PERSATUAN Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI) dan SSR (Sub-Sub Recipient) Klinik Sta.Elisabeth Tombang menggelar kegiatan Sosialisasi dan Advoksi Pelaksanaan Program Malaria PERDHAKI Tingkat Kabupaten Alor Tahun 2021, Rabu (22/12/2021) lalu, di Aula Hotel Pulo Alor, Kalabahi. ibu kota Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Pantauan alorpos.com, kegiatan yang melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di lingkup Pemerintah Kabupaten Alor ini, dibuka Ketua Komisi III DPRD Alor, Mulyawan Djawa,SH. Pasalnya, Bupati Alor, Drs.Amon Djobo dan Ketua DPRD Alor, Enny Anggrek,SH sedang menghadiri Upacara HUT Propinsi NTT dan Kabupaten Alor ke-63 di Kantor Bupati Alor.
Meski demikian, Bupati Alor, Drs.Amon Djobo menyempatkan diri untuk mampir di Aula Hotel Pulo Alor untuk memberikan motivasi bagi kesukseskan target mengeliminasi penyakit malaria di Kabupaten Alor.
“Saya hadir karena menilai pentingnya kegiatan kemanusiaan di bidang kesehatan yang dilakukan teman-teman swasta bersama lintas sektor untuk pemberantasan malaria. Saya menyampaikan proviciat dan terima kasih kepada Suster Agnes dan SSR Klinik Sta.Elisabeth Tombang yang sudah membantu pemerintah daerah ini,”kata Djobo.
Bupati Alor dua periode ini berharap agar semua stakholder terkait saling kerja sama dan saling menghargai secara baik dalam pelaksanaan program tersebut sehingga berhasil. Bupati berkomitmen akan membantu SSR Klinik Sta,Elisabeth Tombang dalam melaksanakan program pemberantasan malaria di Kabupaten Alor.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Alor, Mulyawan Djawa,SH mengawali sambutannya sebelum membuka kegiatan ini, menyampaikan permohonan maaf dari Ketua DPRD Kabupaten Alor, Enny Anggrek,SH yang tak sempat hadir saat itu karena di saat yang sama menghadiri upacara HUT Kabupaten Alor dan Propinsi NTT di Kantor Bupati Alor. Mulyawan menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada PERDHAKI dan SSR Klinik Sta.Elisabeth Tombang yang ternyata telah berkiprah di daerah ini sejak beberapa tahun silam.
“Hari ini baru saya tahu, bahwa ada kegiatan-kegiatan sebelumnya yang dilakukan PERDHAKI dan SSR Klinik Sta.Elisabeth Tombang di Alor. Maka saya mewakili lembaga DPRD Kabupaten Alor menilai apa yang telah dilakukan itu sangat positf dan luar biasa dalam upaya mencegah penyakit malaria di daerah ini,”tandas Mulyawan.
Menurut politisi muda yang sudah tiga periode menjadi anggota DPRD Alor ini, bahwa epidemi malaria di Kabupaten Alor telah menjadi trend, apalagi di musim-musim (penghujan) seperti sekarang ini. Karena itu, lanjut Mulyawan PERDHAKI dan SSR Klinik Sta.Elisabeth Tombang tidak boleh dibiarkan berjalan sendiri. Pimpinan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait dan para Kepala Desa/Lurah, dihimbau Mulyawan agar bersinergi dan bersama-sama bekerja, saling mendukung sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing, agar bisa mencapai apa yang disampaikan Sr.Agnes Tere selaku Pimpinan SSR Klinik Sta.Elisabeth Tombang, bahwa terget di Tahun 2022 ini, malaria sudah tereliminasi dari Kabupaten Alor.
“Target ini bisa terwujud, asalkan ada kerja sama antara OPD terkait, juga teman-teman di PERDHAKI dan SSR Klinik Sta.Elisabeth Tombang. Karena itu saya berterima kasih kepada OPD yang sudah meluangkan waktu untuk hadir dan berdiskusi mencari solusi dalam mencapai target yang hendak dicapai,”tandas Mulyawan.
Menurut Mulyawan, kalau target Alor bebas dari malaria, maka lokasi target pencegahannya harus di 175 desa/kelurahan se-Kabupaten Alor. Karena itu dia menyarankan PERDHAKI bersama Dinas Kesehatan setempat agar melakukan pencegahan dengan melibatkan semua Organisas Perangkat Daerah.
Sedangkan Asisten II Setda Kabupaten Alor, Drs.Dominggus Asadama yang baru tiba di lokasi kegiatan setelah mengikuti upacara HUT Propinsi NTT dan Kabupaten Alor ke-63 pada 22 Desember 2021, diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan. Menurut Asadama, bicara malaria, maka Indonesia Timur itu sudah menjadi sahabat.
“Alor apalagi. Orang datang di Alor kalau tidak kena malaria berarti belum bersatu dengan Alor. Karena malaria itu sudah bersahabat dengan Alor. Saya pernah ke Desa Elok, Erana, Maukuru di Alor Timur, nyamuk besar-besar seperti gambar nyamuk di pimaquin (obat malaria). Karena itu perlu penananganan,”tandas Asadama.
Karena itu, lanjut Asadama, atas nama Pemkab Alor, dia menyampaikan terima kasih kepada lembaga yang punya perhatian khusus terhadap penanganan malaria di Kabupaten Alor. Pemerintah daerah, tandas Asadama, tetap memberi dukungan, ketika ada hal-hal yang dibutuhkan maka dikomunikasikan dengan pemerintah.
“Kita kerja sama. Pemerintah tetap mengharapkan dukungan dari pihak swasta, yayasan-yayasan dan sebagainya, sehingga kita bisa wujudkan program Alor Kenyang, Alor Sehat dan Alor Pintar. Ukuran masyarakat sejahtera itu, salah satunya selalu sehat dan umur panjang. Setelah kegiata ini harus ada tindak lanjut yang nyata, saling menopang dalam memberrantas malaria,”pungkas Asadama.
Kesempatan yang sama, Ketua Badan Pengawas PERDHAKI Kabupaten Alor, Romo Marselinus Seludin,Pr berharap agar terwujudnya kerja sama antara PERDHAKI dengan Pemerintah Kabupaten Alor melalui instansi terkait. Memang, ungkap Romo Marsel, kegiataan PERDHAKI sudah lama djalankan di daerah ini, atas dukungan Global Fund, dengan target, setidaknya pada Tahun 2023, malaria itu nol atai zero di Alor.
“Ini menjadi sasaran dan target program PERDHAKI. Bagaimana untuk mencapai target ini, butuh kerja sama denga semua stakeholder, pemerintah daerah, DPRD, Puskesmas-Puskesmas, para Kepala Desa/Lurah, dan lembaga swasta lainnya,”ajak Romo Marsel.
Pastor Paroki Yesus Gembala Yang Baik Kalabahi inipun menyampaikan terima kasih kepada Bupati Alor, Drs.Amon Djobo didampingi Asisten II, Setda Alor, Dominggus Asadama, serta DPRD Kabupaten Alor yang diwakili Ketua Komisi III, Mulyawan Djawa,SH, maupun OPD terkait seperti Dinas Kesehatan, Bappelitbang, Dinas PMD, Dinas Sosial, sejumlah kepala desa dan Puskesmas yang hadir dan mendukung program PERDHAKI di daerah ini.
Sebelumnya, Suster Agnes Tere selaku Kepala SSR (Sub-Sub Recipient) Klinik Sta.Elisabeth Tombang dalam sapaanya mengatakan, kurang lebih empat tahun perjalanan PERDHAKI di Kabupaten Alor sangat inklusif, hanya sebatas antar instansi dan beberapa orang terkait. Maka dalam evaluasi ketika mulai bertugas di Alor, dia mengaku terus memotivasi agar PERDHAKI harus melebarkan sayap pelayanan dan memperkenalkan diri kepada pemerintah Kabupaten Alor.
“Karena kehadiran kita dalam program ini juga ikut membantu program pemerntah di daerah ini. Maka tahun ini kami mengadakan evaluasi dan bersama berkomitmen untuk membuka sayap, dan kami mencoba untuk berdialog dengan para kepala desa/lurah dan camat-camat. Saya merasa legah karena setiap kepala desa yang kami kunjungi dan menjadi sasaran pelayanan, kami diterima secara baik. Untuk itu saya berterima kasih kepada setiap kepala desa yang sudah menerima kami untuk bekerja sama dalam menyukseskan program penanangan malaria,”tandas Agnes.
Biarawati Katolik yang juga Muder SSPS Tombang ini berpendapat bahwa malaria tidak akan tereliminasi dari Alor jika semua pihak tidak membuat suatu geraka kerja sama untuk memberantas malaria.
“Kami memulai dari akar rumput dengan mengunjungi keluarga-keluarga melalui komunikasi kami dengan kepala-kepala desa yang wilahyanya menjadi sasara program. Sehingga tahun ini (2021), tim PERDHAKI benar-benar ada di tengah masyarakat untuk sama-sama mengatasi malaria,”tandas Agnes, seraya menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Alor yang juga mendukung program dimaksud.
Dia berharap agar Pemkab Alor tidak membiarkan PERDAHKI Alor beregarak sendiri, karena tujuan mereka yang utama juga mendukung program pemerintah setempat dalam mewujudkan Alor Sehat.
“Karena itu, dari hati yang iklas, saya meminta bapa Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Alor yang hadir dan semua stakeholder terkat agar membantu kami dengan cara apa saja, yang penting kita bergandengan tangan untuk memulai sehingga program dan target Pemkab Alor untuk mengeliminasi penyakit malaria di Tahun 2022 akan sukses tercapai. Kita tidak hanya bicara, tetapi turun langsung ke tengah masyarakat untuk mensosialisasikan bagaimana cara memberatas malaria,”himbau Agnes.
Sedangkan Veronika Kurniati Peni Dawan,S.KM., sebagai Program Manager Sub-Sub Recipient (SSR) Klinik Sta.Elisabeth Tombang dalam pemaparannya mengetengahkan garis besar keberdaan Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI), dalam melaksanakan program pemberantasan malaria yang didukung Global Fund (GF). Menurutnya, di kawasan Indonesia Timur, PERDHAKI masuk di Tahun 2015-2017, termasuk di Kabupaten Alor. Global Fund, kata Dawan, terus memperpanjang kerja samanya hingga saat ini. Di Kabupaten Alor, kata Peni, PERDHAKI melalui SSR Klinik Sta.Elisabeth Tombang melaksanakan program dimaksud. Tujuan program, Peni, antara lain menurunkan angka kematian dan kesakitan malaria, dengan mengurangi tingkat penularan yang serendah mungkin, melalui pendekatan epidemiologi yang tepat.
Selain itu terwujudnya akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berbela rasa melalui jejaring pelayanan kesehatan yang efektif.
Peni juga mengemukakan Misi PERDHAKI, yakni; Pertama, meningkatkan koordinasi dan kerja sama berlandaskan komuio, antara anggota dan wilayah. Kedua, meningkatkan kapasitas anggota dalam upaya mencapai pelayanan yang berkualitas dan terjangkau. Ketiga, mendorong terwujudnya pelayanan kesehatan dalam semangat cinta kasih dan berbela rasa sesuai dengan nilai-nilai Kristiani. Keempat, aktif dalam upaya pelayanan kesehatan darurat. Kelima, mengembangkan jaringan kerja sama dengan pihak lain yang terkait.
Dalam proses programnya, papar Peni, PERDHAKI dibantu lima UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat), yakni UKBM Nailang, Welai Selatan, Moramam, Probur Utara dan Mausamang. Pelaksanaan program di Kawasan Timur Indonesia, PERDHAKI mendapat dukungan dana dari Global Fund, suatu lembaga donor yang peduli pada pemberantas penyakit Aids dan Malaria, tetapi di Kabupaten Alor hanya fokus pada malaria. Selain Alor, PERDHAKI juga melakukan program serupa di Kabupaten Belu, Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Timur.
Tujuan jangka panjang dari program ini, jelas Peni, terhapusnya penyakit malaria di daerah Kawasan Timur Indonesia. Sedangkan target pemerintah, yakni mengeliminasi malarai di Indonesia Timur Tahun 2030.
“Tujuan jangka pendeknya, angka kematian dan kesakitan akibat penyakit malaria menurun dibandingkan sekarang,”tegas Peni
Wilayah sasara program ini di Alor, sebut Peni, yakni mencaku daerah-daerah yang belum terlayani, atau belum dilayani secara maksimal oleh Dinas Kesehatan atau Puskesmas. Jadi kalau wilayah sekitar Puskesmas tidak kami masuk, karena jangkauan Puskesmasnya dekat. Karena itu kami mencari daerah-daerah terpencil yang jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan,”ujar Peni Dawan.
Ia mencontohkan di UKBM Nailang, Kecamatan Alor Tmur Laut, PERDHAKI sudah masuk ke Desa Kamot, Nailang, Air Mancur , Taramana dan Desa Kenarimbala. Untuk UKBM Welai Selatan, pihaknya sudah masuk ke Desa Fuisama, Malaipea, Welain Selatan dan Desa Tominuku. Di UKBM Moramam, sudah masuk ke wilayah Desa Pintu Mas, Moramam, Morba dan Desa Pailelang. Sedangkan di UKBM Probur Utara, lanjut Peni Dawan, pihaknya sudah masuk di Desa Probur Utara, Margeta, Wolang, Probur dan Halerman. Sedangkan di UKBM Mausamang, PERDHAKI sudah masuk ke Desa Mausamang, Kelurahan Kolana Utara, Desa Kolana Selatan, Desa Elok dan Desa Marataing.
“Strategi program kami adalah parasit yang ada di dalam tubuh manusia penderita, diberantas dengan obat anti malaria, menegah gigitan nyamuk, memberantas tempat berkembangbiaknya nyamuk, dan menjalin kerja sama dengan Dinas Kesehatan maupun Puskesmas setempat, agar ada dukungan logistik yang teratur dan berkelanjutan,”tandas Peni, sembari menambahkan bahwa pihaknya juga menjalin kerja sama dengan lembaga lain, lintas sektor.
Sedangkan kebijakan program, antara lain memberkali petugas kesehatan dan kader masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan serta peralatan agar dapat mendeteksi malaria dan memberi pengobatan malaria sesuai dengan standar. Menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah malaria yang tidak punya akses terhadap pelayanan kesehatan. Program malaria PERDHAKI juga, kata Peni, tidak hanya menjangkau komunitas Katolik tetapi lintas agama dan lintas sektoral, anatara lain kegiatan KIA, Lembaga sosial ekonomi dan sebagainya.
“Jadi walaupun kita dari organisasi Katolik, tetapi tidak hanya bergerak di lingkungan agama Katolik tetapi semua orang, tanpa perbedaan, apapun suku dan agamanya,”tegas Peni.
Pihaknya berencana mengembangkan sejumlah kegiatan inovatif untuk percepatan eliminasi malaria yang bisa dihasilkan oleh masing-masing UKBM. Peni menyebut kegiatan inovasi itu seperti pencanangan desa bebas malaria, yang melibatkan semua lapisan masyarakat. Di Tahun 2022, PERDHAKI berkomitmen untuk memotivasi Gerakan Desa Bebas Malaria. Tujuannya, demikian Peni, memberdayakan seluruh kelompok dan lapisan masyarakat guna membangun kemandirian partisipatif dan jaringan kerja.
Menurutnya, ada tujuh desa yang sudah bersepakat mengalokasikan dana desanya untuk mendukung gerakan dimaksud. Tim di desa akan melakukan pengawasan terhadap penggunaan kelambu, penemuan tempat perkembangbiakan jentik nyamuk, penemuan kesehatan yang mengalami gejala malaria, pengawa minum obat, dan mendampingi kader bersama UKBM. Menurut Peni, berdasarkan hasil koordinasi mereka dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Alor, maka akan ada Peraturan Bupati Alor tentang penanganan malaria di daerah ini.
“Kami juga melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait, dan Dinas PMD (Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) membantu pemerintah desa melalui Pendamping Desa, untuk mengarahkan kepala desa dalam Pengelolaan Dana Desa yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian malaria di desa,”papar Peni, seraya menyebut tujuh desa yang sudah merespon positif setelah pihaknya melakukan advokasi terkait hal ini, yakni Desa Kenarimbala, Tominuku, Pailelang, Probur Utara, Mausamang, Moramam dan Desa Waisika.
Kesepakatannya, lanjut Peni, pembentukan Tim Gerakan Desa Bebas Malaria berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa. Pemerintah Desa memberikan dukungan dana desa pada Tahun Anggaran 2022 untuk berbagai kegiatan inovasi di desa. PERDHAKI bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk melaksanakan Program Inovasi Desa Bebas Malaria.
“Jadi di tim ini, nanti ada orang (petugas) Puskesmas yang bersama-sama dengan kami dalam melaksanakan berbagai kegiatan tersebut. Harapan kami, melalui kegiatan ini Pemerintah Kabupaten (Alor) bisa bekerja sama dengan SSR Klinik Santa (Sta) Elisabeth Tombang, melaksanakan inovasi penanggulangan malaria dengan mengeluarkan kebijakan dan alokasi dukungan anggaran untuk percepatan eliminasi malaria di Kabupaten Alor,”harap Peni Dawan.
Selanjutnya, Peni membacakan 4 butir Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) yang dibuat bersama peserta kegiatan dimaksud, yakni; 1) Penerbitan Peraturan Bupati Alor tentang Percepatan Eliminasi Malaria. 2) Pelaksanaan Program Malaria PERDHAKI dengan dukungan dari stakeholder terkait. 3) Penerapan inovasi program malaria dalam mendukung percepatan eliminasi malaria di Kabupaten Alor. 4) Dukungan dana dari pemerintah. Kegiatan sosialisasi dan advokasi ini dihadiri Bupati Alor, Ketua Komisi III DPRD Alor, Asisten II Setda Kabupaten Alor, Bappelitbang, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas PMD, Kepala Desa Pailelang, Puskesmas Moru dan Badan Pengawas SSR Klinik Sta.Elisabeth Tombang. (ap/linuskia)