Sukses Kejuaraan Paralayang Alor dan Pesan Atlit. Gubernur: Ini Ikon NTT

author
6 minutes, 10 seconds Read

alorpos.com__FESTIVAL dan Kejuaraan Paralayang yang menjadi salah satu event dalam program Visit Alor 2023, telah sukses terlaksana pada 17-19 Juni 2023, dibawah kendali Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Alor yang dipimpin Marwiyah Djakra,S.Sos serta didukung sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah terkait. Marwiyah kepada media ini di sela-sela acara pembukaan Kejuaraan Paralayang di bukit Apuifeh, Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut mengatakan event ini diikuti 40-an atlit dari berbagai daerah di Indonesia.
Kejuaraan paralayang yang dibuka Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat yang diwakili Asisten III Setda Provinsi NTT , Samuel Halundaka ini berlamgsung semarak. Halundaka menilai bukit Apuifeh di Desa Alor Besar Kecamatan Alor Barat Laut, dengan ketinggian sekitar 200 meter dari permukaan laut itu sangat memenuhi syarat untuk kejuaraan tingkat nasional maupun tingkat dunia.
“Setelah kami bincang-bincang dengan Marsekal Aldrin (Danlanud El Tari Kupang), beliau mengatakan bahwa hanya ada dua di dunia kalau terbang layang (paralayang) itu dilakukan pada malam hari. Salah satunya ada di Alor. Ini merupakan salah satu potensi pariwisata yang sangat luar biasa, sangat komplit. Di Labuan Bajo banyak destinasi wisata, tetapi tidak ada paralayang. Di sini (Alor), banyak destinasi wisata, plus paralayang,”ujar Halundaka.

Samuel Halundaka (pakai sarung) mewakili Gubernur NTT, saat membuka Kejuaraan Paralayang di Bukit Apuifeh, Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut

Ia menekankan bahwa Pemerintah Propinsi NTT sangat berharap ada kolaborasi yang baik sesuai visi visi pemerintah, dengan pariwisata sebagai prime mover. Halundaka yakin, paralayang akan menjadi salah satu ikon NTT, karena PON Tahun 2028 akan diselenggarakan di NTT dan NTB. Tentunya, lanjut Halundaka, akan menjadi salah satu catatan, agar (Alor) menjadi salah satu venue kejuaraan olahraga raga kedirgantaraan.
Karena itu dia berharap agar pemerintah dan masyarakat Alor terus mendukung anak-anak muda Alor agar lebih banyak waktu untuk mengembangkan diri pada hal-hal yang positif, termasuk di bidang olahraga kedirgantaraan seperti paralayang.
“Terima kasih kepada bapak bupati Alor dan jajarannya yang sudah membuat banyak event seperti ini, dan juga membuka banyak destinasi wisata. Ini yang kami harapkan dari pemerintah propinsi NTT,”tutup Halundaka.

Para atlit Paralayang bersama Bupati Alor, Amon Djobo di lokasi take off, bukit Apuifeh, Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut

Lantas seperti apa kesan dan pesan atlit paralayang usai mengikuti kejuraan di Alor ini? Salah satu atlit yang juga mengaku baru pulang mengikuti kejuaraan dunia paralayang di India dan Thailand, punya kisah tersendiri. Dia adalah Sersan Dua (Serda) Yudha Maisaputra asal Padang, Sumatra Barat yang saat ini berdinas di Markas Besar Angkatan Udara di Jakarta.
Tentara muda berusia 24 tahun ini melihat lokasi take off dan landing itu sudah bagus. Menurutnya ada beberapa kekurangan dan itu menurutnya lumrah di tempat baru. Yudha menyarankan agar kedepannya agar di lokasi take off itu dtanami rumput.

Serda TNI AU. Yudha Maisaputra

Selain itu, pesan Yudha, jalan menuju lokasi take off juga ditingkatkan lagi pembangunannya untuk diaspal. Sedangkan di lokasi landing juga ditanami rumput agar parasut tidak kotor saat landing. Menurut Yudha, ketinggian lokasi take off itu untuk sebuah kejuaraan baik nasional maupun internaional itu sudah sangat bagus.
“Apalagi view-nya (pemandangan) sangat indah. Saya senang sekali di Alor sudah dua kali ikut kejuaraan di Alor. Saya berharap agar event (kejuaraan paralayang) di Alor terus berjalan setiap tahunnya, karena Alor memberikan suasana yang beda jika dibandingkan dengan kejuaraan serupa di daerah atau negara lainnya. Saya sering mengikuti kejuaraan nasional maupun internasional. Saya baru pulang dari mengikuti kejuraan paralayang di India dan Thailand dan meraih juara juga. Tetapi ketika saya dipanggil untuk mengikuti kejuraan di Alor, saya langsung tertarik, karena saya senang dengan keindahan alamnya, senang dengan masyarakatnya, senang dengan keramahan semua orang Alor,”tutur Yudha di sela-sela acara penutupan kejuaraan paralayang di Pantai Sebanjar, Desa Alor Besar, Senin (19/6/2023) silam.

Syamsul, salah satu Instruktur Nasional Paralayang

Kesan dan pesan juga disampaikan Syamsul sebagai salah satu Instruktur Nasional Paralayang yang sejak awal melakukan survei lokasi serta melatih sejumlah atlit paralayang lokal Alor. Menurut Syamsul, pindah lokasi take off dari bukit bedoe, Desa Hulnani, malah lebih bagus. Alasannya, di Hulnani arah take off hanya ke arah utara, sedangkan di bukit Apuifeh, Desa Alor Besar, angin utara, selatan dan barat tidak ada masalah. Buktinya, kisah Syamsul, 40-an atlit paralayang yang mengikuti kejuaraan bisa menyelsaikan enam round (enam putaran) dalam tempo dua setengah hari.
“Ini sudah sangat bagus sehigga untuk menyelenggarakan kejuaraan internasional (di Alor) juga sangat bisa. Seandainya kejuraan yang mau pakai Kategori I dengan 12 round, kan bisa empat hari selesai. Jadi dari segi view dan angin di lokasi ini sudah sangat bagus, tidak ada masalah. Untuk terbang tinggipun bisa. Tinggal perbaikan lokasi take off-nya dirapikan lagi. Dibuatkan pula fasilitas pendukung seperti listrik, tempat penginapan, kafe, pasar, sehingga menjadi salah satu destinasi wisata baru di Alor,”saran Syamsul.

Terbang Layang dari bukit Apuifeh, Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut

“Tempat ini (bukit Apuifeh) dulunya hanya terlihat bukit semata, begitu kita buka jalan dan membuat spot take off paralayang, maka menjadi salah satu obyek wisata yang bisa mendatangkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Alor. Harga tanah di kiri kanan jalan menuju puncak juga akan meningkat,”tandas Syamsul.
Menurutnya selama kejuaraan yang berlangsung kurang lebih tiga hari itu berlangsung sukses, tanpa ada atlit yang mengalami kecelakaan. Selama dua setengah hari berlangsungnya kejuaraan paralayang itu, jelas Syamsul, ada 400-an penerbangan yang diikuti 40-an atlit paralayang dari berbagai daerah, termasuk atlit lokal Alor.
Syasul mengungkapkan bahwa sebenarnya ada 100 lebih atlit paralayang yang mendaftar, tetapi karena terkendala transportasi sehingga hanya ada 44 atlit dari luar daerah yang bisa hadir.
“Kalau Alor ini fokus (pengembangan) di sektor pariwisata, maka yang pertama yang harus ditingkatkan pembangunannya adalah transportasi baik laut maupun konektifitas transportasi udara ke dan dari Alor. Itu hal paling mendasar,”ujar Syamsul.

Plt.Kadis PUPR Alor, Mas Nurdin (kedua dari kiri) dan Kasat Pol PP Kabupaten Alor, Zainal Nampira (kanan) bersama dua atlit paralayang peraih juara

Syamsul mengaku dulu pertama kali dia ke Alor dengan transportasi udara dari Kupang, hanya butuh biaya sekitar Rp 600.000, tetapi sekarang sudah Rp 1.100.000 atau naik 100 persen, padahal lama terbang hanya 40 menit. Dia berpendapat bahwa hal ini karena hanya satu maskapai yang punya pesawat masuk ke Alor sehingga seenaknya menentukan harga, tanpa ada pesaing. Ia mencontohkan, pesawat dari Surabaya ke Lombok-NTB hanya Rp 500.000 sampai Rp 700.000 padahal jarak tempuh lebih jauh dari Kupang-Alor. Kondisi ini menurutnya akan berdampak pada penurunan geliat ekonomi masyarakat, karena orang mau ke Alor juga pikir-pikir karena biaya terlalu mahal. Dan yang dari luar NTT mau terbang langsung (tidak bermalam di Kupang) ke dan dari Alor juga susah.
“Ini butuh kebijakan pemerintah dalam mensiasatinya sehingga konektifitas transportasi udara lebih lancar dan terjangkau,”usul Syamsul.
Ia optimis bahwa kedepannya paralayang Alor akan semakin diminati para pecinta aerosport dan ingin datang ke Alor sehingga transportasi menjadi sangat penting. Di Alor ini, jelas Syamsul, rata-rata angin lokal, bukan angin global sehingga di lokasi take off di bukit Apuifeh-Alor Besar itu bisa untuk terbang paralayang sepanjang tahun.
“Sekarang ini bulan Juni, harusnya sudah tidak bisa terbang paralayang karena sudah hembusan angin timur dari Australia, tetapi kita bisa terbang di bukit Apuifeh, Alor. Tidak semua tempat bisa seperti ini. ,Jadi ini sangat potensial, bulan apa saja orang bisa terbang paralayang di Alor. Kalau jalan menuju lokasi take off sudah lebih bagus (diaspal) maka saya yakin, makin banyak orang yang ingin ke Alor,”pungkas Syamsul. (ap/linuskia)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *