DIPERCAYAKAN Bupati Alor, Drs.Amon Djobo,M.AP dan Wakil Bupati Alor, Imran Duru,S.Pd.,M.Pd menjadi Camat Alor Barat Daya sejak Februari 2021, Yapi Hinglir,S.P berkomitmen untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan sebaik mungkin untuk memimpin, mengayomi dan memotivasi warga Alor Barat Daya yang tersebar di 12 desa dan satu kelurahan itu. Alor Barat Daya alias ABAD yang sering diplesetkan dengan “Aku Banting Aku Duduk”, tentu punya tantangan tersendiri yang harus diurai oleh siapapun yang dipercayakan menjadi camat, termasuk Yapi Hinglir.
“Selaku camat, kita melaksanakan tugas-tugas pengendalian kewilayahan. Saya turun di 12 desa dan satu kelurahan, coba untuk menjadi pembantu bupati yang baik. Tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, termasuk pembinaan Kamtibmas terus kita lakukan,”kata Yapi dalam sebuah perbincangan dengan alorpos.com di kantornya belum lama ini.
Setelah terjun ke 12 desa dan satu kelurahan itu, Yapi Hinglir kemudian menilai bahwa Alor Barat Daya ini punya potensi luar biasa. Sejak Tahun 2021, ungkap Yapi, ada intervensi pembangunan infrastruktur
“Selaku camat, dalam berbagai kesempatan saya selalu sampaikan bahwa kita harus berterima kasih kepada pemimpin kita. Tentu pada aras bernegara, tentu pak Jokowi selaku Presiden RI dengan intervensi dana desa, kami rasakan luar biasa. Bapak Gubernur NTT dengan sejumlah pembangunan infratsruktur jalan propinsi trans Watatuku-Mataraben, itu mimpi kami orang ABAD yang bertahun-tahun, baru bisa dijawab Gubernur NTT saat ini (Dr.Viktor B.Laiskodat,SH.,M.Si). Dan kita mendapati juga bahwa ada banyak intervensi pemererintah Kabupaten Alor dibawah kepemimpinan bapak Amon (Amon Djobo) dan bapak Imran (Imran Duru) yang kita rasakan, terutama membuka keterisolasian wilayah,”ujar Yapi.
Menurutnya, Tahun 2021 dan 2022 ini sementara dibangun jalan trans Lola-Ling Al. Selain itu, sedang dibangun jalan ruas Margeta-Ling’al, Hopter-Halmin dan ruas Mataraben-Buraga. Di tengah sukar sulit yang diadapi pemerintahan, demikian Yapi, tetapi pemerintahan masih memberikan perhatian. Sehingga dalam apel HUT RI pada 17 Agustus 2022, ia mengajak seluruh komponen masyarakat Alor Barat Daya, untuk berterima kasih kepada pemerintah.
“Sebagai camat, dalam tugas-tugas pemberdayaan masyarakat yang didelegasikan oleh bapak Bupati Alor, tentu saya membaca bahwa harus ada sesuatu yang diinginkan oleh pemerintah pada level yang lebih tinggi. Saya coba mendalami itu, dan dalam banyak kunjungan saya ke masyarakat, saya melihat ada satu potensi kita yang selama ini belum diexplore secara baik, sehingga belum bermanfaat secara baik,”tandas Yapi.
Karena itu, dia mengajak seluruh orang Alor Barat Daya yang ada di Kelurahan Moru dan seluruh desa, agar melihat kebijakan pembangunan infrastruktur ini dengan membuat inovasi dan kreatifitas yang punya nilai tambah ekonomi. Yapi berpendapat bahwa pembangunan jalan itu tidak semata-mata untuk pergerakan manusia dan barang, tetapi ada nilai ekonomis yang diinginkan pemerintah. Untuk itu, selaku camat, Yapi merasa berkewajiban untuk mendorong masyarakatnya agar mulai berpartisipasi melakukan kegiatan yang bernilai ekonomis.
“Pemerintah sudah membangun ruas jalan di wilayah Alor Barat Daya dengan nilai hampir Rp 50 Milyar ini, kalau hanya dijadikan untuk sekadar gagah-gagahan serta mobilitas orang dan barang, tentu kurang produktif,”tegas Yapi.
Setelah melihat berbagai potensi Alor Barat Daya, sosok familiar yang penuh ide dalam setiap diskusi ini, melirik Pantai Ling Al yang mempesona dengan pasir putih nan menggoda itu harus dijadikan sebagai destinasi wisata primadona, untuk memantik geliat maju ekonomi warga Alor Barat Daya. Setelah satu bulan menjadi camat Alor Barat Daya, Yapi mengaku sudah bermalam di Ling Al dan memotret dengan sungguh berbagai potensi alam dan keseharian masyarakatnya. Dari sana, sosok yang berlatar belakang teknokrat ini mulai mengkalkulasi potensi yang ada jika dikembangkan secara maksimal sehingga menjadi penggerak rodal ekonomi Alor Barat Daya secara keseluruhan.
“Kita harus bisa melakukan sesuatu, dan sesuatu itu harus dilakukan sekarang, meski dalam keterbatasan. Sebaik apapun ide dan gagasan, kalau tidak diimplementasikan juga sama saja, hama boing,”kata Yapi dalam dialeg Alor.
Dia kemudian menggagas kegiatan Tour & Camping The Ling Al, dengan motivasi sederhana, agar orang yang belum tahu Ling Al menjadi tahu, dan orang yang belu datang ke Ling Al akhirnya datang ke Ling Al. Selama ini, lanjut Yapi, ada yang tahu Ling Al tetap ragu-ragu ke Ling Al karena mereka tidak tahu bahwa sekarang pembanguan jalan sudah sampai ke Ling Al.
Yapi mengakui bahwa pihaknya di kecamatan punya keterbatasan, tetapi bersama pemerintah desa/kelurahan serta anak-anak muda dan masyarakat umumnya di Alor Barat Daya mendukung, sehingga mereka bertekat untuk mengexplore sesuatu yang indah (Pantai Ling Al) yang dititipkan Tuhan di wilayah itu.
“Sebagai camat, saya menerima tanggungjawab itu, dan berkomitmen bahwa terlalu berdosa kalau saya tidak mengambil peran ini, walaupun kami tidak punya anggaran khusus untuk membuat kegiatan ini,”tandas Yapi, sembari mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Alor, Ripka Jayati,S.Sos yang telah bersama-sama meninjau ke Pantai Ling Al untuk melihat kesiapan warga dalam menyambut event dimaksud.
Menurut Yapi, kegiatan yang dibuat itu dengan thema yang ringan yakni Tour dan Camping, yakni bagaimana orang datang menginap di Ling Al, bukan di hotel tetapi di tenda-tenda, sambil menikmati alam sekitarnya, dengan pesona pasir putih yang membentang sepanjang 1,4 kilo meter itu. Selain itu, kata Yapi, para peserta kegiatan ini akan melihat juga salah satu goa bersejarah yang selama ini luput dari perhatian yakni Goa Makpang.
“Goa Makpang ini menurut penelitian para arkeolog, bahwa di dalam goa itu ada fosil anak-anak yang sudah berubah seperti kristal karena usianya sudah 5000 tahun. Ini juga potensi yang kita dorong agar lebih diperkenalkan. Ada juga budaya lokal masyarakat setempat yaitu berburu adat yang dilaksanakan setahun sekali. Berburu itu melalui upacara ritual adat, dan syarat adatnya, rusa-rusa yang boleh diambil (dipanah) dalam berburu adat itu, hanya rusa-rusa yang tidak produktif lagi serta dalam jumlah yang terbatas,”jelas Yapi.
Bagi Yapi, panorama pantai berpasir putih yang mempesona di Ling Al, Goa Makpang dan Berburu Adat merupakan tiga ikon yang akan dipromosikan secara maksimal sehingga menarik minat wisatawan. Ia menyadari bahwa wilayah Halerman itu topografinya tergolong berat karena bertanah liat dengan vegetasi kayu putih, sehingga usaha-usaha darat tidak terlalu menonjol. Karena itu, lanjut Yapi, yang menjadi harapan kedepannya yakni produksi wilayah pesisir. Karena itu, dalam ajang Tour dan Camping ke Ling Al inipun salah satu agenda kegiatan lagi yakni Makan Ikan Massal sebagai bagian dari kampanye bahwa Alor Barat Daya juga punya potensi perikanan yang luar biasa.
“Selain itu kita ingin menggaungkan kepada seluruh orang Alor Barat Daya, bahkan seluruh masyarakat Kabupaten Alor, bahwa mari kita makan ikan sebagai bagian dari pemenuhan protein hewani untuk penurunan stunting (anak kerdil). Ini yang perlu kita dorong,”tandas alumni Fapertan Undana Kupang ini.
Rencana semula, jelas Yapi, event Tour & Camping The Ling Al hanya berlangsung dua hari, tetapi atas usul sebagian besar peserta yang sudah mendaftar, termasuk dari Jakarta sekitar 40-an orang dan dari Kupang 50-an orang, maka kegiatan ini diperpanjang satu hari, mulai 21 Oktober 2022 Pukul 13.00 Wita dari Moru ibukota Alor Barat Daya, dan kembali pada 23 Oktober 2022 Pukul 14.00 Wita.
“Baru sekitar dua migguan kita lauching rencana kegiatan ini, sudah 200-lebih orang yang mendaftar. Target kita 1000 peserta supaya adar 1000 mata yang melihat, ada 1000 hati yang merasakan Ling Al, ada 1000 kaki yang berada di Ling Al, kemudian ada 1000 pasang jari yang akan menceritakannya (menggunakan internet dan fitur-fitur pada handphone android) melalui berbagai media sosial, sebagai bagian dari kampanye atau promosi potensi pariwisisata di Alor Barat Daya,”harap Yapi.
Lebih jauh Yapi berpendapat, mempromosikan potensi pariwisata itu butuh proses sehingga tidak bisa langsung memperoleh hasilnya secara instan. Ia mengibaratkan piramida terbalik, dari hal-hal yang kecil dilakukan saat ini, maka mungkin lima atau sepuluh tahun kemudian baru mulai merasakan hasilnya.
“Kerja pariwisata bukan kerja Sinterklas, tanam pagi besok panen. Tidak seperti itu. Saya termotivasi karena industri pariwisata telah menjadi industri terbesar kedua di dunia setelah migas. Dan diperkirakan, dengan energi terbarukan yang sedang dibangun sekarang seperti sinar matahari, arus laut, kecepatan angin, maka ketergantungan pada migas akan berkurang. Maka tinggal menunggu waktu, pariwisata akan mengambil alih posisi sebagai industri terbesar di dunia. Ini potensi,”tandas Yapi.
Secara kewilayahan, lanjut Yapi, Kabupaten Alor masuk dalam trust Bali, Lombok, Labuan Bajo dan kebijakan nasional itu, setelah Bali-Lombok-Labuan Bajo, akan masuk Alor, sehingga kita harus mulai siap. Karenanya Yapi megaku telah mengajak pemuda, mahasiswa, pramuka dan elemen masyarakat lainnya untuk berkolaborasi.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri sehingga kita harus saling mendukung. Kegiatan pertama ini akan membuka mata orang, bahwa mau ke Ling Al itu sudah tidak sulit,”tandas Yapi.
Ia mengemukakan, jarak Kalabahi ke Ling Al sekitar 60-an KM. Lama perjalanan darat dari Moru ke Ling Al itu, ungkap Yapi, sebenarnya hanya butuh waktu sekitar satu setengah jam dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Dari Kalabahi ke Moru, lalu melewati Wolwal – Lola – Habolat – Mataraben – Hopter – Halerman – Worboat – Ling Al.
“Jalanya sudah dibangun oleh bapak Bupati Alor (Drs.Amon Djobo,M.AP), sehingga saya berterima kasih sekali. Dalam setiap arahan saya, saya sampaikan bahwa pemerintah sudah bekerja keras dengan anggaran yang minim karena pandemi Covid-19, tetapi kita Alor Barat Daya masih mendapat kue pembangunan yang luar biasa, hampir Rp 50 Milyar untuk infrastruktur,”ujar Yapi.
Menurut salah satu mantan pejabat di Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Alor ini menilai Alor Barat Daya selama ini dikenal sebagai daerah potensi pertanian, sehingga dia ingin menggeser produksi bahan baku menjadi produksi olahan. Ia mencontohkan, ubi atau pisang akan diolah terlebih menjadi keripik dalam kemasan baru dijual. Dia ingin mendorong agar masuk dalam tahap hilirisasi, yakni pemberian nilai tambah pada produk-produk pertanian yang ada di wilayah, menjadi kuliner dalam menunjang pariwisata.
“Dalam event ini juga ada pameran tenun, kerajinan lokal dan pameran kuliner sehingga ada nilai tambah bagi ekonomi keluarga. Selama dua malam di Ling Al akan diisi pula dengan atraksi seni budaya sehingga ada nuansa adatiah,”tandas Yapi, seraya mengajak masyarakat Alor Barat Daya, agar pada wilayah yang akan dilalui peserta Tour & Camping The Ling Al, agar menjadi tuan rumah yang baik, serta menyediakan aneka kuliner atau kerajinan lokal yang menarik minat untuk dibeli. Ia yakin, bahwa dampak ekonomi dari kegiatan ini tidak hanya dirasakan warga Halerman, tetapi Alor Barat Daya secara keseluruhan.
Alumni SMA Negeri I Kalabahi ini rupanya telah memahami apa yang dibutuhkan masyarakatnya. Maklum, dia punya prinsip, “semakin cepat kita mendeteksi persoalan yang ada di lapangan, semakin cepat kita menghadirkan solusi, maka pemerintahan ini akan dipercaya. Masyarakat akan merasa bahwa pemerintah ada”.
Menurut Yapi, pihaknya mendapat dukungan dari Bupati Alor dan sudah berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Alor dalam menyukseskan kegiatan Tour & Camping The Ling Al. Karena itu, Pemerintah Kecamatan Alor Barat Daya mengajak semua pihak dimanapun berada, mari berpartisipasi, menjadi bagian dari 1000 orang dalam kegiatan Promosi Wisata dan Edukasi Pantai Ling Al
melalui event bertajuk “Tour & Camping The Ling Al” yang akan berlangsung pada 21-23 Oktber 2022.
Tour Darat jalur Moru-Wolwal-Mataraben-Hopter-Halerman-Worgowat-Ling Al; Menikmati Keindahan Pantai Pasir Putih; Mengexplore Goa Makmang yang didalamnya terdapat fosil anak-anak berusia 5000 tahun; Mengikuti Ritual Berburu Adat; Makan Ikan Bakar Massal; Pameran Tenun dan Kerajinan Lokal; Atraksi Seni Budaya dan Konser Musik.
Pendafatran peserta gratis dan konsumsi selama kegiatan disiapkan panitia pelaksana. Peserta wajib membawa Hand Phone Android. Tujuannya tentu agar peserta bisa memotret lalu memposting dan share melalui media sosial masing-masing, tentang berbagai obyek yang dianggap menarik selama mengikuti Tour & Camping The Ling Al, sebagai bagian dari promosi.
Info Pendaftaran: Wilayah Moru melalui Gloria 082118366570, Ina 081282448714, Kalabahi melalui Wati 081237929858, Ningsi 082146081868, Nejemia 082146514751. (ap/linuskia)