Kisah Tiga Guru IPA di Alor Menjadi Pengajar Nasional

author
5 minutes, 9 seconds Read

KABUPATEN Alor patut berbangga karena memiliki tiga srikandi Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah memiliki kompetensi yang layak menjadi Pengajar Nasional. Ketiga guru IPA tersebut, yakni Maria Magdalena Meiwati,S.Pd guru Kimia SMA Negeri 1 Kalabahi, Arit Leimakali,S.Pd guru Fisika SMA Kristen 2 Kalabahi dan Natalis A.Kuslulat,S.Pd, guru Biologi di SMA Negeri 1 Kalabahi.

“Ketiga srikandi ini telah lulus pelatihan khusus di Bandung dan dinilai punya kelayakan kompetensi sebagai Pengajar Nasional. Mereka selama pelatihan di Bandung beberapa waktu lalu itu melalui seleksi yang ketat, ditest kemampuan belajar/mengajar, kepribadian, public speaking atau cara berbicara dan dianggap layak untuk dapat sertifikat sebagai Pengajar Nasional, baru bisa dipercayakan untuk mentrasfer ilmunya kepada teman-teman guru (guru IPA) yang lainnya,”tandas Koordinator Pengawas Pendidikan Menengah (Korwas Dikmen) Propinsi NTT di Kabupaten Alor, Drs.An Girith Akal kepada media ini, Kamis (23/9/2021) silam, di lobi Hotel Pulo Alor, kawasan Padang Tekukur-Kalabahi.
Lantas seperti apa kisah tiga guru tersebut sehingga mendapat predikat sebagai Pengajar Nasional untuk Mata Pelajaran IPA Fisika, Kimia dan Biologi?

Maria Magdalena Meiwati,S.Pd., Guru Kimia SMA Negeri 1 Kalabahi, didampingi kedua rekannya kepada media ini di Hotel Pulo Alor atan menjelaskan sekelumit kisah mereka meraih predikat itu.

Maria Magdalena Meiwati,S.Pd (kanan) dan Natalis A.Kuslulat,S.Pd

Di Alor, jelas Meiwati, ada MGMP sehingga kita ikuti pelatihan model pembelajaran terbaru, yakni Inkuiri Based Learning (IBL) yakni pembelajaran yang pusatnya pada peserta didik dalam bertanya dan sifatnya penyelidikan.
“Jadi kita merancang pembelajaran itu sebagai sebuah penyelidikan selama enam hari. Setelah itu kami kembali ke Alor. Selanjutnya, kami mengikuti lagi On The Job Learning (OJL) selama lima minggu, untuk mengkaji kembali unit pembelajaran yang sudah kami susun selama mengikuti pendidikan di Bandung. Kami kaji kembali untuk memperbaiki agar lebih sempurna selama OJL lima minggu secara daring, dengan instruktur P4TK IPA masing-masing (Fisika, Kimia dan Biologi). Setelah itu, kita lanjut dengan mengimplementasikannya di kelas,”papar Meiwati.

Model pembelajaran IBL ini, lanjut guru yang juga Dosen Kimia pada Universitas Tribuana Kalabahi ini, bahwa pihaknya mengimplementasikan di kelas sebagai persyaratan untuk bisa melaksanakan diseminasi di MGMP Kabupaten.

“Kalau tidak diimplementasikan di kelas, berarti kita tidak punya hak untuk melaksanakan diseminasi. Kita dari Alor, ada tiga guru ini telah melewati proses terserbut sehingga bisa melaksanakan diseminasi kepada teman-teman guru di MGMP IPA (Fisika, Kimia dan Biologi) Kabupaten Alor, yang berlangsung sejak 20-23 September 2021di Aula Hotel Pulo Alor. Jumlah peserta setiap mata pelajaran itu, masing-masing 20 orang guru dari hampir semua SMA/SMK di Kabupaten Alor,”tandas Meiwati, dibenarkan kedua rekannya.
Jumlah 60 guru IPA peserta kegiatan itu, menurut Meiwati, diambil perwakilan satu atau dua orang dari setiap sekolah untuk masing-masing mata pelajaran IPA.

