RUMAH Produksi Sinemart Jakarta memilih Alor sebagai lokasi shoting Film Webseries berjudul “The Choice” atau pilihan, selama 28 hari sejak awal Oktober 2021. Managemen Sinemart yang mengerahkan 60 orang dari Jakarta, mulai dari bintang utama, artis pendukung, tim kreatif, sutradara dan kameraman itu berkat komunikasi yang baik dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Alor serta Persatuan Artis, Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPRI) Kabupaten Alor, yang dipimpin Julius Atakai Djobo dan sekretarisnya Nonce Kalla.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Alor, Ribka Jayati,S.Sos kepada alorpos.com, Kamis (4/11/2021) di ruang kerjanya mengatakan, kehadiran 60 crew dan artis Sinemart dari Jakarta, termasuk 4 artis pemeran utama, Randy Panggalila, Aurelia Morams, Rangga Asof dan Jonas Rivano untuk shoting film berjudul “The Choice” itu sangat berdampak positip bagi masyarakat dan pemerintrah Kabupaten Alor.
“Shoting selama 28 hari itu saya mengamati dengan sungguh, dan melihat ekonomi masyarakat cukup terbantu. Seluruh kebutuhan shoting, keterlibatan masyarakat lokal, dengan segala yang dimiliki masyarakat itu dihargai dengan uang. 60 orang berada di Alor untuk shoting film ini, maka mulai dari akomodasi (hotel), transportasi (kendaraan umum), konsumsi (kebutuhan makan minum) semuanya dihargai dengan layak,”kata Ribka.
Menurutnya, biaya akomodasi mencapai ratusan juta karena menginap di Simfony Hotel itu tarifnya Rp 499.000/malam, kali 28 hari kali 30 kamar yang digunakan. Catering (layanan makanan) juga ratusan juta, sewa kendaraan untuk keperluan shoting juga ratusan juta rupiah. Selain itu, belanja pangan lokal yang dijual masyarakat, belanja tenunan Alor dan aneka cindramata khas Alor juga juga nilainya ratusan juta rupiah.
“Jadi uang yang beredar di Alor untuk belanja berbagai kebutuhan shoting film oleh Sinemart ini mencapai milyaran rupiah. Ini dampak positipnya bagi masyarakat pada sebuah event yang tidak membutuhkan dana sedikitpun dari APBD. Memang mereka (Sinemart) tidak bawah uang untuk pemerintah, tetapi uang yang beredar di masyarakat saat berbelanjaa kebutuhan akomodasi, transportasi, konsumsi dan sebagainya selama 28 hari shoting film ini sangat besar, nilainya milyaran rupiah,”tandas Ribka.
Keuntungan lain yang tak kalah hebatnya, ujar Ribka, yakni mempromosikan sejumlah destinasi wisata andalan di Kabupaten Alor. Pasalnya, jelas Ribka, lokasi shoting di Alor, sesuai hasil survey Sinemart dan dipilih, kebanyakan adalah destinasi wisata di Alor. Ia menyebut sejumlah destinasi wisata dimaksud, antara lain di Apuri-Pulau Pura, di bukit Bedoe-Hulnani, di Pantai TSAP Sebanjar-Alor Besar, Puskesmas Lawahing, Kopidil, Levokisu, Klinik El Shadai Kalabahi, Batu Putih, Mainang, Perairan Pantai Wisata Mali dan di Kampung Tradisional Takpala-Alor Tengah Utara. Selain itu, Bandara Mali Alor, Pasar Inpres Lipa Kalabahi dan Toko Victory 1 Kalabahi juga menjadi lokasi shoting.
“Jadi destinasi-destinasi wisata di Alor itu terpromosikan secara gratis karena dijadikan sebagai lokasi shoting film yang dibintangi artis papan atas Indonesia. Film ini ketika mulai di-launching dan dipromosikan, maka secara tidak langsung ikut mempromosikan destinasi-destinasi pada daerah yang menjadi lokasi shoting. Promosi tersebut akan berlangsung terus menerus karena merupakan film webseries, sehingga kapan saja orang akan buka dan menontonnya melalui internet secara online, sehingga bisa diakses ke seluruh dunia,”tandas Ribka.
Tanpa kita mengeluarkan dana, lanjut Ribka, tetapi melalui moment shoting film ini di Alor, sangat efektif untuk mempromosikan wisata daerah Alor, yang jika dihitung, biayanya sangat mahal.
“Banyak nilai plus untuk daerah yang kita dapatkan, karena pemberdayaan ekonomi jalan, promosi wisata daerah juga jalan. Kita punya saudara-saudara yang juga terlibat dalam kegiatan shoting sebagai pemeran pembantu dan sebagainya juga mendapat bayaran. Termasuk pemilik-pemilik lokasi shoting juga dihargai dengan uang. Tidak ada yang gratis. Jadi sebagai OPD teknis saya sangat berterima kasih kepada manajemen Rumah Produksi Sinemart yang telah memilih Alor sebagai lokasi shoting film ini,”tandas Ribka, seraya mohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan selama tim Sinemart berada di Alor.
Ribka mengisahkan, Alor dipilih, karena awalnya dia bertemu dengan salah satu penulis buku yang ia sapa Ibu Lintang yang ingin membuat tulisan tentang Alor. Maka Ribka mengaku bersama Sekretaris PAPRI Alor, Nonce Kalla untuk sama-sama survey lokasi dan jadilah sebuah cerita tentang Alor. Kemudian dari cerita yang ditulis Ibu Lintang tersebut, ujar Ribka, pihak Sinemart tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah film webseries. Maka ditugaskan seorang EO (Event Organizer) bernama Erlan dari Jakarta untuk melakukan survey terhadap lokasi-lokasi yang sudah dikisahkan dalam cerita yang telah dibukukan itu.
Setelah survey, lanjut Ribka, mereka tertarik dan kembali ke Jakarta untuk mulai melakukan taksasi biaya shoting di Alor. Kurang lebih sebulan kemudia, barulah Erlan datang lagi ke Alor tetapi agak pesimis karena setelah perhitungan pembiayaan, dianilai sangat tinggi karena masalah jarak Jakarta-Alor untuk 60 orang crew, dengan protokol kesehatan ketat, yakni tidak hanya Rapd Test tetapi juga PCR yang cukup mahal. Namun berkat komunikasi yang intens, demikian Ribka, maka Sinemart tetap melakukan shoting film tersebut di Alor.
Bupati Alor, Drs.Amon Djobo, kata Ribka, juga setelah diberitahukan, sangat mendukung kegiatan shoting film tersebut, bahkan meminta agar salah satu lokasi shoting-nya di Pulau Pura. Maka hari pertama shoting film ini dimulai dari Pulau Pura, dimana sambut dan partisipasi masyarakatnya sangat luar biasa bagus.
Proses shoting film ini selama 28 hari di Alor terbilang sukses karena berjalan lancar dan aman. Karena itu pihaknya juga berterima kasih atas peran semua pihak, termasuk aparat keamanan dari Polres Alor dan Kodim 1622 Alor yang sigap dalam pelakukan pengamanan, terutama saat masyarakat hendak menemui artis kesayangannya.
“Shoting film yang menghadirkan artis ternama di tengah pandemi Covid-19, tentu bukan hal mudah karena antusiasme masyarakat untuk mau bertemu dan foto bersama artis ini kan luar biasa. Karena itu syukur ada aparat keamanan yang mampu mengatasi itu, sehingga tidak terjadi kerumunan warga yang melanggar protocol kesehatan saat shoting film berlangsung, demi menghindari adanya claster baru penyebaran Covid-19 di daerah ini,”tutur Ribka.
Para artis dan crew film ini menurut Ribka, merasa senang selama berada di Alor, bahkan rindu untuk kembali lagi ke Alor suatu waktu nanti. Hal itu karena Pemkab Alor melalui Dinas Pariwisata, serta PAPRI Kabupaten Alor selalu berupaya mendampingi pihak Sinemart selama proses shoting berlangsung secara baik dan ramah.
“Kita berharap, dengan memberikan kesan yang baik maka mereka akan datang lagi ke Alor untuk memproduksi film-film dengan tema cerita yang lainnya,”tandas Ribka.
Kepada ibu Arie sebagai sutradara film ini yang sudah sangat berpengalaman, Ribka mengaku telah menyampaikan sebuah ide terkait potensi Alor yang jika difilmkan akan menarik perhatian publik untuk menontonnya.
“Saya bilang ke mam Arie, bahwa dia punya pengalaman luar biasa untuk mensutradarai berbagai jenis film, baik itu drama percintaan, horror, kolosal, maka saya tantang, bagaimana kalau membuat film yang berkisah tentang salah satu keunikan Alor. Dan ibu Arie tertarik sekali. Saya berusaha menggugah mereka agar membuat project lagi di Alor,”tandas Ribka.
Kadis Pariwisata Alor ini berencana, saat launching film The Choice, pihaknya akan menggelar acara nonton bareng, sekaligus menghimbau masyarakat Alor agar membagikan link film webseries tersebut melalui berbagai jenis media massa online maupun media sosial. Ia berpendapat, jika film ini booming atau viral dan ratingnya tinggi, maka destinasi wisata Kabupaten Alor juga semakin terpromosi secara maksimal.
“Ini bukan kita promosi lewat baliho sehingga kena hujan langsung rusak, tetapi melalui film webseries sehingga selama film itu beredar di ienternet, maka akan tetap ada dan terpromosi terus menerus, setiap kali diakses orang untuk menontonnya,”ujar Ribka.
Film webseries “The Choice” atau Pilihan itu, mengisahkan seorang dokter wanita muda yang mendapat penugasan di Alor dalam program dokter perbatasan, kemudian terjadi bencana badai Seroja yang butuh perhatiannya, termasuk kisah cinta dokter cantik ini. Bagaimana keseruan kisahnya, Ribka mengatakan, nantikan saja saat film sudah dilaunching dan ditayangkan untuk umum nanti.
Sementara itu, Sekretaris PAPRI Alor, Nonce Kalla melalui postingan di akun facebook-nya yang dikutip media ini menyampaikan terima kasih kepada Tim Sinemart yang telah memilih Alor sebagai lokasi shoting web series The Choice. Trims kepada Pimpinan Rumah Produksi Sinemart Sony, serta Sutradara, Arie Azis dan Roy Lolang.
“Terima kasih pula kepada kameraman dan sutradara yang sudah membagi ilmu yang luar biasa bagi orang Alor tentang bagaimana cara kerja menghasilkan sebuah film. Masyarakat menikmati berkat yang luar biasa dari kehadiran tim Sinemart selama kurang lebih satu bulan di Alor. Kami yakni, segala potensi Alor akan semakin dikenal dunia luar melalui film dimaksud,”tulis Nonce.
Tim PAPRI Alor memang sejak awal bekerja keras mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) lokal di Alor untuk mendukung produksi fim tersebut. Puluhan orang menjalani proses casting sebagai pemeran pembantu, dan menurut Nomce, terpilih sekitar 40 orang sebagai pemeran pembantu. Menurut Nonce, banyak pelajaran berharga, dan keuntungan secacara ekonomis yang diperoleh masyarakat selama proses shoting film ini berlangsung. (ap/linuskia)