ATAS dukungan Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, maka diselenggarakan Pagelaran Seni Budaya Alor yang berlangsung selama tiga hari pada 28-30 September 2021 ini. Pagelaran budaya tersebut, meliputi sejumlah materi perlombaan, yakni Pertunjukan Tari Tradisional dan Kreasi, Pertunjukan Permainan Rakyat, Pertunjukan Olahraga Rakyat, Lomba Ritual Adat/Upacara Adat dan Lomba Sastra Daerah.
Hal ini dikemukakan Ketua Panitia Penyelenggara, Sariani Widya Hastuti kepada alorpos.com, Rabu (29/9/2021) di lokasi kegiatan, halaman Museum 1000 Moko Kalabahi, Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Menurut Ani, demikian wanita murah senyum ini biasa disapa, bahwa event tersebut dengan tema “Pelestarian Seni Budaya Warisan Leluhur”.
Sasaran pagelaran seni budaya Alor ini, kata Ani, untuk kaum milenial atau generasi muda, sebagai upaya pemajuan dan pelestarian budaya daerah, demi mendukung pemajuan dan pelestarian budaya nasional.
Maklum, sebagaimana dikemukakan Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor, Mesak T.Blegur,S.Pi., bahwa Sariani Widya Hastuti merupakan salah satu anak muda Alor yang proposalnya lolos seleksi untuk mendapat dukungan dana dari Dirjen Kebudayaan pada Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, dalam rangka menyelenggarakan Festival Budaya.
Kepada media ini di sela-sela klegiatan, Rabu (29/9/2021), Mesak mengatakan, ada dua kegiatan yang didukung Dirjen Kebudayaan pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Program Pemajuan Kebudayaan Daerah. Kegiatan ini menurutnya lebih diprioritaskan bagi generasi milenial sebagai upaya pelestarian budaya.
Melalui program ini, jelas Mesak, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Dirjen Kebudayaan melakukan seleksi atas proposal-proposal yang diusulkan oleh kaum muda di daerah, yang difasilitasi Dinas Kebudayaan. Untuk Kabupaten Alor, ungkap Mesak, pihaknya mengusulkan tiga proposal, yakni satu proposal kelembagaan dan dua proposal perorangan. Namun, lanjut Mesak, satu proposal kelembagaan itu gugur karena administrasinya kurang lengkap, sedangkan dua proposal perorangan itu lolos seleksi.
“Proposal pertama itu oleh Sariani Widia Hastuty. untuk kegiatan Festival Budaya Daerah, yang sudah dua hari ini ada pelaksanaan Festival Seni Budaya dan Sastra Daerah. Proposal kedua, oleh Yohanis Atamai,S.Pd untuk Festival Cerita Rakyat yang pelaksanaannya akan dimulai sekitar tanggal 7 Oktober 2021 ini,”tandas Mesak.
Dia berharap, kegiatan-kegiatan pemajuan kebudayaan seperti ini terus dilakukan. Mesak berpendapat, di tengah pandemi Covid-19, berbagai kegiatan, termasuk pagelaran seni budaya hampir tidak pernah dilakukan. Karena itu, demikian Mesak, kegiatan ini dilakukan agar kembali menggairahkan aktivitas seni budaya di daerah demi ikut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun Mesak juga menilai dalam kapasitasnya sebagai salah satu yuri pagelaran seni budaya itu, bahwa generasi muda belum banyak terlibat dalam sanggar-sanggar seni budaya di Alor.
“Dari pentas ini, kami evaluasi, ternyata masih banyak sanggar seni budaya yang tampil, masih didominasi orang-orang tua. Kecuali dari Kecamatan Pantar yang kita lihat sudah ada regenerasi karena anak-anak muda yang tampil. Sanggar yang lain, orang tua semua yang tampil. Karena itu kami akan memberikan pembinaan kepada sanggar-sanggar seni budaya di Alor agar sudah harus mulai lakukan proses regenerasi dengan melibatkan anak-anak muda,”tandas Mesak.
Sebelumnya, Wakil Bupati Alor, Imran Duru,S.Pd.,M.Pd dalam sambutannya secara daring (recorded) ketika membuka acara ini, Selasa (28/9/2021) lalu, menilai pagelaran budaya tersebut merupakan langkah yang baik dalam upaya pemajuan kebudayaan daerah dan mendukung pemajuan kebudayaan nasional.
“Sebagai orang Alor kita patut berbangga karena kemajemukan etnis dan budaya yang kita miliki, telah menyatukan kita dalam hubungan dan interaksi sosial yang baik antar etnis, karena ada keterikatan budaya yang saling membutuhkan dalam jalinan persaudaraan dan kekeluargaan,”tandas Imran.
Karena itu dia berharap agar event ini menjadi motivasi tersendiri bagi pemajuan kebudayaan di Kabupaten Alor. . Pada prinsipnya, lanjut Imran, pemerintah daerah menyambut baik terselenggaranya pagelaran budaya Alor tersebut.
“Pemerintah Kabupaten Alor menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada pemerintah pusat, dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan, yang telah memberikan dukungan anggaran bagi pelaksanaan pemajuan kebudayaan di daerah ini, bagi dua orang anak muda di Kabupaten Alor, yang telah lolos proposal individual pada Tahun 2021, yakni Sariani Widia Hastuty untuk Kegiatan Pagelaran Seni Budaya Alor, dan Yohanis Atamai,S.Pd untuk kegiatan Festival Ceritra Rakyat Alor,”tandas Wabup Imran Duru yang juga mantan guru itu.
Pantauan media ini, Pagelaran Seni Budaya Alor tersebut berlangsung meriah, meski tanpa penonton yang berjubel karena dilakukan secara virtual dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Menurut Sariani Widia Hastuty, event ini melibatkan 70 peserta dari Sanggar Seni Budaya di Kecamatan Pantar, Pulau Pura, Kabola, Alor Barat Laut, Alor Barat Daya, Alor Tengah Utara dan Kecamatan Alor Timur Laut.
Ani menuturkan bahwa karakter wilayah kepulauan di Kabupaten Alor menjadikan daerah ini sebagai negeri yang multi etnik, multi lingual dan multi budaya. Menurutnya, keragaman budaya di Kabupaten Alor ini terkelompokan dalam 12 rumpun adat, meliputi Rumpun Adat Nuh Atinang, Rumpun Adat Pura, Ternate dan Buaya, Rumpun Adat Abui, Klon, Hamap, dan Masin, Rumpun Adat Abui Lembur, Rumpun Adat Abui Welai, Rumpun Adat Abui Mataru, Rumpun Adat Kuligang, Rumpun Adat Kolana, Rumpun Adat Batulolong, Rumpun Adat Lera Gereng, Rumpun Adat Bia’ng Wala dan Rumpun Adat Baranusa.
Untuk menjaga agar budaya ini tetap lestari, kata Ani, maka generasi muda harus dilibatkan dengan cara diperkenalkan sejak dini tentang tradisi atau budaya setempat, dalam kehidupan sehari-hari.
Mengenai apek yang dinilai dalam perlombaan ini, jelas Ani, disesuaikan dengan jenis perlombaan. Untuk ritual adat atau upacara adat, maka yang dinilai mencakup penguasaan materi ritual, pemahaman terhadap ritual adat, pergerakan saat melaksanakan ritual adat, bahasa daerah yang digunakan berserta sinopsisnya. Selain itu, ujar Ani, kekuatan vokal yang mencakup tempo, dinamika dan pengucapan, busana dan property atau peralatan pendukung ritual adat yang digunakan, penguasaan panggung, pemanfaatan waktu sesuai ketentuan.
Sedangkan Sastra Daerah (cerita rakyat), papar Ani, hal-hal yang dinilai antara lain terkait pemahaman terhadap cerita rakyat yang dibawakan, penjiwaan atas isi cerita, pergerakan saat bercerita dan membawa property, mimik wajah dalam memerankan tokoh dalam cerita, kekuatan viokal, tempo, dinamika dan pengucapan, penguasaan panggung, dan panjang cerita.
Karena itu, Panitia Pelaksana mempercayakan Dewan Yuri dalam pagelaran ini, untuk Lomba Ritual Adat Ir.Yunus Adifa,M.Si., Abraham M.J.Panduwal,S.Hut., dan Musa Abdullah,M.Si. Sedangkan Dewan Yuri untuk Lomba Sastra Daerah yakni Mesak Tapua Blegur,S.Pi., Nurdin Daka,S.Sos dan Isak Bekata.
Sementara itu, peserta yang tampil dalam pagelaran seni budaya ini, yakni; pada Salasa (28/9/2021) tampil tiga sanggar seni budaya, yakni Sanggar Lakatuli dari Bampalola, Kecamatan Alor Barat Laut, Sanggar Bang Towa dari Kopidil, Kecamatan Kabola dan Sanggar Ekosari dari Alor Kecil, Kecamatan Alor Barat Laut.
Pada Rabu (29/9/2021), tampil Sanggar Gapura dari Takpala, Kecamatan Alor Tengah Utara, Sanggar Kolwah dari Waisika, Kecamatan Alor Timur Laut dan Sanggar Yar Goleng dari Boweli, Kecamatan Pantar. Sabtu (30/9/2021), tampil satu sanggar, yakni Sanggar Edelweys dari Moru, Kecamatan Alor Barat Daya.
Menurut Ani, Setelah penampilan Sanggar Edelweys, dilanjutkan dengan acara penutupan, antara lain pengumuman hasil perlombaan dan penyerahan hadiah. Menurut Ani, para juara masing-masing kategori dalam Pagelaran Budaya Alor ini mendapat hadiah berupa uang tunai, piala dan sertifikat. (ap/linuskia)