Sejumlah guru IPA peserta Diklat di Hotel Pulo Alor-Kalabahi

“Kami sebagai fasilitator atau pengajar untuk teman-teman guru di MGMP. Pelaksanaan kegiatannya hampir sama dengan kegiatan yang kami ikuti di Bandung. Materinya sama, kami juga yang menilai, kami juga yang memfasilitasi. Soal biaya, seperti biaya hotel dan ATK selama kegiatan itu dibiayai P4TK IPA Bandung. Kami hanya tahu tinggal di hotel selama empat hari dan melaksanakan kegiatan ini,”tandas Meiwati
Ditanya soal materi pembelajaran, Meiwati menjelaskan bahwa ada materi umum, materi khusus, sampai praktek mengajar, simulasi pembelajaran dengan metode IBL.
“Para peserta sangat antusias karena motivasinya tinggi sekali. Saat simulasi itu, kita lihat guru-guru muda tampil luar biasa,”tandas Meiwati, dibenarkan dua rekan fasilitator lainnya, yakni Arit Leimakali,S.Pd guru Fisika SMA Kristen 2 Kalabahi dan Natalis A.Kuslulat,S.Pd, guru Biologi SMA Negeri 1 Kalabahi.

Arit Leimakani,S.Pd

Arit Leimakali,S.Pd menambahkan, bahwa setelah kegiatan ini, ada Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang dilakukan para peserta di sekolah masing-masing. RTL itu antara lain, menyampaikan hasil kegiatan kepada kepala sekolah masing-masing. Kedua, mengimplementasikannya di kelas, dan setelah itu mensosialisasikannya kepada teman-teman guru di sekolah masing-masing.
“Jadwalnya sudah kami berikan, dan mereka sudah siap melaksanakannya karena kami akan terus memantau hingga tahap sosialiasi yang mereka lakukan di sekolah masing-masing,”tegas Arit, seraya menambahkan bahwa para guru peserta kegiatan tersebut, yang nilainya mencapai standar minimal 75, maka berhak mendapat sertifikat dari P4TK IPA Bandung.
Disinggung mengenai kendala yang dihadapi dalam pengembangan mata pelajaran IPA bagi sekolah-sekolah di daerah ini, Arit mengatakan bahwa pembelajaran IPA itu butuh praktikum untuk eksperimen, maka dibutuhkan alat-alat laboratorium. Ia menilai sarana dan prasarana laboratorium ini masih terbatas di sekolah-sekolah, sehinggai dia berharap agar para kepala sekolah dapat memperhatikan hal ini, agar kiranya ada kebijakan pengadaan alat-alat laboratorium.
“Karena Inkuiri Based Learning (IBL) ini sebagian besar berhubungan dengan praktikum, sehingga butuh alat-alat laboratorium sekolah,”tandas Arit, dibenarkan dua rekannya.

Drs.An Girith Akal

Sementara itu, Korwas Dikmen, Drs.An Girith Akal mengaku bangga karena sudah ada guru-guru IPA yang menjadi Pengajar Nasional sehingga bisa dipercayakan melaksanakan kegiatan yang bersifat nasional di daerah ini bagi MGMP lainnya. Menurutnya, prinsip MGMP itu dari, oleh dan untuk guru. Peserta sebanyak 60 guru IPA, dengan perincian, 20 Guru Fisika, 20 Guru Kimia dan 20 Guru Biologi. Jika ditambah dengan panitia dan pengajar maka total 70 orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Menurut An, selama kegiatan itu ada juga ujian atau post test sehingga peserta yang nilainya 75 ke atas berhak mendapat sertifikan dari P4TK Bandung, sedangkan yang nilainya dibawah itu, hanya mendapat surat keterangan pernah mengikuti kegiatan ini. Ia berharap, agar paska kegiatan ini, semua guru harus punya kreatifitas untuk membentuk MGMP setiap sekolah dan MGMP Tingkat Kabupaten.
“Rencana Tindak Lanjut (RTL) harus berjalan baik, sehingga saya harapkan ada program rutin setiap minggu atau setiap bulan sekali. Misalnya ada satu hari, misalnya Sabtu kita beritahukan kepada kepala sekolah agar mengijinkan guru-guru mengikuti pertemuan rutin terkait RTL kegiatan Diseminasi Program Diklat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terintegrasi Kurikulum ini. Karena pusat juga selalu melihat sejauhmana keaktifan kepengurusan MGMP di setiap daerah,”himbau An Akal.
Ditanya mengenai jumlah guru SMA/SMK di Kabupaten Alor, An merincikan bahwa guru yang berstatus guru negeri (ASN) sebanyak 436 orang. Guru kontrak propinsi, jelas An, awalnya 402 orang, tetapi ada yang sudah alih profesi sehingga tersisa 396 orang. Sedangkan, lanjut An, guru Tamsil (Tambahan Penghasilan) dari Propinsi berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Propinsi NTT, sebanyak 381 orang. (ap/linuskia)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *