RUMAH-rumah mentereng berderet rapih di punggung bukit, sebelah timur Desa Kaleb, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor. Laksana sebuah kota mungil nan asri, ketika sekilas mata memandang dari atas perahu motor yang hendak merapat ke tambatan perahu di desa itu. Kesan itu didapat media ini, tatkala bersama rombongan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang) Kabupaten Alor, Obeth Bolang,S.Sos., tiba di Desa Kaleb, Pantar Timur, Minggu (30/1/2022), untuk memantau progress fisik relokasi perumahan warga setempat, yang terkena dampak bencana alam badai siklon tropis seroja pada 4 April 2021 silam.
Kehadiran Obeth Bolang dan sejumlah staf Bappelitbang Alor itu disambut Koordinator Pelaksana Pekerjaan dari PT.Pembangunan Perumahan (PT.PP) di Pulau Pantar, Farid Pulungan,ST., didampingi Yudit Marista selaku Pengawas Lapangan dan Humas PT.PP. Setelah rehat kopi sejenak di rumah Kepala Desa Kaleb, Onesius Tuati, rombongan menuju lokasi proyek relokasi perumahan dimaksud.
Farid Pulungan menjawab Obteh Bolang, menerangkan bahwa paling lambat pertengahan (Minggu II) Maret 2022 sudah selesai 100 % pekerjaan relokasi perumahan penduduk pada lima desa di Pulau Pantar yang terkena dampak bencana badai seroja itu.
Menurut Pulungan, relokasi perumahan penduduk di Desa Kaleb, Tonte, Bungabali, Lalafang (Kecamatan Pantar Timur) dan Desa Tamakh di Kecamatan Pantar Tengah itu, progressnya beda-beda, tetapi rata-rata di atas 80 persen. Pulungan merincikan, di Desa Lalafang sebanyak 56 Unit rumah, tersisa 20 unit. Di Tamakh, dari 56 unit rumah, tersisa 3 unit rumah lagi sehingga dalam pekan ini bisa diselesaikan. Sedangkan di Desa Kaleb terbanyak, yakni 171 unit rumah, tersisa 15 unit rumah. Di Desa Bungabali dari total sebanyak 56 unit rumah, tersisa 23 unit lagi. Di Desa Nule sebanyak 50-an unit rumah juga, tersisa 4 unit rumah.
“Jadi kita harapkan, dalam pertengahan bulan Februari, ada tiga lokasi yang bisa selesai pembangunan rumahnya, yakni di Tamakh, Nule dan di Desa Kaleb. Sehingga tersisa di Lalafang dan Bungabali, kita harapkan di akhr bulan Februari bisa semua unit rumah sudah berdiri, tinggal finishing di bagian dalamnya,”kata Pulungan.
Berkaitan dengan type rumah, konstruksi, fasilitas air dan listrik, Farid Pulungan didampingi Yudit Marista selaku pengawas lapangan menjelaskan bahwa rumah yang dibangun itu type 36, dengan konstruksi tahan gempa, yakni tiang bertulang baja dilengkapi baut yang bisa disetel secara periodik, rangka atap baja ringan, tembok bata ringan yang tahap api dan kedap suara, plafon asbes dan lantai keramik. Sedangkan ruangan terdiri dari satu ruang tamu, dua kamar tidur, kamar mandi/WC dan fasilitas kitchen (dapur) di bagian belakang rumah.
“Campuran berkualitas karena mutu sangat kita jaga, untuk kebutuhan 20 tahun ke depan, bukan dua tahun. Ini rumah teknologi risa yang tahan gempa. Ada baut pada tiang baja berkekuatan K-500 yang setiap tahunnya harus dikencangkan karena pasti akibat suhu yang berubah akan longgar. Apalagi kalau ada gempa dengan goncangan berapa skala richter, maka baut akan longgar karena desainya tahan gempa,”kata Yudit.
Menurut Yudit, para penghuni rumah masing-masing nanti saat hendak menempati rumahnya, akan diberikan sosialisasi atau petunjuk tentang cara mengencangkan baut tahan gempa yang terpasang pada tiang utama rumah masing-masing. Semua bagian inti bangunan rumah itu, jelas Yudi, dihubungkan dengan baut-baut sehingga tahan gempa.
Sedangkan untuk kebutuhan air bersih, lanjut Yudi, untuk di Desa Kaleb ini sudah dibangun resevoir ukuran 5 x 5 meter terletak di bagian atas kompleks perumahan bagi masyarakar penghuni 171 rumah tersebut, dimana instalasi pipa air masuk ke setiap rumah. Instalasi listrik juga dipasangan pada setiap unit rumah type 36 yang berdiri di atas lahan seluas 9×12 Meter persegi itu.
Terkait dukungan dan keterlibatan masyarakat setempat, Farid Pulungan mengaku, meski dia baru dua minggu bertugas sebagai koordinator di Pulau Pantar, tetapi dia menilai masyarakat setempat sangat ramah dan mendukung para pekerja dari PT.PP untuk melaksanakan pekerjaan yang ada.
“Kondusif, sehingga isu yang dikembangkan orang di luar sana bahwa di NTT, apalagi di Pantar ini ternyata tidak betul karena masyarakatnya sangat ramah dan mendukung. Jadi masyarakat juga bekerja sama dengan kita, tidak banyak komplain. Masyarakat mengerti bahwa ini bantuan sehingga mendukung agar pembangunannya cepat selesai,”kata Farid, dibenarkan Yudit.
Menurutnya, untul pembangunan relokasi perumahan warga pada lima lokasi di Pulau Pantar, pihaknya menyerap 500 lebih tenaga kerja, baik lokal maupun dari luar daerah.
“Tenaga kerja lebih dari 500 orang yang tersebar pada lima lokasi pembangunan relokasi perumahan, yakni Lalafang, Tamakh, Nule, Kaleb dan Bungabali. Tenaga kerja lokal, hampir separu dari total pekerja, kurang lebh 50 %,”tandas Pulungan.
Menurutnya masyarakat setempat juga mereka libatkan dalam berbagai pekerjaan harian. Bahkan, lanjut Farid Pulungan, pekerja lokal sambil belajar dari pekerja dari luar daerah sesuai bidang pekerjaan yang mereka minati.
“Saya sering pesan kepada mandor-mandor kita, agar rekrut juga pekerja lokal dan sambil mengajari, sehingga contohnya sekarang, yang pasang plafon, sudah bisa ditangani pekerja lokal. Ini yang namanya kerja sambil transfer ilmu. Di Pantar ini, banyak tenaga kerja yang spesialisnya pasangan batu. Kalau pasangan batu, mereka cepat sekali,”ujar Pulungan.
Sementara itu, Kepala Desa Kaleb, Onesius Tuati
mengaku bangga karena sudah melihat bukti yang sudah ada, berdirinya rumah-rumah baru yang bagus dan berkualitas. Untuk itu, atas nama seluruh masyarakat Desa Kaleb, dia menyampaikan terima kasih kepada Presiden RI, Joko Widodo, Kementrian PUPR, Gubernur NTT, Bupati Alor, bahkan semua pihak terkait yang telah membantu masyarakat yang terkena dampak badai Seroja pada 4 April 2021 silam.
“Untuk membantu masyarakat yang terkena bencana badai Seroja, kami sudah melihat buktinya. Sedangkan bencana yang terjadi lagi di Tahun 2022 ini juga membutuhkan pertolongan. Soal keamanan dan ketertiban selama pelaksanaan kegiatan memang aman, karena masyarakat selalu ikut menjaga suasana yang aman,”tegas Tuati.
Sedangkan Kepala Bappelitbang Kabupaten Alor, Obeth Bolang,S.Sos atas nama Bupati dan Pemerintah Kabupaten Alor, menyampaikan terima kasih kepada Presiden RI melalui Menteri PUPR dan penyedia pekerjaan, PT.PP yang sudah hadir untuk melakukan penanganan pasca bencana badai siklon tropis seroja yang melanda sebagian wilayah Kabupaten Alor pada 4 April 2021 lalu. Pembangunan itu, jelas Obeth, tidak hanya relokasi perumahan warga, tetapi juga fasilitas umum lainnya seperti jalan, jembatan dan perumahan yang sementara dalam proses finishing. Menurutnya, Pemkab Alor masih sangat membutuhkan sejumlah kegiatan penangan pasca seroja di daerah ini.
“Kita berharap, kiranya berbagai kebutuhan lainnya di daerah ini akan diperhatikan. Terima kasih kepada teman-teman dari PT.PP yang sudah bekerja di Alor seperti membangun kampung halamannya sendiri. Dalam pembauran dan pergaulan seperti orang Alor, ini yang luar biasa. Kiranya di lokasi-lokasi lainnya, dimana PT.PP sedang bekerja, juga tetap memberikan dukungan dan kerja sama yang baik agar berbagai pekerjaan dapat diselesaikan secara baik,”himbau Obeth. (ap/linuskia)