BUPATI Alor, Drs.Amon Djobo memantau langsung kegiatan latihan atlit Paralayang lokal Alor oleh Instruktur Nasional dari Federasi Aero Sport Indonesia (FASI), Syamsul dan asistennya Haris di lokasi landing, kawasan Sebanjar, Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut, Rabu (3/8/2022) lalu. Kehadiran Bupati Djobo yang didampingi Pemimpin Cabang Bank NTT Kalabahi, Vinsen R.Sulu itu disambut Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Alor, Marwiyah Djakra,S.Sos, Danposal Angkaran Udara Alor, Lettu.Sutardi dan Camat Alor Barat Laut , Martinus De Pores Djeo,S.IP. Kesempatan itu Marwiyah Djakra melaporkan kepada bupati Djobo, bahwa spot atau lokasi baru untuk take off paralayang di perbukitan Apuifeh, Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut itu telah mendapat ijin dari pemilik tanah setempat. Marwiyah cepat menginformasikan hal itu karena lokasi take off paralayang sebelumnya yang telah digunakan untuk kejuaraan paralatang TROI (Trip Of Indonesia) Tahun 2021 lalu itu di Bukit Bedoe, Desa Hulnani, Kecamatan Alor Barat Laut.
Bupati Amon Djobo kemudian menanyakan langsung kepada Syamsul, pelatih nasional paralayang yang sedang melaltih para atlit paralayang Alor itu, mana yang lebih bagus untuk lokasi take off, di Bukit Bedoe Hulnani atau yang baru, di bukit Apuifeh, Alor Besar. Disaksikan media ini, nampak Syamsul menerangkan bahwa dari sisi teknis untuk akurasi ketepatan mendarat maka lokasi baru lebih bagus. Arah angin juga menuru Syamsul, lebih banyak ke arah lokasi baru, bukit Apuifeh.
“Kalau di Hulnani, jika angin dari arah selatan maka kita tidak bsia terbang. Kalau di sini (lokasi baru untuk take off), angin selatan, angin utara maupun angin barat tetap bisa terbang,”kata Syamsul, sembari menambahkan bahwa soal view atau pemandangan dari udara, juga lokasi baru punya sudut pandang yang lebih lebar, sehingga bisa melihat gugusan pulau yang ada di depan, seperti Pulau Buaya, Pulau Ternate, Pulau Pura, Pulau Tereweng dan Pulau Pantar.
Selain itu, dari sisi ketinggian dari permukaan laut, jelas Syamsul, di bukit Bedoe Hulnani itu setinggi 400 lebih meter dari permukaan laut (mdpl), sedangkan di bukit Alor Besar setinggi 200 mdpl. Menurut Syamsus, dengan ketinggian lokasi take off 200 mdpl dan lokasi landing di kawasan MBR Sebanjar Alor besar yang hanya berjarak 1 Kilo Meter lebih, maka kejuaraan paralayang akan lebih lancar dalam pelaksanaannya karena lokasi take off dan landing yang tidak terlalu jauh dan muda dijangkau.
“Saya pernah menjadi Ketua Panitia Kejuaraan Dunia Paralayang, kalau tempat (take off) itu pendek, maka lomba hanya dilaksanakan selama dua hari, sehingga dua hari tersisa sesuai jadwal kejuaraan bisa digunakan sebagai waktu berekreasi atau berwisata. Jika ini juga terjadi maka wisatawan manca negara semakin banyak mengenal destinasi wisata lainnya di Alor. Kalau kejuaraan dunia paralayang itu, kebanyakan pesertanya dari negara-negara Eropa,”tandas Syamsul.
Kalau spot take off di Hulnani, ujar Syamsul, bahwa dia juga yang pertama kali terbang dari Hulnani , cuma arah terbang itu, dulu kami minta ke arah selatan, tetapi tidak diperbolehkan oleh pemilik lahan,”kisah Syamsul.
Menurut Syamsul, di bukit Apuifeh Desa Alor Besar itu kalau dibuka dari ujung ke ujung, maka view atau pemandangannya lebih full dilihat karena masih bisa melihat Pulau Pura dan Tereweng, kalau di Hulnani tidak bisa, sehingga harus buka ke arah selatan. Terkait arah angin, jelas Syamsul, berdasarkan hasil evaluasinya, juga lebih baik di Bukit Apuifeh Alor Besar, jika dibandingkan dengan di Bukit Bedoe Hulnani. Saat terbang dari Hulnani, hanya tiga round dalam satu hari. Dan kalau saat angin kencang, kata Syamsul, profesionalpun tidak berani terbang dari Hulnani.
“Kalau di sini (Bukt Apuifeh), mau terbang ke arah pantai juga bisa, tidak ada masalah karena anginnya bagus. Untuk akurasi pendaratan, di Alor kalau jarak terbangnya terlalu jauh itu terlalu beresiko karena dikelilingi laut,”ujar Syamsul sembari memperlihatkan sebuah video saat atlit paralayang terbang dari atas bukit Apuifeh, dan nampak bupati Djobo sangat tertarik karena keindahannya.
Bupati Djobo spontan menanyakan Sekretaris Dinas PUPR Alor, Masnurdin yang hadir terkait teknis pembukaan jalan dari lokasi landing ke lokasi take off di bukit Apuifeh-Alor Besar. Kepada Masnurdin, bupati Djobo sarankan agar meminta ada pihak yang membuka jalan dulu, sambil merencanakan pembiyaannya. Sedangkan lokasi landing yang merupakan tanah milik Pemkab Alor di lokasi MBR Sebanjar, kata Djobo, agar dibersihkan dan ditata sebagaimana mestinya.
“Siap bapak,” kata Masnurdin menjawab bupati Djobo.
Haris selaku asisten Syamsul menambahkan bahwa pengalamannya terbang paralayang di Alor seperti naik mobil mercy karena sangat tenang sehingga sempurna menikmati pemandangan laut dan pulau-pulau yang indah. Menurut Haris, lokasi take off Paralayang baru di Bukit Apuifeh, Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut ini sangat memanjakan mata karena berpanorama indah di ketinggian 200 mdpl, sehingga bisa dijadikan venue tetap dijadikan destinasi wisata petualangan dan rekreasi di Alor.
“Terbang Paralayang di Alor seperti naik mobil mercy, dan ini uang sangat dicari bule (wisatawan manca negara) pak,”kata Haris yag juga staf Dinas Pariwista di Batu Malang, Jawa Timur ini saat berbincang dengan Bupati Alor, Drs.Amon Djobo di lokasi landing, kawasan MBR, Sebanjar, Desa Alor Besar.
Mendengar penjelasan itu, bupati Djobo memakluminya, dan mengatakan bahwa jalan ke arah lokasi take off itu harus dibangun terlebih dahulu sehingga tentu butuh waktu dan biaya. Kesempatan itu, kadis Pemuda dan Olahraga, Marwiyah Djakra mohon ijin menginformasikan bahwa saat itu, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Alor, Masnurdin bersama dua staf lapangannya sedang melakukan survei untuk rencana pembangunan jalan ke arah bukit yang menjadi lokasi baru take off paralayang, yang berjarak sekitar 1 KM dari lokasi landing. Upaya itu dilakukan, agar ada jalan sementara yang dapat diakses untuk kejuaraan paralayang TROI kedua di Alor yang dijadwalkan pada Tahun 2022 ini. Menurut Syamsul dan Haris, Alor sudah masuk dalam kalender TROI Paralayang Nasional, sehingga jika minimal sudah dua kali menyelenggarakan kejuaraan TROI di Alor, maka daerah ini bisa dijadikan tempat untuk Kejuaraan Dunia Paralayang yang diikuti alit paralayang dari berbagai negara.
“Jika itu terwujud, maka akan banyak sekali wisatawan, terutama pencinta olahraga rekreasi ini yang akan tertarik datang ke Alor karena ingin menikmati spot paralayang yang indah. Apalagi Alor juga punya spot diving yang eksotik sehingga punya daya tarik tersediri dan menjadi paket wisata yang indah. Dengan demikian ekonomi masyarakat pada berbagai sektor akan ikut tumbuh,”kata Syamsul yang sudah berkeliling Indonesia untuk melatih atlit paralayang, dibenarkan Haris dari Dinas Pariwisata Batu Malang yang ikut melatih atlit Paralayang di Alor selama 20 hari, sejak pertengahan Juli hingga 6 Agustus 2022.
Menurut Haris, kemampua peserta pelatihan sejak berkembang sangat baik, sejak awal hingga coba terbang rendah di kawasan savana Hirang di Alor Barat Daya, dan dilanjutkan di spot baru Bukit Apuifeh, Desa Alor Besar. Pantauan media ini, kesepuluh calon atlit paralayang Alor itu sudah cukup mahir terbang, mulai dari take off hingga landing sesuai arahan instruktur nasional, Syamsul dan Haris.
10 peserta yang telah mengikuti pelatihan kemampuan terbangnya sudah bagus sehingga pelatih nasional menawarkan mereka agar biasa ikut Pra PON nanti. Terkait hal ini, bupati Djobo menjawab wartawan di lokasi latihan, Sebanjar-Alor Besar menyambut baik itu jika ada yang mau ikut Pra PON untuk membawa nama daerah pada cabang olahraga yang baru ini.
“Kalau mereka keluar kita Pra PON, maka kita akan bantu itu sudah pasti. Apalagi ini atlit-atlit lokal yang bisa mendapat kesempatan memperoleh pengalaman di luar dan meningkatkan paralayang di Alor,”kata Djobo.
Mengenai dukungannya terhadap spot baru, bupati Djobo juga menyatakan dukungannya, dan telah meminta pihak Dinas PUPR Kabupaten Alor agar membuat telaan untuk penataannya segera.
“Karena spot baru itu makanya saya datang lihat ini. Tahun kemarin (2021) itu spot di Hulnani saat bapa Gubernur NTT bersama Danlanud Penfui membuka kejuaraan paralayang itu. Sehingga kita mulai membuka infrstruktur dasar ke Hulnani. Tetapi karena di atas (Hulnani) masih tarik menarik dengan kepentingan lahan dan aparat desanya, maka kita cari penjajakan baru lagi untuk spot baru paralayang ini. Sekarang tiggal kita penataan kelayakannya, mulai dari lokasi take off sampai lokasi landing,”tegas Djobo.
Memang, lanjut Ketua Umum KONI Kabupaten Alor ini, bahwa pembangunan tersebut butuh dana, tetapi ia berpendapat bahwa hal itu harus dilakukan supaya pariwisata daerah ini pun bisa berkembang. Kedua, lanjut Djobo, paralayang ini kita perkenalkan sebagai olahraga rekreasi dan salah satu obyek wisata baru, sehingga atlit-atlit paralayang lokal di Alor juga harus diajar sampai bisa menjadi pilot paralayang yang profesional.
“Apalagi lokasi take off dan landing paralayang ini sudah dekat dengan potensi wisata bahari yang ada di Sebanjar, Alor Besar dan lainnya di Kecamatan Alor Barat Laut. Karena itu kita mesti buat supaya menjadi satu paket wisata,”tegas Djobo, sembari meminta Sekretaris Dinas PUPR, Masnurdin agar membuat telaan staf terkait penataan lokasi baru take off dan lokasi landing paralayang dimaksud.
Sementara itu, Syamsul sebagai salah satu pelatih nasional dibawah naungan Federasi Aerosport Indonesia (FASI) Pusat ini menilai spot di bukit Apuifeh Alor Besar sangat representatif untuk kejuaraan-kejuaraan dunia. Kepada Pemerintah Kabupaten Alor, ia berpesan agar segera ditata masalah lokasi take off dan landing area yang paten, sehingga tidak pindah-pindah lagi.
Hal ini akan ikut memajukan Pariwisata di Alor,”tutup Syamsul yang menuntaskan pelatihan bagi alit paralayang Alor hari ini, Sabtu (6/8/2022), sembari berharap paralayang Alor sukses ke depan, hingga bisa menyeleggarakan kejuaraan dunia di daerah yang dinilainya sangat potensial dengan keindahannya alamnya ini. (ap/linuskia)