BENDUNGAN di Desa Tuleng, Kecamatan Lembur, Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur mulai dikerjakan PT.Pembangunan Perumahan (PT.PP) selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dipercayakan pemerintah pusat dengan dana sendiri, karena di masa emergensi pasca bencana alam badai Seroja pada awal April 2021 silam.
Pekerjaan itu diawali dengan ritual adat yang dilaksanakan oleh tokoh adat (Toda) setempat, bersama Camat Lembur, Isyak Samau, Kepala Bappelitbang Kabupaten Alor, Obeth Bolang,S.Sos, Side Operational Manager PT.PP di Kabupaten Alor, I Gede Widiyarta Yana serta sejumlah tokoh masyarakat dan para pekerja, Sabtu (24/7/2021).
Ritual diawali dengan tuturan adat dalam bahasa daerah (bahasa Waikui) yang disampaikan tokoh adat David Samau, dan diterjemahkan oleh Toda Suku Tasi, Eduard Mauleti. Menurut Eduard Mauleti, sebagaimana ritual adat bakar padang yang dilakukan setiap bulan Oktober, maka nenek moyangnya dari Tasi yang harus terlebih dahulu meminum air (air sungai atau kali di lokasi bendungan Tuleng), baru diikuti warga lainnya.
“Setelah dia (moyang) minum air ini, maka semua orang boleh bebas meminum air yang bersumber dari sungai tersebut. Kalau saya punya nenek moyang belum datang minum air ini, maka tidak boleh ada orang lain yang terlebih dahulu meminumnya. Itu ritual. Dan pesanan leluhur kepada kita yang haruis dipatuhi sampai hari ini, yakni ada tiga norma yakni adat, agama dan pemerintah. Dari tiga norma itu, hari ini kita telah lakukan ritualnya. Pemerintahan ada di tangan bapa Samau (Isyak Samau) sebagai Camat Lembur. Maka ini hari, kami berikan pedang kepada bapa Camat Lembur untuk membunuh hewan yang ada (satu ekor kambing jantan besar warna putih bertanduk panjang) sebagai kurban hari ini, di tempat ini,”kata Mauleti.
Sejurus kemudian, Camat Lembur, Isyak Samau menerima sebilah pedang yang disodorkan Eduard Mauleti , kemudian menyembelih kambing yang diletakkan di dalam bucket (‘tangan’) excavator, yang digunakan untuk menggusur lokasi pembangunan bendungan.
“Bapa bupati sedang dalam perjalanan menuju ke lokasi ini, tetapi karena waktu prosesi ritual harus berjalan, maka atas nama pa Bupati Alor saya menyembelih hewan kurban ini,”kata Samau.
Pantauan alorpos.com, darah hewan kurban tersebut kemudian dilarungkan ke dalam air sungai tersebut, dan ditutup dengan doa oleh tokoh agama Kristen di wilayah itu. Tokoh Adat Tasi, Eduard Mauleti kepada media ini mengatakan, bendungan tersebut bernama Bendungan Tafoae di Desa Tuleng. Dengan ritual yang sudah dilakukan, Mauleti optimis pekerjaan bendungan Tafoae akan berjalan lancar dan aman, karena air bendungan itu untuk kebutuhan hidup generasi ke generasi.
Menurutnya, bendungan itu sudah mengalami tiga kali proses pembangunannya. Pertama, kata Mauleti, pada Tahun 1973-1974 bendungan ini dikerjakan, tetapi mungkin dengan peralatan seadanya saat itu dan termakan usia, maka diperbaiki pada Tahun 2005. Tetapi, lanjut Mauleti, fisik bendungan di bagian barat hanya pakai bronjong dan timbun tanah. Maka ketika banjir besar pada awal April 2021, kisah dia, bronjong dan pasangan di bagian barat terbongkar, sehingga mistar tulang bendungan patah.
“Kali ini dikerjakan BUMN sehingga kami percaya akan lebih bagus dan berkualitas untuk dinikmati masyarakat dalam waktu yang lama. Kita sudah lakukan ritual, sehingga saya juga berharap semua masyarakat Desa Tuleng dan Kecamatan Lembur pada umumnya memberikan dukungan, termasuk dukungan material apa saja yang dibutuhkan, agar pekerjaan selesai tepat waktu untuk kita nikmati bersama,”himbau Mauleti.
Sementara itu, Bupati Alor, Drs.Amon Djobo bersama Dandim 1622 Alor, Letkol (Inf) Supyan Munawar,S.Ag dan Kapolres Alor, AKBP.Agustinus Christmas,S.I.K tiba di lokasi pembangunan bendungan beberapa saat setelah ritual adat dilakukan. Meski demikian, bupati Djobo berkesempatan menyampaikan sambutan pada acara dimulainya pembangnan bendungan tersebut.
Di hadapan sejumlah tokoh masyarakat Kecamatan Lembur yang hadir, bupati Djobo mengemukakan, bahwa pembangunan bendungan sebesar itu membutuhkan dana yang tidak kecil.
“Karena kita kena bencana alam, maka pemerintah kabupaten usul, pemerintah pusat perintahkan tim turun melihat dan betul bahwa bendungan ini harus dibangun sehingga sawah masyarakat bisa terairi dengan baik. Karena itu, bapa desa, bapa camat, terima kasih kerjanya sudah baik untuk memotivasi masyarakat sehingga mendukung kegiatan pembangunan ini dengan baik. Kalau ada kekurangan dari pa’ Widi (Widiarta, SOM PT.PP) dan teman-teman, maka dibicarakan baik-baik,”pesan Djobo.
Ritual adat sudah dilakukan, sehingga bupati Djobo yakin, bahwa alam, arwah leluhur dan orang-orang tua mendukung kegiatan pembangunan bendungan tersebut, agar selesai tepat waktu.
Bahkan bupati Djobo memotovasi masyarakat agar setelah pembangunan bendungan di Tuleng iotu selesai, agar dimanfaatkan secara maksimal, sehingga Lembur sekaliwaktu menjadi lumbung padi bagi Kabupaten Alor.
“Dulu yang namanya Lembur ini manusia tidur. Sekarang manusianya sudah bangun, bangkit sehingga sawah Lembur sudah luar biasa. Karena itu, meski kita sedang terkena pandemic Covid-19, tetapi masyarakat yang tidak kena Covid-19 tetap berada di lahan sawah,”himbau bupati Djobo.
Sebelumnya, Camat Lembur, Isyak Samau dalam sapaannya mengatakan, bahwa Lembur itu kecamatan adat, kecamatan budaya, maka pelaksanaan kegiatan tersebut dimulai dengan tiga hal yang menjadi dasar, yakni berkaitan dengan Alam, Arwah dan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Sehingga diharapkan pelaksanaan pekerjaan ini dapat berjalan aman, damai, lancar dan terkendali sampai selesai. Kita masyarakat dan pemerintah setempat tinggal menikmati hasil pembangunan bendungan ini,”tandas Samau.
Menurutnya, pelaksanaan pekerjaan tersebut sifatnya emergensi akibat bencana alam, maka tanpa anggaran sehingga pemerintah pusat mengambil langkah dengan menunjuk pihak perusahan, dalam hal ini PT.PP untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan pasca bencana badai Seroja. Karena itu dia meminta pemerintah desa dan warga setempat memberikan dukungan, jika ada hal-hal yang dibutuhkan dalam memperlancar pekerjaan tersebut.
“Untuk itu saya sudah informasikan kepada Kepala Desa Tuleng (Yoksan Samay), bahwa semua kegiatan pembanguan di wilayah, baik bersumber dari Dana Desa, APBN, APBD Propinsi NTT maupun APBD Kabupaten Alor, agar diawasi secara baik dalam pelaksanaan pekerjaan, dari sisi keamanan, ketertiban dan kenyamanan. Kita jangan coba-coba untuk menghalangi,”tegas Samau. (ap/linuskia)