KEPALA Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Alor, Marwiyah Djakra,S.Sos mewakili Bupati Alor, Drs.Amon Djobo untuk menyampaikan arahan dan menutup kegatan Pelatihan Calon Atlit Paralayang Kabupaten Alor, Sabtu (6/8/2022) di Sentra Perindustrian, Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut. Mengawali arahannya, Marwiyah mengatakan bahwa kegiatan tersebut untuk mengembangkan potensi apa yang dimiliki Kabupaten Alor. Karena itu, Marwiyah berharap agar apa yang diajarkan para instruktur paralayang jangan disia-siakan oleh para peserta pelatihan dimaksud.
“Kalian harus bangga, bisa terbang dan memberi ruang kepada semua orang untuk menilai bahwa kalian layak,”kata Marwiyah.
Dia juga berterima kasih kepada semua pihak yang selalu hadir memberikan dukungan, mulai dari Bupati Alor, Drs.Amon Djobo, Komandan Pos AU di Alor, Lettu Sutardi, Kabag Kesra Setda Alor, Yunindiawati Laba, Camat Alor Barat Laut dan Kepala Desa Alor Besar selaku pemerintah di lokasi kegiatan, dalam mengembangkan olahraga paralayang, agar nanti bisa membentuk FASI di daerah ini. Marwiyah juga berterima kasih kepada 10 calon atlit yang telah bersungguh-sungguh mengikuti pelatihan paralayang, meski dalam keterbatasan sarana dan infrastruktur pendukung di lokasi take off maupun landing, sebagaimana disampaikan Syamsul sebagai instruktur.
Kadispora yang terkenal gesit dan tegas ini terus memotivasi para peserta, agar tetap jaga kekompakan, semangat menguasai apa yang sidah dipelajari, karena Syamsul dan timnya sudah bertekat untuk membimbing sampai benar-benar mahir untuk mendapat lisensi sebagai penerbang paralayang. Yang terpenting saa ini adalah membuka askes jalan dari lokasi landing ke lokasi take off paralayang.
“Kerinduan kita ini bukan untuk kepentingan personal, tetapi kepentingan daerah dan generasi bangsa ini ke depan, sehingga mari kita saling mendukung. Saya rasa pa Danpos Angkatan Udara juga akan membantu kita untuk menyampaikan kepada Danlanud El Tari Kupang,”harap Marwiyah.
Menurutnya, Bupati Alor sangat mendukung karena olahraga ini juga merupakan olahraga rekreasi sehngga dapat memacu pekermbangan sektor pariwisata di darah ini. Untuk membangun pariwisata itu, kata Marwiyah, butuh waktu sehingga dukungan masyarakat sangat dibutuhkan. Ia berharap, agar jangan lagi ada kejadian seperti di Bukit Bedoe (Hulnani) yang sudah kita mulai benahi, dan mau melanjutkan pembenahannya, ternyata terkendala, sehingga harus berpindah lokasi lagi.
“Karena itu mohon ijin bapa desa (Kepala Desa Alor Besar), kemarin bapa bupati (Bupati Alor, Amon Djobo) menitipkan ntuk diluruskan terkait lokasi take off, karena lokasi landing itu sudah seperti dikatakan bapa desa, yakni masuk dalam tanah milik Pemda Kabupaten Alor sehingga tinggal diatur ruang pemanfaatannya secara baik,”tandas Marwiyah.
Pihaknya akan melapokan kepada Bupati Alor, untuk bagaimana tindak lanjut proses lokasi take off sesuai informasi dari pemilik lahan. Soal parasut paralayang, Marwiyah menjelaskan bahwa Pemkab Alor melalui Dispora sudah membeli satu set seharga Rp 70 Juta, yang masih dalam proses pengiriman ke Alor. Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat juga, kata Marwiyah sudah menyatakan dukungannya untuk mengembangkan olahraga paralayang di Alor karena memiliki panorama wisata alam yang indah.
“Mari hal baik ini terus kita jaga, agar apapun yang mampu kita buat untuk kebaikan ke depan. Atas nama pa bupati, saya menutup Kegiatan Pelatihan Calon Atlit Paralayang Tingkat Kabupaten Alor Tahun 2022 ini dengan resmi,”pungkas Marwiyah disambut aplaus hadirin.
Sementara itu, Komandan Pos Angkatan Udara (Danpos AU) di Alor, Lettu.Sutardi yang hadir pada penutuan Pelatihan Calon Atlit Paralayang Kabupaten Alor ini, didaulat untuk menyampaikan sekilas sejarah tentang paralayang yang masuk dalam Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) ini. Sutardi pun menjelaskan bahwa FASI itu cabang olahraga yang diwadahi oleh TNI Angkatan Udara, sejak kelahirannya pada 17 Januari 1972. Menurut Sutardi, FASI itu terdiri dari sejumlah cabang olahraga, antara lain paralayang, terjun payung, pantole dan paramotor.
“FASI pusat dibawah pembinaan Mabes TNI Angkatan Udara, di bawahnya ke tingkat propinsi, sehinga FASI NTT itu diketuai Komadan Lanud (Landasan Udara) El Tari Kupang,”kata Sutardi.
Sedangkan di tingkat kabupaten/kota, jelas Sutardi, FASI dibawah naungan Dinas Pemuda dan Olahraga. Karena itu Sutardi berpesan agar para peserta latihan paralayang selama 20 hari di Alor itu, agar tetap mengingat dan menguasai semua pesan dan teknis yang diajarkan pelatih atau instruktur.
“Apapun yang diajarkan oleh instruktur, maka diingat-ingat, pesan apa untuk melahirkan seorang penerbang paralayang yang handal, dan dapat mengukir prestasi yang membanggakan. Setiap tahun event kejuaraan itu akan dilaksanakan, dan tentu sudah tahu lokasi (take off dan landing), sudah tahu karakteristik dari angin dan sebagainya, serta segi mental juga harus dikuasai,”saran Sutardi.
Dengan demikian, lanjut Sutardi, jika ada event kejuaraan tertentu bisa mengukir prestasi yang memberi kebanggaan kepada diri sendiri, kedua orang tua, masyarakat, bangsa dan negara ketika lahir atlit kebanggaan nasional dari Alor. Jika berprestasi, demikian Sutardi, maka akan ada banyak bonus yang diterima, termasuk jika ingin menjadi Anggota TNI Angkata Udara, maka ada kemudahan bagi mereka yang punya sertifikat lisensi atlit paralayang.
Sedangkan Kepala Desa Alor Besar, Sirahudin Ali,S.Pd.I atas nama masyarakatnya menyampaikan terima kasih kepada Kadispora Alor, Marwiyah Djakra bersama jajaran dan para Pelatih Paralayang yang sudah melaksanakan kegiatan pelatihan calon atlit paralayang di Sebanjar.
“Tahun kemarin (saat kejuaraan paralayang) lokasi di Desa Alor Besar hanya untuk landing, sedangkan take off di Bukit Bedoe, Desa Hulnani. Tetapi mungkin karena pertimbangan tertentu, akhirnya lokasi take off juga di wilayah Desa Alor Besar, di bagian atas sentra perindustrian yang viewnya mirip-mirip dengan Bedoe di Hulnani,”kata Sirahudin.
Menurutnya, lokasi landing itu dalam tanah milik Pemkab Alor yang sebagiannya sudah digunakan untuk membangu perumahan MBR, sehingga tinggal saja penataan dan pembersihannya.
Kesempatan itu, Kades Sirahudin juga menyampaikan bahwa dia selalu ditanya masyarakat Alor Besar dan sekitarnya, kapan lomba paralayang dibuat lagi. Hal itu, jelas Sirahudin, karena saat Festival Paralayang di Alor tahun 2021 lalu, pendapatan ekonomi masyarakatnya luar biasa, jika dibandingkan dengan festival lainnya. Karena itu, Sirahudin berharap agar dapat dilakukan lagi Festival Paralayang sehingga masyarakat dapat mengais rejeki dari event tersebut.
Ia menilai cabang olahraga ini keren, sehngga dia ikut bangga karena ada putra daerah yang sudah bisa terbang paralayang setelah dilatih para instruktur berpengalaman. Semoga ilmu yang didapat itu, lanjut Sirahudin, selalu diingat dan dikembangkan, karena ini juga salah satu bagian dari program pemerintah yang dicanangkan Bupati Alor, Drs.Amon Djobo.
“Alor Kenyang, Alor Sehat, Alor Pintar/. Ini (paralayang) masuk Alor Pintar karena ilmu yang masuk membuat teman-teman menjadi pintar dan kedepannya bisa menjadi atlit kebanggaan Kabupaten Alor dan Propinsi NTT,”pungkas Sirahudin.
Sebelumnya, Instruktur Nasional Paralayang dari Federasi Aero Sport Indonesia (FASI), Syamsul dalam kesan dan pesannya mengatakan bahwa olahraga paralayang ini bukan semata olahraga prestasi tetapi juga olahraga rekreasi bernuansa pariwisata untuk menggerakan ekonomi masyarakat sektarnya. Karena itu, banyak daerah di Indonesia yang telah berlomba-lomba membangun potensi olehraga paralayangnya. Syamsul mengaku sudah berkeliling Indonesia seperti di Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, Bali, Lombok untuk melatih paralayang, dan hasilnya penghasilan masyarakat setempat ikut tumbuh karena banyak wisatawan yang datang untuk menikmati terbang paralayang. Kabupaten Alor pun menurut Syamsul punya potensi luar biaa untuk itu, termasuk dukungan pemerintah daerah dan anak-anak muda yang tertarik untuk berlatih sehingga pihaknya bersemangat untuk memberkan pelatihan calon atlit paralayang tersebut di Alor.
Syamsul berharap agar peserta yang telah mendapat latihan agar selalu kompak dan berupaya meningkatkan kemampuan masing-masing, sehingga kelak bisa menjadi atlit berprestasi. Syamsul mencontohkan anak didiknya di Jawa Timur yang awalnya tukang lipat parasut karena rumahnya dekat lokasi take off paralayang, akhirnya menjadi juara nasional paralayang sehingga mendapat banyak bonus Rp 1 Milyar.
“Anak-anak yang rumahnya di dekat lokasi take off paralayang itu punya banyak kesempatan untuk berlatih dan lebih banyak prestasinya. Sehingga di Alor ini perlu ada satu lokasi yang ditata menjadi sentra atau pusat kegiatan paralayang, pariwisata dan ekonomi kreatif. Paralayang akan menjadi treager untuk menggerakan ekonomi dan pariwisata,”tandas Syamsul.
Menyangkut progress latihan para peserta, Syamsul menyadari bahwa lokasi take off baru di bukit Apuifeh, dan lokasi landing di Sebanjar, Desa Alor Besar itu belum jadi, sehingga secara teknis ada waktu yang terbuang untuk mempersiapkan lokasi, maka waktu latihan terbang menjadi berkurang. Padahal dari alokasi waktu 20 hari latihan itu, menurut Syamsul jika full latihan terbang, maka sudah cukup bagi peserta bisa mahir dan mendapat lisensi terbang paralayang.
“Tetapi kendala kami karena tidak ada lokasi yang paten saat hendak mulai pelatihan, karena termasuk persoalan di Hulnani (lokasi take off kejuaraan paralayang tahun 2021 lalu), sehingga kami harus buka lahan. Maka delapan hari (dari total 20 hari waktu latihan normal) kita tidak latihan terbang itu sangat mengganggu. Biasanya kami di daerah lainnya, karena lokasi take off dan landing sudah jadi, maka saat latihan, setelah landing, peserta latihan langsung naik sepeda motor ke lokasi take off untuk terbang lagi. Kalau di sini (Sebanjar-Alor Besar), setelah landing, peserta harus pikul sendiri parasut yang berat dan berjalan kaki ke bukit Apuifeh untuk terbang lagi. Hal ini mengakibatkan peserta kelelahan dan menganggu keseimbangannya saat terbang,”kata Syamsul.
Meski begitu dia memuji semangat para peserta yang luar biasa sehingga kemampuan terbang mereka juga tidak mengecewakan. Tetapi untuk mendapat lisensi, Syamsul menegaskan bahwa akan diberikan setelah ia kembali melanjutkan pelatihan lagi di Alor pada bulan September 2022 nanti, setelah memberikan pelatihan serupa di Kalimantan pada bulan Agustus 2022 ini.
‘Saya akan balik lagi ke sini, sampai anak-anak (calon atlit paralayang Alor) ini bisa keluar lisensinya untuk layak terbang dan bisa mengikuti kejuaraan paralayang. Tanggungjawab kami sebagai insruktur, tidak boleh sembarangan mengeluarkan lisensi terbang, karena semuanya harus terukur sesuai standar nasional/internasional,”tandas Syamsul.
Sementara itu, tiga asisten pelatih, Haris, Susilo dan Andre juga secara bergantian menyampaikan wejangannya kepada 10 calon atlit paralayang Alor ini. Haris dari Malang-Jawa Timur ini berpesan agar jaga kekompakan, dan siapapun nanti yang akan mewakili Alor saat kejuaraan paralayang dimanapun, maka yang lainnya tidak boleh berkecil hati.
“Saya punya mimpi, kedepannya kamu bisa bawa nama Alor di kanca nasional melalui prestasi yang diraih dalam kejuaraan paralayang,”tandas Haris.
Sedangkan Susilo mengingangatkan para peserta latihan calon atlit paralayang Alor agar tidak cepat puas dengan capaian yang telah diperoleh, jaga kekokampakan dan jangan ada dusta di antara teman.
Selanjutnya, Andre, atlit paralayang asal Kabupaten Lembata yang termasuk dalam tim pelatih, mengisahkan bahwa Syamsul mulai melatih paralayang di Lembata pada Tahu 2020, shingga dia terlibat dan langsung jatu cinta dengan salah satu olahraga dirgantara ini. Andre mengaku sudah tiga kali ke Alor karena paralayang.
“Teman-teman didukung penuh oleh Pemkab Alor, dan sebentar lagi punya peralatan (satu set parasut dan perlengkapannya), dan itu menjadi kekuatan dan kebanggaan teman-teman. Orang Alor akan mencintai paralayang, tergantung teman-teman. Kalau mau tunjukan kelebihan itu di kompetisi untuk menunjukkan prestasi. Jangan sampai saling menjatuhkan karena tidak suka sama lain. Jaga kekompakan, agar parasut tetap mengudara di Alor,”pesan Andre.
Gabriel, seorang anggota TNI di Kodim 1622 Alor mewakili peserta pelatihan calon atlit paralayang Kabupaten Alor, meyampaikan kesannya saat acara penutupan pelatihan dimaksud. Menurut Gabriel, dia berterima kasih karena bertugas di Alor maka berkesempatan mengikuti pelatihan paralayang oleh pelatih-pelatih hebat. Dia berterima kasih kepada pelatih karena sudah berusaha maksimal membimbing sehingga mereka sudah bisa terbang paralayang, meski dalam keterbatasan.
Pantauan alorpos.com, puncak acara penutupan pelatihan ini ditandai dengan pemberian cindramata dari para peserta pelatihan dan Pemkab Alor kepada para instruktur paralayang. (ap/linuskia)