HUJAN lebat yang mengguyur sebagia wilayah Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur selama beberapa jam, Senin (4/1/2022) sore hingga malam hari, mengakibatkan banjir yang menggenangi dan merusak rumah-rumah penduduk di wilayah rawan banjir. Bahkan, akibat derasnya banjir membuat Jembatan Pailelang di wilayah Kecamatan Alor Barat Daya terputus. Arus transportasi pada jalan propinsi, ruas Watatuku-Mataraben itu lumpuh. Namun saat ini transportasi berangsur teratasi dengan membuka jalur alternatif setelah Pemerintah Kabupaten Alor melakukan langkah-langkah penanganan darurat.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Alor, Melianus Atakay,S.ST.,MT menjawab alorpos.com, usai mengikuti sidang Parpurna DPRD Alor, Kamis (6/1/2022), bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas PU Propinsi NTT untuk menangani dampak bencana banjir, yang mengakibatkan kerusakan jalan propinsi pada ruas Watatuku-Mataraben, termasuk kerusakan berat Jembatan Pailelang.
Menurut Mel, Pemkab Alor telah melakukan langkah-langkah penanganan darurat, yakni membersihkan puing-puing material yang menumpuk di badan jalan paska banjir melanda, kayu-kayu yang tersumbat di bagian hulu jembatan juga telah dibersihkan, agar aliran air tidak terhambat dan membahayakan jembatan.
“Ada tiga titik di ruas jalan propinsi di jalur Watatuku-Mataraben yang perlu dilakukan penangannya, yakni Jembatan Welai yang abutment (substruktur yang berada di ujung bentang jembatan untuk menopang superstruktur jembatan) saat ada pelebaran jembatan kecil itu, sudah runtuh pada sisi kiri kanannya. Jadi bagian yang diperlebar itu ditutup, dan gunakan yang lama. Kemudian satu titik kerusakan lagi di sekitar Puskesmas Welai Barat, yang awalnya hanya gorong-gorong, tetapi saat ini sudah membentuk kali atau sungai sehingga membahayakan gedung gereja setempat,”tandas Mel.
Karena itu, lanjut Mel, sekarang sedang diupayakan melalui kegiatan normalisasi kali yang terbentuk itu, sehingga alirannya lurus. Kalau aliran sungai itu ke kiri, jelas Mel, akan membahayakan rumah penduduk sekitar, dan kalau mengalir ke kanan akan membahayakan gedung gereja. Karena itu pihaknya usahakan melakukan normalisasi agar aliran sungai itu harus lurus.
Sedangkan ruas jalan menuju ke Pailelang, Kecamatan Alor Barat Daya, menurut Mel, termasuk kategori rusak berat karena jembatan Pailelang terputus sehingga sangat menghambat transportasi dari dan ke wilayah tersebut. Karena itu, jelas Mel, saat ini pihaknya membuat jalan alternatif agar untuk sementara bisa dilalui warga.
“Jalan alternatif itu tetap melalui kali, tetapi bibir kali digali terlebih dahulu sehingga kendaraan bisa turun dengan landai ke dasar kali, kemudian bisa naik kembali ke jalan raya. Tetapi kalau hari sedang hujan dan ada banjir, maka kendaraan tidak boleh paksa melintas di jalan darurat itu. Harus stop dulu, sambil menunggu banjir redah dan bisa dilintasi,”himbau Mel, sembari menambahkan, bahwa kendaraan roda dua, bisa antri melintas di jembatan darurat yang dibuat sementara dengan menyusun papan untuk menghubungkan kedua sisi jembatan yang terputus, tetapi harus ekstra hati-hati.
Untuk rencana pembangunan kembali ruas jalan propinsi, termasuk jembatan yang putus akibat banjir tersebut, Mel mengaku sudah berkoorinasi dengan pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Propinsi NTT.
“Kami sudah koordinasi dengan Kepala Bidang Bina Marga pada Dinas PU Propinsi NTT tadi malam (Rabu, 5/1/2022), dan mereka segera mengirim tim untuk kami bekerja sama dalam melakukan penanganan lebih lanjut,”tandas Mel.
Yang dilakukan Pemkab Alor saat ini, kata dia, hanya penanganan darurat saja untuk membuka akses transportasi bagi masyarakat. Sedangkan pembanguan permanen, jelas Mel, menjadi tanggungjawab Dinas PU Propinsi NTT. Menurutnya, usia jembatan Pailelang sudah cukup tua, karena dibangun sekitar awal 1990-an. (ap/linuskia)