KEPALA Dinas Pariwisata Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Ripka S. Jayati,S.Sos.,M.Si., kepada alorpos.com, Senin (16/5/2022) di Pantai Wisata Mali, Kelurahan Kabola, Kecamatan Kabola, menyampaikan kesiapan instansi yang dipimpinannya serta stakeholder terkait, dalam menyukseskan Festivas Dugong yang dijadwalkan pada 18-19 Mei 2022.
Menjelang event akbar ini, ada ulah oknum ASN pada Dinas Pariwisata yang membuat onar di Pantai Wisata Mali dan videonya viral di media sosial, sehingga dinilai cukup mencidrai upaya maksimal Dinas Pariwsata dan berbagai pihak terkait, dalam membangun citra positif dan mempromosikan pesona wisata Nusa Kenari. Bagi Ripka, persoalan itu perbuatan oknum dan terjadi di luar jam dinas, tetapi pihaknya tetap bertanggungjawab dan akan memproses oknum tersebut sesuai peraturan yang mengatur tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berlaku.
“Kami tetap berproses dalam menangani masalah tersebut, tetapi persiapan dalam rangka mensukseskan Festival Dugong ini menjadi prioritas utama kami. Kejadian itu merupakah sebuah kelalaian, sehingga kami siap menerima kritikan, dan menjadi catatan bagi kami untuk melakukan pembinaan kepada staf. Walaupun selama ini, kami selalu memberi perhatian penuh dan melakukan pembinaan terhadap staf, bahwa pariwisata itu terkait dengan Sapta Pesona sehingga harus menjaga itu dalam setiap pelayanan kita,”tandas Ripka.
Namun mantan Kabag Tatapem Setda Alor ini menyadari bahwa dari satu kelompok itu, kita punya anak pasti ada satu yang nakal, dan kita wajib bertanggungjawab untuk terus melakukan pembinaan. Menurut Ripka, akibat dari apa yang dibuat stafnya itu tentu ada sanksinya, karena sebagai ASN itu ada aturan dan regulasinya.
“Tetapi kami masih fokus di sini (persiapan penyelenggaraan Festival Dugong), maka langkah-langkah yang sudah saya tempuh adalah, yang bersangkutan sudah saya bina dan memerintahkan dia secara pribadi dan keluarga, melakukan permohonan maaf kepada pihak yang merasa dirugikan atau yang menjadi korban akibat perbuatannya yang dalam kondisi tidak sadar itu. Saya perintahkan dia kemarin dan dia sudah lakukan itu. Ada juga pernyataan dia untuk tidak melakukannya lagi, tetapi sanksi adminsitrasi secara prosedural akan kami tindak lanjuti. Kami telah berkoordinasi dengan pihak BKPSDM (Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia) untuk menindaklanjuti masalah ini setelah Festival Dugong,”tandas Ripka.
Ia mengaku sangat sakit akibat ulah oknum stafnya itu ketika sedang bekerja keras untuk menyukeskan Festival Dugong. Ripka tidak tahu darimana stafnya itu mengkonsumsi minuman beralkohol karena di lokasi wisata tidak pernah mengijinkan adanya minuman keras beralkohol. Lebih jauh Ripka menjelaskan bahwa hingga saat ini, Pantai Wista Mali paska pembenahan besar-besaran, masih sedang dipromosikan sehingga para pengguna fasilitas yang disiapkan belum dikenakan biaya, alias gratis, kecuali pulsa listrik yang dibeli sendiri oleh pengguna sesuai kebutuhannya masing-masing.
“Tetapi insiden sudah terjadi, saya atas nama teman-teman Dinas Pariwisata memohon maaf kepada siapa saja yang merasa terganggu, merasa tidak nyaman atas insiden ini. Bagi saya, pariwisata bukan hanya urusan Dinas Pariwisata, tetapi menjadi tanggungjawab kita semua, seluruh elemen yang memiliki rasa kepedulian terhadap pariwisata. Jangan karena ada insiden oknum ASN begini, lalu Dinas Pariwisata dinilai seolah-olah tidak berbuat apa-apa. Padahal bisa disaksikan dengan mata kepala sendiri, apa yang sedang kami kerjakan,”tegas Ripka.
Ketika orang lain berlibur, bersenang-senang dengan keluarga, ungkap Ripka, mereka justru ada di lapangan untuk melakukan berbagai pembenahan di lokasi wisata. Dan itu, tegas dia, bukan hanya dilakukan pada saat mau ada event, karena setiap hari Ripka mengaku selalu mengontrol stafnya untuk selalu siaga di Pantai Wisata Mali untuk melayani kebutuhan pegunjung, misalnya kebutuhan air bersih, listrik atau perahu-perahu cano yang bermasalah.
“Jadi kami Dinas Pariwisata tidak pernah berlibur, karena saat liburan justru kami yang semakin sibuk bekerja, karena orang-orang akan berwisata ke lokasi-lokasi wisata saat hari libur. Karena komitmen kami untuk memberikan pelayanan terbaik, sehingga saya mohon maaf atas insiden karena ulah oknum itu, bukan ulah Dinas Pariwisata secara umum,”ujar Ripka.
Mengenai Festival Dugong, jelas Ripka, pada 2022 ini merupakan keempat kalinya festival tersebut digelar. Hasilnya, setelah melalui sejumlah tahapan seleksi yang dilakukan Kemenrian Pariwisata, Festival Dugong masuk sebagai salah satu Karisma Event Nusantara. Menurut Ripka, hampir 400-an festival seluruh Indonesia yang diseleksi, untuk Propinsi NTT hanya ada lima yang masuk nominasi, salah satunya Festival Dugong.
“Ini suatu kebanggaan luar biasa karena kita bersaing ketat dengan berbagai festival di Indonesia. Karena itu, tahun ini Festval Dugong kembali digelar Pemerintah Kabupaten Alor melalui Dinas Pariwisata. Hingga H-2 ini, persiapan kami sudah 90-an persen,”kata Ripka.
Ia merincikan sejumlah kegiatan dalam meramaikan Festival Dugong yakni, Upacara Cinta Laut, Wisata Pengembangan Dugong, Parade Perahu Hias, Island Explore ( mengeksplore Pulau Alor), Penanaman Anakan Bakau, Lomba Dayung Perahu Kano, Lomba Tarik Tambang Perahu, Lomba Cerita Pariwisata, dan Pameran Ekonomi Kreatif dan UKM.
“Lomba-lomba itu untuk memeriahkan, sekaligus mempromosikan apa yang kita punya. Misalnya, Lomba Perahu Hias yang melibatkan masyarakat umum. Yang melibatkan anak-anak sekolah juga ada, yakni Lomba Dayung Perahu Kano, dan Lomba Cerita Tentang Pariwisata, khususnya tentang destinasi-destinasi wisata yang ada di Kabupaten Alor,”papar Ripka.
Sementara lomba yang melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), termasuk dari sejumlah pemerintah kecamatan sekitarnya, yakni Lomba Tarik Tambang Perahu. Acara lainnya yang dinilai Ripka sangat mendukung, yakni pameran UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) dalam binaan sejumlah OPD, maupun kalangan swasta baik berkelompok maupun perorangan yang hendak mempromosikan hasil karya mereka masing-masing. Ia mencontohkan usaha souvenir, tenunan ikat, lukisan-lukisan destinasi wisata, kuliner atau pangan lokal, silahkan dipromosi sekaligus menjualnya di arena Festval Dugong yang dilaksanakan selama dua hari, dimulai besok 18 – 19 Mei 2022.
“Pandemi Covid-19 sempat membuat pegiat UMKM lesu, karena tidak ada tamu yang datang berwisata, sehingga moment-moment inilah bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mempromosikan dan menjual hasil karya mereka,”tandas Ripka.
Salah satu kegiatan lain yang amat penting yakni penanaman anakan mangrove atau bakau saat Festival ini. Karena Ripka berpendapat bahwa kelestrarian lingkungan habitat Ikan Dugong atau Duyung di perairan Pulau Sika dan sekitarnya itu patut dijaga secara baik.
“Kami memasukan kegatan Penanaman Anakan Mangrove ke dalam salah satu agenda festival ini karena kami mengingat bahwa bagaimana keberlangsungan hidup dari dugong ini diluar kemampuan kami Dinas Pariwisata. Saat ini, kami Dinas Pariwisata hanya menjual apa (dugong) yang sekarang ada, sehingga upaya konservasi juga tetap kita lakukan untuk menjaga keberlangsungan hidup dugong yang ada, dan kita berharap bisa berkembang biak lagi,”tandas Ripka.
Dia mengatakan telah berkomunikasi dan berkoordinasi pula dengan instansi yang khusus menangani konservasi mamalia laut, maupun lembaga lainnya seperti WWF (World Wide Fund, organisasi non pemerintah tingkat internasional yang menangani masalah konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan) , untuk adanya satu ide dan gerakan bersama, agar habitat dugong ini punya keberlangsungan hidup dan berkembang biak.
“Karena bagaimana caranya agar ada keberlangsungan hidup dan berkembang biak, kami tidak tahu soal itu. Kami hanya bisa menjual apa yang ada,”ujar Ripka.
Pantauan media ini, Pantai Wisata Mali tetap ramai dikunjungi para wisatawan, baik lokal maupun domestik pada libur Hari Raya Waisak, Senin (16/5/2022) kemarin. Ratusan pengunjung hadir menikmati berbagai sarana yang disediakan di Pantai Mali, destinasi pariwita yang sejak lama telah menjadi ikon Nusa Kenari ini di luar sana. Insiden kecil yang dilakukan oknum ASN Dinas Pariwisata dan diviralkan oknum tertentu melalui media sosial, tidak mempengaruhi animo masyarakat untuk berwisata ke Pantai Mali.
Melalui media ini, Ripka Jayati juga meluruskan mindset (cara berpikir/cara pandang) masyarakat tertentu yang menilai event-event seperti Festival atau Expo itu hanya menghambur-hamburkan uang, hanya seremonial belaka. Mindset ini yang menurut Ripka haris disamakan dalam memandang setiap event pariwsata yang dilaksanakan. Ripka menegaskan bahwa ketika ada event, dan semakin banyak event, maka roda perekonomian masyarakat akan bergerak cepat, karena pariwisata itu punya multyplier effect. Ripka tidak berpatokan pada berapa uang yang diperoleh langsung Pemerintah Kabupaten Alor dari sebuah event, tetapi apa yang dibelanjakan pemerintah melalui Dinas Pariwisata kepada masyarakat. Selain itu, jelas Ripka, bagaimana saat event berlangsung, ada transaks jual beli masyarakat di arena event seperti Festival atau Expo.
Ripka mencontohkan, untuk membuat umbul-umbul saja, tentu butuh bambu yang dibeli dari masyarakat yang punya rumpun bambu, yang punya usaha pembuatan baliho juga bisa mendapat orderan sehingga usahanya berkembang, bisa merekrut tenaga kerja dan tentu akan membayar pajak usahanya kepada daerah ini.
“Itu salah satu contoh kecil saja. Lebih dari itu, jika ada event, maka wisatawan akan datang, pengusaha transportasi yang punya armada taksi atau mobil rental, tukang ojek, pengusaha tenda, pemilik mobil pick up, restoran, rumah makan, hotel-hotel, hingga penjual ikan, sayur dan berbagai bahan makanan di pasar-pasar akan mendapat imbas positif. Ini yang namanya mulyplier effect, perputaran ekonomi terjadi di situ. Oleh karena itu, mindset kita semua harus disamakan dulu seperti ini. Bukan duduk-duduk, tidak buat apa-apa untuk daerah ini, lalu menilai event-event itu hanya menghambur-hambukan uang,”tegas Ripka, sembari menambahkan bahwa biaya dari APBD Kabupaten Alor untuk Dinas Pariwisata tergolong sangat minim, tetapi tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus berkreasi dan berinovasi. Buktinya, sejumlah destinasi wisata terus ditata secara baik, termasuk Taman Kota di Tugu Lilin yang bersebelahan dengan Stadion Mini Kalabahi, saat ini sudah indah menggoda, sehingga diserbu banyak pengunjung saban hari.
Menurut Ripka, event-event pelru terus dilakukan sebagai sarana promosi sehingga wisatawan baik domestik maupun manca negara bisa berwisata ke daerah yang disebut-sebuyt punya taman laut terindah di dunia ini setelah Karibia. Ia menganalogikan, Rokok Surya saja sudah sangat terkenal sejak kita belum lahir, tetapi hingga saat ini promosi terus dilakukan, karena memang itulah kiat pemasaran. Ripka berpendapat, setiap destinasi wisata juga harus dipasarkan dengan promosi terus menerus, melalui event setiap tahunnya dalam waktu yang sama.
Dengan event setiap tahunnya dengan waktu yang sama seperti Festival Dugong ini, lanjut Ripka, maka menjadi kalender tetap yang dijadikan rujukan bagi para wisatawan untuk menentukan destinasi wisata mana saja di setiap negara atau daerah yang akan mereka kunjungi. Kalau event dibuat suka-suka tanpa ada konsistensi, ujar Ripka, maka tidak akan masuk dalam kalender berwisata para wisatawan, dan itu artinya kemunduran. Jadi, tutup Ripka, event itu untuk promosi keunggulan pariwsata daerah, bukan hambur-hamburkan uang. Dinas Pariwisata, demikian Ripka, bukan kerjanya membangun fisik seperti jalan, jembatan, embung-embung dan sejenisnya yang bisa dilihat secara kasat mata, tetapi promosi melalui berbagai event sebagai wahana berputarnya roda ekonomi masyarakat dan semua pelaku pariwisata.
Asal tahu saja, Festival Dugong ini merupakan salah satu festival unik yang hanya ada di Kabupaten Alor karena tidak akan ditemui festival serupa di belahan bumi lainnya, dimana para pengunjung akan berkesempatan untuk bercanda dan mengelus-elus dugong alias ikan duyung di laut lepas.
Dugong yang sudah populer bernama “Mawar”, nama pemberian pawangnya Ones La’a ini hidup di perairan Pulau Sika dan sekitarnya di Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor. Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan sejumlah pejabat tinggi di pusat, sudah pernah dibuat terkesima oleh aksi sang dugong. Festival Dugong ini biasanya diawali dengan ritual laut sesuai budaya masyarakat adat setempat.
Ditangani Polres Alor
Sementara itu, Kapolres Alor, AKBP.Ari Satmoko,S.I.K.,MM melalui press release Humas Polres Alor yang diterima media ini, Selasa (17/5/2022) siang menyebutkan bahwa kasus penghinaan yang terjadi di Cafe MJ, Pantai Wisata Mali (14/05/2022) yang sempat heboh di medsos, telah ditangani oleh Satuan Reskrim Polres Alor. Press release tersebut antara lain mengungkapkan, bahwa kejadian menurut korban Pit Berthan bermula ketika SN, oknum ASN Pemkab Alor sebagai terlapor dalam keadaan dipengaruhi miras mendatangi Cafe MJ yang dikelola Saudari Pitt Bethan yang berlokasi di kawasan Wisata Mali tersebut untuk berkaraoke. Namun saat SN ingin berkaraoke, pengelola café tidak mengijinkan dengan alasan bahwa aturan Cafe tidak mengizinkan untuk bernyanyi kepada siapapun. Mendengar hal tersebut , SN yang tidak menerima baik hal tersebut langsung mengambil kursi bambu inventaris Dinas Pariwisata yang berada di sekitar Café untuk dibawa ke luar.
Mendapati hal tersebut Saudari Pitt Bethan langsung menghubungi Kadis Pariwisata namun tidak diangkat. Setelah itu saudari Pitt Bethan kembali menghubungi salah satu pegawai Dinas Pariwisata yang bernama Marsel untuk menyampaikan tindakan SN yang mengeluarkan kursi inventaris Dinas Pariwisata ke luar Kawasan Café. Hal itu akhirnya terjadi peristiwa yang diduga penghinaan sebagaimana viral di media sosial.
“Kasus penghinaan yang dilakukan SN salah satu Oknum ASN di Pemkab Alor tersebut saat ini sudah ditangani satuan Reskrim Polres Alor , dengan laporan Polisi nomor LP/ B/ 147/V/2022/SPKT/PA/ NTT, tanggal 14 Mei 2022 dan hari ini pun, Selasa (17/5) sesuai informasi penyidik Satuan Reskrim Polres Alor Oknum ASN tersebut sudah diperiksa di Sub Unit Pidum II,”demikian tulis Humas Polres Alor pada alinea terakhir press release-nya. (ap/linuskia)