MARWATI Tonja. Nama yang belakangan ini tak asing bagi warga Desa Oamate, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Maklum, jebolan Universitas Muhammadiyah Kupang ini mulai sukses dengan usaha peternakan kambing dan ayam kampung di wilayah Desa Oamate. Kesuksesan Marwati, ternyata berkat dukungan penuh dari suaminya, Tamrin Koho.
Ceritra tentang usaha peternakan milik Marwati Tonja ini sampai juga ke telinga Kepala Badan Perencana Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang) Kabupaten Alor, Obeth Bolang,S.Sos. Bahkan Obeth sampai mendatangi lokasi peternakan milik Marwati Tonja dan suaminya di Desa Oamate, Alor Barat Laut, Rabu (28/7/2021) silam.
Media ini yang diajak turut serta mendapati fakta sesuai keterangan Obeth Bolang tentang informasi yang dia peroleh. Sayangnya, saat tiba di lokasi peternakan, yang juga menjadi tempat tinggal keluarga ini, Marwati Tonja sedang menuju kampung halamannya Pulau Buaya untuk suatu urusan keluarga. Yang ada hanya suaminya, Tamrin Koho yang ketika itu mengaku baru tiba dari Kalabahi mengantar pupuk kandang hasil olahannya yang dipesan pembeli.
Rumah kediaman keluarga Tamrin Koho nampak sederhana di pinggiran perkampungan, ke arah bukit. Di bagian samping hingga ke belakangan pekarangan rumah kediaman itu, terdapat hamparan lahan kebun cukup luas, sekitar 2 hektare yang dipagari pakai kayu dan belahan bambu, Lokasi yang dipagari itulah sebagai tempat melepas kawanan kambing peliharaan, maupun ayam kampung.
Nampak sebuah bangunan semacam gudang yang dijadikan tempat berteduh kambing, sekaligus tempat meletakan air minum bagi kawanan kambing. Selain itu, sebagai tempat berlindung bagi induk-induk kambing yang baru beranak. Saat itu, nampak sejumlah anak kambing yang baru berusia dua atau tiga hari.
Di samping gudang itu, berjejer pula kandang ayam yang dibuat seadanya sebagai tempat bertelur induk ayam kampung. Nampak puluhan sangkar ayam berisi telur ayam berjejer. Ada induk ayam yang sedang bertelur, ada yang mengeram, ada yang berseliweran dengan anak-anak ayam yang baru berusia sekian hari atau minggu. Ratusan ayam langsung muncul ketika Tamrin Koho mulai memanggil. Begitu pula dengan puluhan kambing berlarian menuruni hamparan bukit sekitarnya menuju kandang di samping rumah.
Rupanya setiap hari pria yang berprofesi sebagai Pengawas SMA/SMK di ingkup Dinas Pendidikan Propinsi NTT ini telaten membantu istrinya untuk memberi makan ayam maupun kambing. Maka, ayam dan kambing pun nampak begitu jinak dengannya.
Menurut Tamrin, istrinya Marwati Tonja pernah mengajar sebagai guru sekolah dasar, tetapi kemudian memilih untuk di rumah saja sambil beternak ayam dan kambing, memanfaatkan lahan yang mereka beli dari keluarga sendiri.
“Usaha ini sudah berjalan sekitar tiga tahun. Ini usaha milik istri dengan modal seadanya, saya hanya bantu-bantu saat ada waktu luang di rumah,”kata Tamrin.
Soal pakan ternak, Tamrin mengatakan, bahwa untuk kambing, tersedia lamatoro dan jenis tanaman pakan lainnya yang mereka tanam dalam areal lahan yang dipagari. Sedangkan ayam kampung, pihaknya selalu mempersiapkan jagung sebagai pakan utama. Kadang beras dan sisa-sisa nasi disiapkan untuk anak-anak ayam. Menurut Tamrin, lokasi peternakannya aman, sehingga berkembang cukup baik. Menurut Tamrin, banyak pelanggan di Kalabahi yang mulai memesan ayam kampung dari usaha istrinya. Harga ayam kampung, kata Tamrin, rata-rata Rp 75.000/ekor.
Sedangkan harga kambing, ungkap Tamrin, biasanya antara Rp 1.000.000 sampai Rp 1.500.000/ekor, tergantung besar kecilnya kambing. Bahkan pada Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriyah pada 20 Juli 2021 lalu, ada 28 ekor kambing yang dibeli sebagai hewan kurban.
“Kemarin Idul Adha, kami lepas (jual) 28 ekor, dengan harga 14 ekor Rp 1.500.000/ekor dan Rp 14 ekor lainnya dengan harga Rp 1.000.000/ekor,”tutur Tamrin.
Jika ditotalkan, harga jual 28 ekor kambing tersebut mencapai Rp 35 juta. Menurut Tamrin, uang hasil penjualan itu digunakan untuk mengembangkan usaha yang ada, misalnya membeli pakan dan sebagainya.
“Ada nilai ekonomi juga dari hasil beternak yakni menghasilkan kompos dari bahan baku kotoran kambing. Kita olah kotoran kambing campur serbuk sisa-sisa makanan kambing yang dibakar, kemudian diayak menjadi pupuk yang saya beri nama biokomposter, tanpa pengawet kimia untuk pengurai. Ini pupuk alami dan saya jual dengan harga Rp 35.000/karung beras ukuran 50 Kg,”ujar Tamrin.
Ditanya mengenai resep beternak yang baik, Tamrin mengatakan bahwa dia dan istrinya selalu memperhatikan dan merawat ternak secara ramah seperti merawat orang sehingga ternak-ternak jinak dan cepat berkembang biak dengan baik.
“Piara kambing dan ayam kampung ini kita harus tabah dan harus betul-betul menyatu dengan mereka (ternak kambing maupun ayam), maka ada ikat emosional, sehingga biar dilepas di alam terbuka, saat kita panggil atau batuk saja, mereka datang mendekat,”tandas Tamrin yang pernah menjadi guru SMK Malaipea di Kecamatan Alor Selatan ini.
Kepala Bappelitbang Alor, Obeth Bolang memuji keuletan Tamrin Koho dan istrinya mengembangkan usaha peternakan sehingga berkembang cukup baik. Menurut Obeth, masyarakat yang sudah memulai dengan bukti usahanya ini yang patut pula dibantu sehingga lebih berkembang lagi.
“Usaha-usaha masyarakat yang sudah
berjalan seperti ini juga perlu dibantu agar semakin berkembang dan menjadi inspirasi bagi masyarakat lainnya. Karena ada masyarakat yang sudah diberi bantuan untuk mengembangkan usaha peternakan seperti ini, tetapi kemudian tidak jelas perkembangannya,”kata Obeth.
Menurut Obeth, sesuai pengamatannya di lokasi peternakan milik Marwati Tonja itu, maka yang perlu diperhatikan antara lain perluasan kandang ayam dan perlengkapannya yang lebih memenuhi standar beternak ayam kampung yang lebih baik. Demikian pula, lanjut Obeth, untuk pagar dan kandang kambing sehingga lebih berkembang lagi dalam mendukung program Alor Kenyang, Alor Sehat dan Alor Pintar. (ap/linuskia)
