Ketika RRI SP Alor Sosialisasi Kekerasan Terhadap Anak

author
4 minutes, 42 seconds Read

alorpos.com__RADIO Republik Indonesia Stasiun Produksi (RRI SP) Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dikoordinatori Febriany Leo Lede,S.Pd., menggelar kegiatan sosialisasi, pada Jumad (21/7/2023) pagi. Kegiatan yang berlangsung di halaman Kantor RRI SP Alor, kawasan Padang Tekukur Kalabahi ini, diawali dengan senam zumba yang melibatkan peserta dari warga RT.10, Kelurahan Mutiara, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor. Sedangkan pembicara terkait kekerasan seksual terhadap anak menampilkan Mara Yermiati, seorang pegiat dan pemerhati anak dibawah payung Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak pada Kementrian Sosial RI yang berugas di Alor.

Feby mengatakan kegiatan sosialisasi itu dalam rangka memaknai Hari Anak Nasional pada 23 Juli 2023. Menurut Feby, ini kegiatan perdana, sekaligus mensosialisasikan kehadiran RRI Stasiun Produksi Alor yang baru dilaunching Direktur Utama LPP RRI, Hendrasmo didampingi Bupati Alor, Drs.Amon Djobo,M.A.P., belum lama ini.

Febriany Leo Lede,S.Pd., Koordinator RRI SP Alor, saat menyapa peserta kegiatan sosiaiisasi Kekerasan Terhadap Anak

“RRI Alor ini punya bapak/mama juga. Kalau di rumah ada HP (handphone) bisa putar radio, kirim-kirim salam mungkin, atau mau dengar informasi, bisa dengar di RRI Stasiun Produksi Alor pada FM. 97.2 Mhz yang dupancarkan dari Jalan Cenderawasi Nomor 10 Padang Tekukur Kalabahi,”kata Feby.
Lajang asal Sabu Raijua ini berterima kasih kepada Lurah Mutiara, Yery Maitia bersama RT dan Kepala Lingkungan setempat yang hadir bersama warganya.
“Ini kegiatan perdana sehingga kami hanya libatkan tetangga saja dulu. Kedepannya akan melibatkan lebih banyak lagi masyarakat dalam berbagai kegiatan lainnya.”ujar Feby.

Sementara itu, Mara Yermiati yang menbawakan materi berpendapat, bahwa kekerasan terhadap anak, terutama kekerasan seksual itu biasanya perbuatan yang mengancam organ reproduksi, dan itu berdampak pada kesehatan fisik, mental anak dan kesehatan reproduksi anak.

“Bapak/ibu bisa lihat, kasus-kasus persetubuhan, pencabulan itu yang marak terjadi. Hal ini secara fisik, anak mengalami penderitaan. Mohon maaf, mungkin saat buang air rasa sakit, dan itu biasanya berlangsung lama. Secara mental, anak akan mengalami depresi. tidak percaya diri, menarik diri dari lingkungan karena merasa diri sudah tidak berguna. Ini dampak dari kekerasan seksual yang dialami anak-anak,”jelas Mara.
Ada juga, lanjut Mara, kasus penelantaran anak, dimana orang yang sebenarnya memberikan perhatian dan tanggungjawab terhadap si anak, tetapi dia mengabaikannya.

Karena itu Mara mengajak semua pihak agar peduli kepada anak-anak di lingkungan tempat tinggal masing-masing, dan dimanapun berada.

Mara Yermiati ketika diwawancarai wartawan usai menyampaikan materi terkait kekerasan terhadap anak di halaman Kantor RRI SP Alor

“Kalau menemukan ada kekerasan terhadap anak-anak, maka kita tidak boleh diam. Karena kalau kita dia, maka kita juga salah. Kita harus memposisikan diri sebagai ibu dan bapak dari semua anak-anak, sehingga ketika ada hal-hal yang membuat anak-anak tidak nyaman, maka kita harus bersikap. Laporkan kepada orang-orang terdekat, laporkan kepada Ketua RT setempat misalnya. Tetapi jika melihat ada kekerasan seksual maka langsung laporkan kepada aparat hukum,”tegas Mara.

Menurutnya, ancama terhadap pelaku kekerasan seksual terhadap anak itu antara 5-15 tahun penjara. Jika ada pelaku kekerasan seksual dengan korban anak lebih dari satu, maka hukumannya lebih berat lagi. Mara menilai penyebab terjadinya kekerasan fisik maupun kekerasan seksual terhadap anak belakangan ini karea pengaruh media sosial seperti facebook, youtube, tiktok, instagram dan sejenisnya. Selain itu, lanjut Mara, ada juga karena mabuk minuman beralkohol, faktor ekonomi, serta suasana keluarga yang tidak harmonis sehingga anak-anak mencari perhatian di luar rumah.

Mara Yermiati besama peserta sosialisasi dan crew RRI SP Alor

Dalam pola asuh anak, Mara menekankan bahwa sebagai bapak dan mama harus merangkul dan mendengar suara anak-anak, jangan otoriter. Kalau tidak, kadang ada anak yang depresi berat dan memilih untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
“Anak-anak itu investasi tak ternilai untuk orang tua, sehingga lakukan yang terbaik untuk anak-anak, maka kelak anak-anak juga akan berbuat yang terbaik untuk orang tua di usia senja,”tandas Mara.

Menariknya Mara juga menegaskan bahwa kasus kekerasan seksual terhadap anak, sering pula dilakukan oleh orang-orang terdekat dalam rumah, termasuk oleh ayah kandung. Untuk menghindari hal itu, Mara menyarankan agar ciptakan suasana rumah tangga yang aman, rukun, damai, serta tidak boleh sembarang memperlakukan anak-anak dengan tidak wajar, misalnya meraba area fisik anak yang sensitif.
“Kita harus sampaikan kepada anak-anak (anak perempuan), bahwa ada empat area tubuhnya yang tidak boleh disentuh oleh siapapun, baik itu bapak kandung, bapak kecil, bapak besar, om, kakek atau siapapun tidak boleh, yaitu mulut, payudara, kemaluan dan pantat,”jelas Mara.

Anak-anak juga dihimbau Mara agar menghafal nomor handphone orang tuanya agar bisa dihubungi jika terjadi sesuatu terhadap mereka. Orang tua juga dimintanya untuk selalu menyampaikan kepada anak-anak agar tidak boleh cepat percaya kepada orang yang mengajak untuk bepergian bersama untuk melakukan apapun.

Jefry Beny Bunda dari Kodim 1622 Alor sedang berbicara terkait kepedulian TNI/Polri terhadap anak

Kesempatan itu, Jefry Beny Bunda dari Kodim 1622 Alor yang juga hadir mengatakan, bahwa para Babinsa (Bintara Bina Desa) yang ada di wilayah juga punya tanggungjawab untuk ikut memberi perlindungan terhadap anak. Karena itu, lanjut Beny, merupakan tugas bersama semua pemangku kepentngan, termasuk TNI dan POLRI yang berada di desa dan kelurahan.

“Pimpinan kami juga, melalui pa Dandim 1622 Alor, menekankan kepada para Babinsa, agar kalau ada kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, tetapi masyarakat takut melapor, maka sampaikan saja kepada Babinsa atau Babinkamtibmas yang ada, untuk dilanjutkan kepada RT atau Kepala Desa/Lurah agar disikapi bersama,”kata Jefri Bunda.

Yery Maitia, Lurah Mutiara

Sedangkan Lurah Mutiara, Yery Maitia menyampaikan terima kasih kepada pimpinan RRI Stasiun Produksi Alor dan narasumber yang telah melaksanakan kegiatan sosialisasi dimaksud. Yery menilai kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi warganya, karena saat ini kekerasan terhadap anak, terutama kekerasan seksual cukup meningkat di daerah ini. (ap/linuskia)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *