Mengintip Aksi KADIN Alor dan GEMPPA Soal Pedagang Paska Relokasi

author
1
7 minutes, 46 seconds Read

KAMAR Dagang dan Industri (KADIN) Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur, melakukan kegiatan kemanusiaan berupa aksi berbagi kasih dengan mama-mama penjual sayur di Pasar Inpres Lipa Kalabahi. Ketua KADIN Alor, Denny Lalitan,SH melalui akun media sosialnya, Kamis (10/6/2021) sekitar pukul 14.00 Wita mengatakan, bahwa kegiatan berbagai kasih tersebut berupa bantuan terpal, timba dan masker merah putih untuk memperlancar aktifitas jual beli. Denny juga menyampaikan terima kasih kepada Anggota KADIN Kabupaten Alor yang telah secara spontan mengulurkan bantuan kasih dimaksud.
Langkah yang ditempuh KADIN Alor ini, sebagai salah satu bagian solusi dan kepedulian terhadap para pedagang pasar yang baru saja direlokasi dari Pasar Kadelang. Karena itu sejumlah warganet atau netizen menyampaikan apresiasinya kepada KADIN Alor melalui kolom komentar pada postingan Ketua KADIN Alor, Denny Lalitan.
“Salut dan bangga untuk KADIN Alor. Semangat melayani,”demikian tulis Direktur Yayasan Lendola Alor, yang kini sukses pula sebagai pengusaha ayam petelur, Drs.John L.Maro.
“Terima kasih teman-teman KADIN Alor, su (sudah) bantu mama dan teman2 di pasar. Tuhan Yesus memberkati,”tulis Emylda Laubase.
Sejumlah netizen lainnya juga menyampaikan apresiasi serupa. Maklum, catatan media ini, Denny Lalitan itu salah satu sosok aktivis lintas organisasi dan komunitas, sehingga punya kepedulian sosial kemasyarakatan yang tinggi.

Seorang ibu pedagang di Pasar Inpres Lipa, sesaat setelah menerima bantuan kasih berupa terpal, ember, gayung dan masker dari KADIN Alor

Posisi terakhir sebagai Ketua KADIN, serta masih sebagai Pengurus Forum Komunikasi Pemerhati dan Perjuangan Hak-hak Perempuan (Forkom P2HP) Kabupaten Alor, yang barangkali mendorong Denny Lalitan menginsiasi aksi aksi berbagi kasih dengan mama-mama penjual sayur di Pasar Inpres Lipa Kalabahi. Denny tentu tidak ingin para pelaku pasar yang sebagian besarnya kaum perempuan, yang juga mama-mama itu terhimpit berbagai kesulitan ketika berjualan di pasar itu.
Secara kebetulan, aksi KADIN Alor (sebagaimana tanggal postingan di facebook) tersebut, dilakukan pada hari yang sama dengan aksi unjuk rasa elemen pemuda dari PMKRI, HMI, GMNI dan sejumlah Ormawa lokal di Alor, yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Peduli Pedagang (GEMPPA), terkait Relokasi Pedagang Pasar Kadelang ke Pasar Inpres Lipa-Kalabahi.
GEMPPA punya cara sendiri, yakni turun ke jalan, berdemonstrasi, berorasi menuntut Pemerintah Kabupaten Alor agar mengevaluasi kembali kebijakan merelokasi 753 Pedagang Pasar Kadelang ke Pasar Inpres Lipa. Alasan GEMPPA, sebagaimana disampaikan Koordinator Umum (Kordum) Aksi, Yoas Famai, bahwa lokasi Pasar Inpres Lipa tidak cukup luas untuk menampung pedagang Pasar Lipa dan Pasar Kadelang. Akibatnya, kata Yoas, ruang gerak para pedagang dan pembeli sangat berdesakan, sehingga melanggar protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 saat ini.
Karena itu, Gempa menuntut agar Pemkab Alor mencari lahan untuk disewakan sebagai tempat merelokasi para pedagang Pasar Kadelang, karena nomenklatur anggaran yang dialokasikan dalam APBD Alor Tahun 2021, yakni Biaya Sewa Lahan Untuk Relokasi Pedagang Pasar Kadelang sebesar Rp 900 Juta. GEMPPA juga menuntut agar Pemkab Alor menyediakan terminal bagi angkutan umum karena terminal di lokasi Pasar Kadelang sudah ditutup seriring relokasi pedagang tersebut.
Pantauan media ini, aksi GEMPPA ini mulai memanas dan memicu kericuhan, saat berada di Kantor Dinas Perdagangan Kabupaten Alor. Aktivis GEMPPA yang tidak puas dengan jawaban pihak Dinas Perdagangan, kemudian menyegel pintu kantor megah yang berhadapan dengan Kantor Bupati Alor di kawasan Batunirwala Kalabahi itu. Aparat Polres Alor, Polisi Pamong Praja dan perwakilan GEMPPA yang hendak keluar dari ruang dialog, dipaksa harus melewati pintu belakang. Kondisi ini memaksa aparat keamanan mendobrak pintu yang hanya ditutup dan dipalang menggunakan meja. Saling dorong terjadi, dan seorang mahasiswa mengaku sempat dipukul aparat.
Aktivis GEMPPA saat beraksi di Kantor Dinas Perdagangan Kabupaten Alor

Selanjutnya puluhan aktivis GEMPPA menyebarang ke Kantor Bupati Alor dan sejumlah orator dari masing-masing OKP bergantian melakukan orasi menggunakan pengeras suara yang cukup keras dari sebuah mobil pickup yang diparkir di teras yang biasa sebagai tempat parkir mobil EB 1 dan EB 2. Mereka ngotot bertemu Bupati Alor, Drs.Amon Djobo.
Beberapa saat kemudia, Asisten II Setda Kabupaten Alor, Drs.Dominggus Asadama ke luar menemui para demonstran. Asadama membuka pembicaraan dengan menyampaikan salam sebagaimana lasimnya etika pemerintah dan pelayanan kemasyarakata dengan salam keagamaan.
Namun di tengah ucapan Asalamualaikum, Syalom dan Salve itu, aktivis GEMPPA justru meneriaki Asadama agar langsung to the point saja, tidak usah bertele-tele. Mendapat perlakuan itu, Asadama berusaha mengendalikan keadaan dan menyapa lagi para mahasiswa itu secara baik-baik, sebelum menyampaikan informasi lebih lanjut, mungkin termasuk tentang keberadaan Bupati Alor. Namun para mahasiswa, seakan tidak lagi mendengar arahan Kordumnya, karena masing-masing berteriak dengan segala macam kritikan. Sangat bising, maka Asadama nampak mengembalikan microphone kepada mahasiswa dan berusaha tenang. Seorang aktivis GEMPPA berbaju kemeja coklat kemudian mengambil alih microphone dan berbicara keras kepada Asadama.
“Sampaikan saja pa bupati kemana, alasannya apa bupati keluar, sampaikan itu. Paham…paham tidak,”tegas salah satu aktivis yang berdiri sangat dekat sembari menunjuk-nunjuk ke arah Asadama, dengan suara seperti membentak salah satu saudara dari Brigjen Polisi Johni Asadoma itu.
Maka seorang anggota Polres Alor terlihat spontan merangkul Dominggus Asadama, untuk masuk kembali ke Kantor Bupati Alor, meninggalkan para demonstran. Kondisipun memanas. Para aktivis mulai saling ajak untuk mendobrak barikade aparat Polres Alor dan PolPP, untuk mencari tahu apakah Bupati Alor ada di dalam ruang kerjanya atau tidak. Kalau tidak ada, GEMPPA mengancam akan menyegel Kantor Bupati Alor, sebagaimana mereka lakukan di Kantor Dinas Perdagangan.
Hal ini tentu tidak dibiarkan terjadi oleh aparat. Aparat memperketat barikade. Aktivis GEMPPA nampak merubah taktik dengan menyuruh sejumlah aktivis perempuan untuk berada di barisan depan menghadap barikade aparat.
Harapan mereka, aktivis perempuan itu bisa menerobos barikade, karena aparat tidak mungkin repressive terhadap perempuan. Namun aparat Polres Alor dan PolPP tidak bergeming. Ketika aktivis GEMPPA mulai menerobos, justru dengan satu hentakan dari aparat, mereka terpental ke belakang dan mulai kocar-kacir.
Aktivis GEMPPA saat berorasi di teras Kantor Bupati Alor

Sejumlah aktivis yang barangkali dibidik aparat sebagai “otak” pemicu kericuhan dikejar dan diamankan aparat Polres Alor. Termasuk Kordum Aksi, Yoas Famai turut serta diamankan ke Mapolres Alor, karena dianggap sebagai penanggungjawab aksi. Namun mereka kemudian dilepaskan, setelah massa aksi bergerak ke Mapolres Alor untuk menemui Kapolres Alor, AKBP.Agustinus Christmas.

Bupati Alor dan DPRD Tentang Relokasi

Sebagaimana diberitakan alorpos.com sebelumnya, Bupati Alor, Drs.Amon Djobo mengatakan komitmennya untuk membangun Pasar Kadelang dengan rencana anggaran sebesar Rp 25 Milyar selama dua tahun anggaran, yakni 2021 dan 2022. Karena itu, bupati Djobo mengambil kebijakan untuk merelokasi 753 pedagang Pasar Kadelang ke Pasar Lipa Kalabahi.
“Setelah kita hitung-hitung, kalau relokasi pedagang di Pasar Kadelang ke lokasi sekitar lokasi penjara lama, maka butuh dana sekitar Rp 1,3 Milyar lebih. Karena itu, kita relokasi ke Pasar Lipa Kalabahi, dengan membanguna sarana, memanfaatkan ruang yang ada dengan dana sekitar Rp 800 Juta,”tandas Djobo, sembari mengakui relokasi pedagang itu tentu bukan perkara mudah, tetapi harus dilakukan untuk sementara, sambil menunggu pembangunan Pasar Kadelang.

Bupati Alor, Drs.Amon Djobo saat menyampaikan keterangan pers

“Untuk membangun Pasar Kadelang dengan anggaran yang direncakan sebesar Rp 25 Milyar. Tahun 2021 ini pembangunan dimulai dengan dana sekitar Rp 10 Milyar. Tahun 2022, jika keuangan mencukupi, maka akan ditambahkan Rp 15 Milyar lagi untuk penyelesaiannya,”kata bupati Djobo kepada wartawan, Selasa (18/5/2021) di ruang kerjanya.
Pantauan media ini, sejumlah perwakilan pedagang Pasar Kadelang sempat berdialog dengan Pimpinan DPRD Kabupaten Alor di Aula Komisi lembaga terhormat itu belum lama ini. Mereka meminta DPRD agar memfasilitasi pertemuan dengan Pemkab Alor, agar relokasi ke Pasar Inpres Lipa dibatalkan karena tidak bisa menampung para pedagang. Ketua DPRD Alor, Enny Anggrek dan wakil Ketua, Sulaiman Singhs bersama sejumlah Anggota Komisi II seperti Abdul Gani Rapid Djou dan Ibrahim Nampira sempat turun dan berdialog dengan para pedagang di Pasar Kadelang dan Pasar Lipa. Anggota dewan berjanji akan memanggil instansi terkait di Pemkab Alor untuk Rapat Dengar Pendapat (RDP), sebelum relokasi dilakukan, karena mereka juga menilai lokasi Pasar Inpres Lipa tidak memungkinkan untuk menampung 753 Pedagang Pasar Kadelang. Namun RDP sebagaimana dijanjikan pimpinan DPRD Alor itu tak terwujud hingga relokasi dilakukan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Alor, Fredik Lahal,SH menjawab media ini di ruang kerjanya mengatakan, soal relokasi itu ranahnya pemerintah yang mengatur. Kita, terang Lahal, akan tata secara baik agar tidak terjadi tumpang tindih, dan dapat menampung 753 Pedagang Pasar Kadelang. Los di bagian utara atau belakang gedung utama Pasar Lipa, kata dia, diperuntukan bagi pedagang konfeksi dan pedagang Sembako, yang totalnya 100 petak, dengan ukuran 2 x 3 meter, tidak bisa lebih dari itu.
“Ukuran petak untuk setiap pedagang itu pemerintah yang atur sesuai ketersediaan ruang yang ada, agar bisa menampung semua pedagang, bukan pedagang yang atur pemerintah. Jadi kalau stok barang yang biasanya simpan juga dalam petak jualan, tidak boleh lagi seperti itu, karena sesuaikan dengan ruang yang digunakan sementara, sambil menunggu pembangunan Pasar Kadelang selesai,”tandas mantan Camat Teluk Mutiara dan Alor Barat Laut ini.
Fredik Lahal,SH., Plt.Kadis Perdagangan Kabupaten Alor sedang melihat data rencana proses dan tahapan relokasi pedagang Pasar Kadelang ke Pasar Lipa

Los bagian barat, kata Lahal, dikhususkan untuk pedagang ikan, sayur, buah-buahan, siri pinang dan sejenisnya, dengan jumlah 82 petak, berukuran 2×1,5 meter. Los bagian timur sebanyak 104 petak dengan ukuran 2×1,5 meter/petak, juga diperuntukan bagi pedagang ikan, sayur, buah-buahan dan siri pinang. Sedangkan lapak dan ruang dalam gedung Pasar Lipa, sekitar 75 % disediakan bagi pedang kelontongan, sandal-sepatu, Sembako, aneka bumbu dapur, peralatan tukang dan sebagainya dari Pasar Kadelang. Lahal yakin, bahwa 753 Pedagang dari Pasar Kadelang itu bisa tertampung di Pasar Inpres Lipa, karena sudah dikaji secara tekhnis sesuai ukuran yang ada, oleh aparat di Dinas Perdagangan Kabupaten Alor. (ap/tim-linuskia)

Similar Posts

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *