya bagus, agar kita jadikan sebagai Bumdes percontohan.
“Karena Bumdes Tirta Mandiri di Ponggok ini bagus, kita tidak boleh kalah karena mereka makan nasi, kita juga maka nasi. Bahkan potensi kita di Alor mungkin lebih dari yang ada di Desa Ponggok sana. Cuma bedanya adalah kita ,mengelola potensi kita secara baik. Itu saja. Kita belum punya komitmen, kemauan untuk bisa maju seperti mereka di Desa Ponggok,”ujar El.
Karena kalau kita bicara Bumdes, lanjut dia, maka kita sudah bicara untung rugi. El berpendapat, sudah masuk dalam dunia bisnis, dan dunia bisnis itu kalau bagus dan kuat maka tetap berdiri, tetapi kalau lemah dan kelola salah-salah ya mati.
“Karena itu, dengan pelatihan, lahir satu dua Bumdes yang bagus di Kabupaten Alor. Pengurus Bumdes yang ikut pelathan dan pembengkalan tekhnis oleh bapak-bapak dari Bumdes Desa Ponggok ini agar jangan diganti supaya ada kesinambungan,”saran El Djobo.
Meneurutnya, meski kepala desa berganti, Kepala Dinas PMD berganti, tetapi road map atau gars besar pembinaan Bumdes sudah ada, sehingga orangnya boleh berganti, tetapi sistim, mekanisme dan tahapan pelaksanaan sudah ada, maka tidak akan berganti.

Fren Neno dari TLM Kupang (kedua dari kanan) saat berbicara dalam Pelatihan Kapasitas Tata Kelola Bumdes di Kabupaten Alor

Sementara itu, Fren Neno selaku Kepala Bagian Advokasi Desa di Yayasan TLM Kupang dalam sambutannya menyampaikan bahwa sebelum pelatihan tersebut, pihaknya bersama pakar dan Direktur Bumdes Tirta Mandiri Desa Ponggok, Klaten Jawa Tengah, sudah berkeliling pada sejumlah desa di Kabupaten Alor selama empat hari.
“Kami sudah berkeliling Alor selama empat hari, dari gunung ke laut, dari laut ke gunung untuk melihat keindahan Alor, dan hari ini, kita akan bertemu selama dua hari, tanggal 1 dan 2 Agustus 2022 untuk kegiatah Pelatihan Kapasitas Tata Kelola Bumdes,”tandas Fren, sembari memohon maaf atas nama Direktur Yayasan TLM, Rosali yang tak sempat hadir karena ada kesibukan tugas lainnya yang tak bisa ditinggalkan.
Menurut Fren, Yayasan TLM sudah bekerja di Alor sejak Tahun 2019 dan ikut membidani lahirnya Forum Komunikasi Pemerintah Desa di Kabupaten Alor. Ia memperkenalkan, bahwa TLM itu Yayasan yang dibentuk oleh Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), dengan modal awal Rp 2.500.000 pada Tahun 1995, dan mulai berkembang dan mampu menghasilkan aset hampir Rp 1 Triliun saat ini, melalui tiga unit usaha, yakni Bank TLM, Koperasi TLM dan Koperasi Konsumen.
Dia menginformasukan, bahwa TLM saat ini bekerja di lima propinsi , yakni di Propinsi NTT, NTB, Bali, Sulawesi Tengah, dan Propinsi Sulawesi Barat. Khusus di NTT, lanjt Fren Neno, TLM ada di enam kabupaten, yakni Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kupang, Rote Ndao, Sumba Timur, Alor dan Kabupaten Ende.

Suasana Pelatihan Kapasitas Tata Kelola Bumdes di Kabupaten Alor dengan nara sumber Direktur Bumdes Tirta Mandiri Desa Ponggok, Klaten Jawa Tengah, Joko Winarno dan Lili Trijatmiko

“Sebenarnya kegiatan (Pelatihan Tata Kelola Bumdes) ini, pada konsep awalnya kami bertemu dengan Desa Ponggok di Tahun 2017, melihat hal yang luar biasa, ada Bumdes yang punya pendapatan sampai Rp 14 Milyar. Maka kami pulang, kami pikir-pikir, bagaimana caranya agar Bumdes di NTT juga punya pendapatan yang luar biasa. di Tahun 2022, tepatnya bulan Februari, kami mengirim lagi sepuluh kepala desa di NTT, tiga diantaranya dari Kabupaten Alor,”ungjkap Fren.
Tetapi setelah pihaknya melakukan evalusi, ternyata setelah mereka mengirim orang untuk pelatihan-pelatihan ke Desa Ponggok, kurang memberi dampak yang besar. Fren mengaku sudah keliling Alor dari Maritang, Pantar, Baranusa (Pantar Barat), Bakalang, Lembur, Teluk Mutiara, untuk mengevaluasi perkembangan Bumdes, ternyata dampaknya kecil sekali. Maka pihaknya menyampaikan ke Ponggok, bahwa TLM punya mimpi agar Pimpinan Bumdes Trita Mandiri Ponggok bisa datang untuk mengajar cara mengelola Bumdes di NTT.
“Puji Tuhan, teman-teman di Ponggok sangat merespon dan menyambut baik. Konsep awalnya, saat saya berbicara dengan bapak Kadis (Kadis PMD Alor, El Djobo) di bulan Januari Tahun 2022, bahwa kita adakan pelatihan selama tiga atau empat kali setahun. Tiga bulan sekali kita adakan pertemuan seperti ini, kita evaluasi sampai jadi satu Bumdes yang baik. Dua minggu sebelum kegiatan, pa Rosali (Diretur TLM Kupang) kontak pa Joko (Direktur Bumdes Tirta Mandiri Desa Ponggok di Klaten, Jawa Tengah), kami dapat ide dan mimpi TLM, dan saya berharap menjadi mimpi besar kita bersama, kita ciptakan minimal satu Bumdes di NTT yang sama dengan Bumdes Tirta Mandiri Ponggok. Mimpi ini juga ternyata sama dengan mimpi besar Ponggok. Karena pa Joko bilang punya mimpi yang sama agar bisa menciptakan Ponggok Ponggok lain di Indonesia,”kisah Fren.
Berangkat dari ide tersebut, pihaknya mulai menyampaikannya kepada tiga kabupaten di Propinsi NTT, yakni Kabupaten Rote Ndao, Alor dan Kabupaten Ende. Dan menurutu Fren, hanya satu yang respon baik, yakni Kabupaten Alor. Karena itu Fren berterima kasih kepada Kadis PMD Alor, Imanuel Djobo atas respon baiknya karena punya mimpi yang sama bisa menciptakan Ponggok di NTT, mulai dari Alor.

Ketua Bumdes Desa Subo, Kecamatan Alor Selatan saat mengajukan pertanyaan saat pelatihan Kapasitas Tata Kelola Bumdes di Hotel Marlina Kalabahi

“Makanya kami datang lebih awal ke Alor bersama teman-teman dari Ponggok, melakukan survei selama enam hari, kita survei enam desa, dan TLM punya komitmen untuk melanjutkannya, tidak hanya sampai tahap perencanaan yang akan dilakukan teman-teman di Ponggok, tapi pendampingan sampai menjadi desa milyarder. Tetapi kalau ini hanya jadi mimpi kami, mimpi Ponggok dan mimpi Bapak Kadis dan teman-teman di PMD, tentu tidak akan jalan,”tegas Fren.
Dia mengajak agar kalau bisa, untuk wujudkan mimpi ini maka perlu kerja sama, kerja baik dan dituntun oleh orang-orang yang tidak diragukan lagi kemampaunnya seperti Joko dan Lili dari Desa Ponggok, karena sudah ada bukti. Fren memastikan, bahwa TLM akan mendukung sampai ada satu desa jadi desa milyarder di Alor. Kalau bisa, lanjut Fren, jangan satu, dua atau tiga, tetapi dalam tempo dua tiga tahun ke depan, 30 desa yang pengurus Bumdesnya mengikuti pelatihan tersebut sudah menjadi desa milyarder.
“Kami TLM berharap, semoga apa yang kami cita-citakan menjadi cita-cita kita bersama,”pungkas Fren.

Ketua Forkomdes Kabupaten Alor, Muhamad Palae saat menyampaikan sapaan di Pembukaan Pelatihan Kapasitas Tata Kelola Bumdes

Sebelumnya, Ketua Forkomdes Kabupaten Alor, Muhamad Palae dalam sapaannya antara lain menyampaikan bahwa kegiatan pembukaan pelatihan tersebut tidak banyak acara seremonialnya, sehingga tidak laporan panitia, maka dia langsung saja menginformasikan bahwa terseleggaranya kegiatan ini atas kerja sama antara Yayasan TLM GMIT Kupang dengan Forkomdes Kabupaten Alor.
“Adapun kontribusinya adalah bahwa kehadiran teman-teman dari Desa Ponggok Bumdes Tirta Mandiri ini dbiayai langsung oleh teman-teman dari TLM. Kemudian kita yang hadir pada kesempatan ini, lewat kontribusi uluran tangan dari bapak/ibu semua yang kita sudah tahu nominlanya, untuk memperlancar kegiatan pada hari ini,”tandas Palae.
Atas nama Pengurus Forkomdes Kabupaten Alor, Palae yang juga Kepala Desa Dolong, Kecamatan Alor Barat Laut ini menyampaikan harapannya kepada para Kepala Desa dan 30 Pengurus Bumdes dari 30 Desa sebagai peserta pelatihan tersebut agar bisa keluar dari keterbelakangan untuk membedah desa, dan menghidupkan desa masing-masing.
“Kita harus menunjukkan kepada masyarakat kita, bahwa kita juga mampu untuk memimpin desa kita itu dengan hadirnya Badan Usaha Milik Desa yang bagus, yang baik. Mudah-mudahan setelah pelatihan ini ada output-nya, sehingga jangan sampai kita menambah kekecewaan teman-teman dari TLM. Jangan sampai mereka (TLM) menganggap bahwa berbagai usaha yang mereka lakukan untuk membesarkan kita, tetapi kita hanya diibaratkan seperti pedati, yang ketika didorong baru jalan, ketika dihentikan, diambil tangannya, kita hanya berdri di tempat,”kata Palae memotivasi teman-temannya.
Dia juga menghimbau, agar kesempatan itu dimanfaatkan sebaik-baiknya dan coba untuk bangkit, berdiri sembari mengharapkan perhatian yang lebih dari Kadis dan Sekretaris BPD Kabupaten Alor dan jajarannya.
“Kita semua punya kekurangan. Saya yang ada omong ini juga punya kekurangan karena Bumdes juga ada jatuh bangun. Tetapi kita coba untuk sama-sama berdiri dan bangkit,”pungkas Palae. (ap/linuskia)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *