Sunatan Massal di 100 Tahun Injil Masuk Pulau Pura, Wujud Nyata Toleransi

author
1
5 minutes, 3 seconds Read

RANGKAIAN Perayaan 100 Tahun Injil Masuk Pulau Pura di Kabupaten Alor telah dimulai sejak Jumad (19/5/2023) dalam nuansa yang kental toleransi antar umat beragama, dan nilai-nilai budaya warisan leluhur setempat. Betapa tidak. Panitia 100 Tahun Injil Masuk Pulau Pura pada 10 Juni 2023 yang diarsiteki sejumlah kader terbaik Pulau Pura, antara lain Melianus Atakay,S.ST.,MT., Osias Gomang Ani,SE.,MM., Yustus Dopong Abora,SP., dan Christian Djahila,ST itu sukses melaksanakan khitanan atau sunatan massal bagi anak-anak Muslim setempat.

Sebagaimana pantauan media ini, kegiatan Sunat Massal yang juga didukung Pemerintah Kabupaten Alor melalui Bagian Kesra Setda Kabupaten Alor yang dipimpin Yunindiawati Laba ini berlangsung di halaman Gereja Ebenhaizer Apuri, Purawetang, Desa Maru Kecamatan Pulau Pura. Acara diawali dengan prosesi adat yang melibatkan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama, baik Kristen maupun Islam.
Ada 20 anak, yakni 12 perempuan dan delapan laki-laki yang mengikuti sunatan massal dengan tema besar: “Berbagi Kasih Adalah Wujud Nyata Kepedulian Sesama”. Sedangkan sub thema: “Dengan sunatan massal kita tingkatkan kualitas iman dan persaudaraan sebagai wujud nyata kerukunan umat beragama di Pulau Pura dalam bingkai Tenang Eli, Mulenoa, Tominu-Tahanu Hur Nu Dal Nu.
Purawetang. Nampak hadir mewakili Bupati Alor, Drs.Amon Djobo,M.A.P yakni Asisten I Setda Kabupaten Alor, Ridwan Nampira,S.Sos., dan dua Staf Ahli Bupati Alor, Ketua Majelis Klasis GMIT Alor Barat Laut, Pdt.Simon Petrus Amung,S.Th, para Imam Masjid, Kadis Pariwisata Kabupaten Alor, Ripka Jayati,S.Sos.,M.Si, Camat Abal, Djakaria Djawa,S.Sos., dan unsur Tripika, serta masyarakat Pulau Pura.

Asisten I Setda Kabupaten Alor, M.Ridwan Nampira, saat menyampaikan sambutan mewakili Bupati Alor, Amon Djobo

Asisten I Setda Kabupaten Alor, Mohammad Ridwan Nampira mengawali sambutannya dengan menyampaikan permohonan maaf dari Bupati Alor, Amon Djobo yang tak bisa hadir karena kegiatan pemerintahan lainnya yang tak bisa ditinggalkan. Ridwan kemudian mengucapkan terima kasih kepada Panitia 100 Tahun Injil Masuk Pulau Pura yang telah berjerih lelah mempersiapkan berbagai kegiatan, termasuk sunatan massal sebagai bagian dari rangkaian kegiatan memperigati 100 tahun Injil Masuk Pulau Pura.
Ridwan menilai kegiatan itu merupakan bukti nyata bahwa masyarakat Pulau Pura tidak mudah terpengaruh dengan isu-isu intoleransi. Masyarakat Pulau Pura, demikian Ridwan, adalah masyarakat selalu menjunjung tinggi nilai – nilai budaya serta menjalin hubungan baik diatara sesama, dengan tidak membedakan suku, ras, dan agama. Menurutnya, sunatan dari pandangan Islam adalah merupakan bagian dari syariat Islam, yang diyakini dan wajib hukumnya. Fungsi khitan, jelas Ridwan, untuk mempermudah maupun maupun mempercepat proses pembersihan fisik sabagai salah satu syarat sahnya dalam beribadah.

Proses sunatan massal dalam rangka Perayaan 100 Tahun Injil Masuk Pulau Pura, Kabupaten Alor

Bagi Ridwan Nampira, sunat massal yang dilakukan di halaman Gereja Ebenhaizer Apuri, Desa Maru, Pulau Pura ini bukanlah hal asing bagi masyarakat setempat karena kehidupan toleransi antar umat beragama ini sudah ada sejak dahulu kala, dan itu terwariskan sampai sekarang.
“Sunatan Massal biasanya diselenggarakan oleh umat muslim di masjid, rumah adat, fasiltas-fasilitas kesehatan dan rumah penduduk. Namun hari ini kita menyaksikan sesuatu yang luar biasa, yakni sunat massal yang diselenggarakan oleh saudara-saudara kita non Muslim dan pelaksanaannya di seputaran halaman Gereja Ebenhaizer Apuri. Kami berharap, kegiatan ini dijadikan momentum bagi diri kita semua di tengah-tengah kehidupan kemasyarakatan ini,”tandas Ridwan dalam acara yang dipandu tokoh masyarakat Pulau Pura, Yunus Dakabesi ini.

Djakaria Djawa, Camat Pulau Pura

Sebelumnya, Camat Pulau Pura, Djakaria Djawa, S. Sos dalam sapaannya menyampaikan terima kasih atas kehadiran semua pihak dalam menyukseskan kegiatan Sunatan Massal. Menurut Djakaria, setelah Sunatan Massal, akan diikuti dengan kegiatan Baptis Massal dan Nikah Massal, sebagai rentetan kegiatan Perayaan 100 Tahun Injil Masuk di Pulau Pura, yang puncak pelaksanaannya pada 10 Juni 2023 di Palangkang Desa Pura Timur sebagai pintu masuk Injil masuk di Pulau Pura.
Prosesi Sunatan Massal menurut Djakaria sebagai suatu kebanggaan, karena selain sebagai proses pembersihan yang merupakan bagian dari iman, juga merefleksikan hubungan persatuan dan kesatuan yang diwariskan leluhur.

Ustad Raspa Laa,S.Ag saat menyampaikan Hikmah Khitanan

Setelah sapaan Camat, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alrqur’an, kemudian Hikma Khitanan yang disampaikan oleh Ustad Raspa Laa,S.Ag. Sunat itu, kisah Raspa, dulu ditakuti karena berpikir orang potong pake kelewang. Tapi sekarang, jelas Ustad Raspa, moding didampingi tenags medis.
“Sunat itu perintah agama, terlepas dari latar belakang yang memfasilitasi dalam rangka 100 Tahun Masuknya Injil di Pulau Pura. 
Ini perintah jadi jangan halangi anak-anak dengan hal-hal budaya karena paman belum beli tikar dan bantal. Orang tua itu hanya melahirkan anak-anak, tetapi anak itu amanah dan titipan Tuhan, maka diperlakukan sesuai perintah Tuhan,”tegas Ustad Raspa.
Ia mencontohkan Nabi Zakaria itu sampai tua dan lemah belum dapat anak, tetapi dia bermimpi agar ketika meninggal ada yang melanjutkan perjuangannya. Maka Nabi Zakaria berdoa terus menerus di usia tuanya kepada Tuhan agar ada anak yang melanjutkan perjuangannya. Jadi, lanjut Raspa, bukan sekali berdoa belum terkabul lalu pergi ke dukun, lalu dukun minta beras merah, ayam merah, dan kaca mata merah. Menurutnya, setelah doa dikabulkan Tuhan, maka anak-anak harus diperhatikan dan dididik secara baik sebagai bagian dari pertanggungjawaban atas amanah dari Tuhan. Ia menekankan, bahwa pendidikan anak bukan hanya tugas lembaga pendidikan formal, tetapi juga peran orang tua yang menjadi dasar.

Melianus Atakay (kiri) dan Musa Dadi Huma

Di penghujung kegiatan ini, Melianus Atakay,S.ST.,MT dan tokoh masyarakat adat Pulau Pura, Musa Dadi Huma menyampaikan ungkapan hati dan terima kasih kepada 20 anak yang disunat serta muding dan paramedis yang telah melaksanakan sunatan massal tersebut. Mellianus Atakai dan Musa Dadi dalam bahasa adat mengucapkan terima kasih kepada para orang tua, yang telah mengiklaskan anaknya untuk disunat.
“Tadi malam 12 anak perempuan telah dikhitankan di Timuabang dan pagi hari laki-laki 8 orang dikhitankan di sini, (halaman Gereja Ebenhaizer Apuri) . Dari 20 orang anak yang disunat ini, ada dua anak laki-laki yang beragama Kristen dengan alasan tertentu, dan merupakan suatu pelajaran baru bagi kita semua. Terima kasih kepada Bapak Jomudin dan sahabat-sahabat, dokter dan paramedis yang telah membantu dalam pelayanan khitanan ini,”ujar Mel Atakay. 
Kegiatan kemudian ditutup dengan Doa oleh Imam Masjid Doluwala, Karim. (ap/linuskia)

Similar Posts

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *