MENANGGAPI kritik dan komplain seorang warga Alor Barat Laut, Kabupaten Alor terkait item pekerjaan saluran, proyek pembangunan jalan propinsi pada ruas Kokar-Tulta-Mali Tahun Anggaran 2020 senilai Rp 11,7 Milyar, sebagaimana diwartakan media online Radar Pantar.Com pada 9 Maret 2021, maka Direktur PT.Karya Baru Calisa, Agustinus Tjung alias Acui selaku kontraktor pelaksana, menggelar jumpa pers, Jumad (12/3/2021) untuk menjelaskan persoalan dimaksud.
“Saya ini orang Alor. Tidak mungkin saya kerja tidak baik untuk saya punya daerah. Coba lihat di lapangan dulu. Jangan hanya lihat sisi jeleknya saja. Ini kan kita masih dalam masa pekerjaan. Saya orang Alor, saya bangun untuk Alor karena saya tinggal di Alor. Saya tidak mungkin lari, kalau rusak, tetap saya bertanggungjawab. Saya juga cari untung, tetapi saya juga tidak mau saya punya nama rusak,”tegas Agustinus.
Bahwa kurang lebih 198 meter (bukan 300 meter) saluran lama yang tidak dibongkar, Agustinus menerangkan bahwa hal itu karena sesuai penilaian teknis di lapangan, saluran tersebut masih baik. Karena masih baik, maka atas koordinasi dengan pihak Dinas Pekerjaan Umum Propinsi NTT selaku pemilik pekerjaan, disepakati untuk tidak dibongkar karena kualiotasnya masih baik, sehingga uangnya bisa dialihkan untuk item pekerjaan lain yakni memperpanjang pengaspalan ruas jalan.
“Kalau mau dibongkar (saluran yang dinilai secara teknis masih baik), maka bongkar saja. Tetapi untuk apa (dibongkar) karena barang masih baik. Kalau saya orang lain, maka saya dobel saja, bongkar, ganti baru, orang bayar. Tetapi kita punya nurani di mana sebagai putra daerah ini,”tandas Agustinus.
Pada moment yang sama, General Supervisor (GS) PT.Karya Baru Calisa, Julian Malaikari,ST menerangkan bahwa saluran yang dipersoalkan itu bukan sepanjang 300 meter sebagaimana dikemukakan oknum warga dimaksud, tetapi hanya sepanjang 198 meter. Menurut Malaikari, saluran sepanjang 198 meter tersebut tidak dibangun baru karena pertimbangan tekhnis.
“Kita melihat bahwa kualitas saluran yang ada masih baik, sehingga daripada kita membongkar saluran yang masih baik, maka lebih baik uangnya yang ada dialihkan untuk item pekerjaan yang lain, yakni menambah volume pada pekerjaan jalan sehingga lebih panjang. Pertimbangan tekhnis itupun setelah kita berkoordinasi dengan pihak Dinas PU Propinsi NTT. Jadi ruas jalan yang diaspal itu tambah panjang,”ungkap Malaikari.
Tetapi, lanjut dia, karena masyarakar setempat tetap minta agar harus membuat saluran baru pada lokasi tersebut, maka pihaknya juga berkoordinasi lagi dengan Dinas PU Propinsi NTT seheingga menyetujui untuk memenuhi desakan masyarakat. Menurutnya, Camat Alor Barat Laut juga sudah memanggil para pihak terkait untuk bertemu agar saluran dimaksud tetap dikerjakan, sehingga saluran yang lama itu akan dibongkar untuk dibangun baru.
“Saat ini kita masih butuh administrasi lagi dari bapa Camat, bahwa berdasarkan usulan masyarakat agar saluran yang lama itu dibongkar untuk dibangun baru,”katanya.
Sementara itu, terkait ada pasangan saluran yang rubuh, Malaikari berargumentasi bahwa karena pekerjaan berlangsung di musim hujan. Saat kita kerja, lanjut dia, tiba-tiba hujan besar (lebat) turun secara intens dalam bulan Desember2020 hingga Januari 2021, mengakibatkan banjir pada saluran sehingga rubuh.
“Setelah rubuh, kita pasang baru lagi karena masih dalam tahap pelaksanaan sehingga menjadi tanggungjawab kami. Bahkan sampai masa pemeliharaanpun tetap menjadi tanggungjawab kami,”tandas Malaikari.
Dijelaskan Malaikari, bahwa saluran yang dibuat itu muaranya ke kali (sungai) untuk melepas banjir, tetapi karena elevasi gotnya rendah, dibandingkan dengan volume banjir yang membawa serta dengan ranting-ranting pohon sehingga tersumbat. Saat kejadian itu, lanjut Malaikari, ada konsultan pengawas sehingga sudah ada solusi yang diambil agar saat banjir tidak lagi tersumbat, tetapi terus ke laut.
Sementara itu, Konsultan Pengawas, Entho Atalehi,ST dari CV El Emunah/Site Engineer membantah tudingan masyarakat bahwa pihaknya tidak berada di lokasi proyek untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara maksimal. Menurutnya, Konsultan Pengawas itu selalu ada di lapangan.
“Staf saya ada enam orang itu mereka tidur bangun di Kokar karena mengontrak rumah untuk tinggal, sehingga selalu mengawasi pekerjaan. Karena itu jika ada yang menilai pengawasan tidak komprehensif itu keliru, karena setiap hari pengawas selalu ada di lapangan. Ketika ada masalah yang muncul di lokasi pekerjaan, selalu ada koordinasi,”tegas Atalehi.
Makanya, sambung Atalehi, pihaknya turun langsung di lokasi untuk melihat saluran yang dipersoalkan. Secara teknis, demikian Atalehi, kita meliht saluran yang ada itu konstruksinya masih baik .
“Masyarakat pasti melihat bahwa kenapa (saluran) yang lain baru, yang ini tidak. Tetapi kami melihat secara teknis konstruksi saluran itu memang masih baik,”ujarnya.
Menurut Atalehi, berdasarkan hasil rapat dengan Camat Alor Barat Laut yang dihadiri dihadiri pihak konsultan, kontraktor dan Dinas PUPR Kabupaten Alor, ada dua kesepakatan yang diambil, yani tentang saluran sepanjang 198 meter, dan kedua tentang jembatan.
“Kemarin itu keputusan belum bisa diambil karena belum ada pihak Dinas PU Propinsi NTT yang hadir. Setelah kami berkoordinasi melalui telepon, maka keputusannya, aspirasi masyarakat itu disampaikan kepada camat, kemudian camat mengeluarkan suatu surat yang dapat kita jadikan dasar untuk membongkar saluran sepanjang 198 meter itu,”tandas Atalehi.
Sedangkan masalah jembatan, Atalehi mengaku langsung turun ke lokasi dan langsung mengidentifikasi persoalan. Ia bersyukur karena masih dalam proses pekerjaan, banjir datang sehingga bisa langsung tahu persoalannya, dan mencari solusi untuk mengatasinya.
“Memang saluran itu kalau kita lihat, air masuk dan meluap ke pekarangan rumah warga sekitar, tetapi dengan solusi yang sudah kita temukan itu kalau sudah dibuat maka air yang kemungkinan besar masuk ke saluran itu menjadi kecil kemungkinan, atau bahkan tidak ada, dan langsung menuju ke laut,”papar Atalehi optimis.
Soal tudingan bahwa kualias plesteran tidak bagus juga dibantah, karena sebenarnya campuran sangat berkualitas tetapi karena pekerjaan dilaksanakan saat musim hujan sehingga ketika terkena hujan dengan intensitas tinggi pasti rusak juga.
‘Saya sebagai kualitas pengawas melihat kualitas campuran sudah bagus, tetapi karena hujan sehingga ada bagian yang rusak, tetapi langsung diperbaiki lagi karena masih dalam pelaksanaan pekerjaan,”tandasnya.
Lebih jauh dia mengungkapkan, bahwa penanganan pekerjaan ruas jalan Kokar-Tulta-Mali ini, ada satu gorong-gorong yang dibuat itu dibawah dari titik nol, atau di luar dari kontrak pekerjaan.
“Kalau mau hanya merujuk pada kontrak kerja, maka gorong-gorong itu tidak perlu dibuat karena tidak ada dalam kontrak. Tetapi kalau kita tidak buat, maka akses transportasi terputus. Sehingga hasil kesepakatan dengan teman-teman kontraktor dan pihak Dinas Pekerjaan Umum, maka kita buat, meski itu di luar kontrak,”pungkas Atalehi. (ap/tim)