“COVID-19 masih menghantui, tetapi masyarakat tidak di rumah. Masyarakat berada di lahan sawah, ada di kebun. Ini yang harus dicontohi. Yang kena (positif) Covid, ya dikarantinakan, baik itu karantina mandiri atau karantina terpusat. Yang tidak kena Covid, harus kita berdayakan dan terus bekerja”.
Demikian penegasan Bupati Alor, Propinsi NTT, Drs.Amon Djobo ketika blusukan ke lokasi persawahan di Desa Waisika, Kecamatan Alor Timur Laut, Kamis (15/7/2021) siang. Nampak tanaman padi dan berbagai jenis tanaman pangan lainnya tumbuh subur.
Sejumlah staf Kecamatan Alor Timur Laut yang kantornya berseberangan dengan lahan swah tersebut, nampak kaget dan bergegas mengikuti bupati Djobo didampingi Kepala Bappelitbang, Obeth Bolang,S.Sos yang sudah berada di lokasi persawahan. Camat dan Sekcam Alor Timur Laut sedang tidak berada di tempat.
Maka saat itu bupati Djobo sempat berdialog dengan Kepala Sub Bagian (Kasubag) Umum Kecamatan Alor Timur Laut, terkait petani sawah di Waisika. Menurut staf itu, ada tujuh kelompok tani sawah di Waisika. Masing-masing kelompok beranggotakan 25 petani, tetapi ada yang sampai 30 petani. Petugas Penyuluh Pertanian juga menurutnya selalu ada di Waisika untuk mendampingi para petani. Ketika itu bupati Djobo menekankan, bahwa bukan karena Covid-19, lalu warga tidak bekerja.
“Kita punya tiga upaya percepatan yakni Alor Kenyang, Alor Sehat dan Alor Pintar. Ini artinya bahwa meski ada Covid-19, tetapi masyarakat tidak di rumah. Masyarakat berada di lahan sawah, ada di kebun. Ini yang harus dicontohi. Yang kena (positif) Covid, ya dikarantinakan, baik itu karantina mandiri atau karantina terpusat. Yang tidak kena Covid, harus kita berdayakan dan terus bekerja, sehingga kenyang, sehat, pintar ini bisa jalan,”tandas Djobo.
Menurutnya, tugas pemerintah itu memfasilitasi, memberi penerangan, pencerahan, sosialisasi dan sebagainya. Soal pupuk, benih dan petugas Penyuluh Pertanian, ujar Djobo, harus selalu siaga untuk membantu masyarakat petani. Saat ini, lanjut Djobo, kita sudah berada di bulan ke tujuh, tetapi dengan usaha padi sawah masyarakat yang terlihat subur seperti di Waisika, maka saat Oktober nanti sudah panen dan menjadi stok pangan menghadapi masa paceklik.
“Alor sudah cukup berubah banyak, maka beberapa tahun terakhir ini, tidak ada lagi di Alor tidak ada lagi yang disebut masyarakat busung lapar, atau masyarakat kekurangan pangan, baik masyarakan di gunung maupun di pantai. Karena masyarakat punya ketersediaan pangan lokal hingga musim tanam tahun berikutnya,”tandas pencetus Peogram Gerakan Membangun Menuju Alor Mandiri (Gemma Mandiri) ini. (ap/linuskia)