MAJU tidaknya sebuah daerah, secara kasat mata dapat diukur dari geliat ekonomi di pasar-pasar dalam wilayah tersebut. Maka Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur dibawah duet kepemimpinan Amon Djobo-Imran Duru di periode kedua ini, tengah berupaya membenahi pasar-pasar dalam kota Kalabahi. Meski termasuk kota kecil, tetapi Kalabahi punya tiga pasar sekaligus, yakni Pasar Inpres Lipa, Pasar Kadelang dan Pasar Lama Kalabahi, serta ditopang dua pasar di pinggiran kota, yakni Pasar Kenarilang di bagian barat dan Pasar Mebung-Alor Tengah Utara di bagian timur.
Sayangnya, sebagaimana catatan media ini, penataan Pasar Kadelang, Pasar Inpres Lipa dan Pasar Lama Kalabahi, sejak jaman bupati Ans Takalapeta (1999-2009), bupati Simeon Th.Pally (2009-2014), era Bupati Amon Djobo dan wakilnya Imran Duru (2014-2024), hingga tahun ke tujuh di 2021 ini, masih kesulitan menata pasar yang ideal.
Hal itu dapat terlihat dari semrawutnya pemanfaatan ruang atau lapak-lapak yang tersedia di pasar-pasar tersebut. Bahkan di Pasar Inpres Lipa, para pedagang sayur, buah dan penjual ikan, tidak memanfaatkan tempat yang disediakan. Para pedagang lebih memilih membuat tempat jualan seadanya di depan bangunan Pasar Lipa yang bernilai milyaran rupiah itu. Alasan para pedagang, bahwa berjualan di lapak-lapak dalam pasar yang peletakan batu pertama pembangunannya oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam),Wiranto dan Menteri Dalam Negeri, Tjahyo Kumolo itu kurang menguntungkan, karena kurang dikunjungi pembeli.

Pemandangan serupa juga terlihat di Pasar Kadelang, di mana para penjual ikan, sayur, buah-buahan dan berbagai kebutuhan pangan, banyak yang menempati emperan kios, bahkan sebagian beratapkan langit, dan relah terpanggang terik mentari saban hari. Lapak-lapak yang tersedia lebih banyak dimanfaatkan oleh para pedagang pakaian dan aneka perabiotan lainya. Sedangkan tempat berjualan ikan yang disediakan kurang dimanfaatkan secara baik. Bahkan para penjual sayur dan ikan, kadang menjajakan dagangannya pada trototoar di sejumlah titik dalam kota yang dianggap strategis untuk menjaring pembeli. Meski kadang dihalau Polisi Pamong Praja, para pedagang itu akan kembali menempati trotoar pada sejumlah ruas jalan, seperti di kawasan Karkameng hingga pertigaan jalan El Tari menuju Makodim 1622 Alor.
Kondisi ini mendorong Bupati Alor, Drs.Amon Djobo yang berkomitmen mewujudkan masyarakat Kabupaten Alor yang kenyang, sehat dan pintar itu, membangun Pasar Kadelang yang representative dengan pagu dana Rp 25 Milyar. Angka ini sama dengan biaya pembangunan gedung baru DPRD Kabupaten Alor, yang dianggarkan senilai Rp 25 Milyar dengan system multi years, mulai tahun 2021 ini.
“Untuk membangun Pasar Kadelang dengan anggaran yang direncakan sebesar Rp 25 Milyar. Tahun 2021 ini pembangunan dimulai dengan dana sekitar Rp 10 Milyar. Tahun 2022, jika keuangan mencukupi, maka akan ditambahkan Rp 15 Milyar lagi untuk penyelesaiannya,”kata bupati Djobo kepada wartawan, Selasa (18/5/2021) di ruang kerjanya.
Pembangnan Pasar Kadelang, lanjut mantan Kepala BLHD Kabupaten Alor ini, harus terkait dengan terminal sehingga anggarannya mencapai Rp 25 Milyar. Ia berpendapat, pasar umum tanpa terminal itu tidak mungkin, sehingga walaupun terminalnya kecil juga harus ada, sehingga mobilisasi orang dan barang yang keluar masuk ke pasar berjalan baik.
“Setelah kita hitung-hitung, kalau relokasi pedagang di Pasar Kadelang ke lokasi sekitar lokasi penjara lama, selama pembangunan pasar, maka butuh dana sekitar 1,3 Milyar lebih. Karena itu, kita relokasi ke Pasar Lipa Kalabahi, memanfaatkan dua sisi (sisi barat dan timur).

Untuk membangun Pasar Kadelang, maka para pedagang setempat harus direlokasi. Ini tentu bukan perkara mudah. Hingga kini, relokasi belum dilaksanakan, karena penyiapan sarana sebagai tempat relokasi di Pasar Inpres Lipa Kalabahi sedang dikebut. Menurut bupati Amon Djobo, bangunan tempat relokasi di Pasar Inpres Lipa Kalabahi itu menelan dana sebesar Rp 800 juta.
“Relokasi pedagang dari Pasar Kadelang ke Pasar Lipa akan segera dilakukan, sehingga saya harap Camat (Camat Teluk Mutiara), Polisi Pamong Praja, Asisten I dan Kepala (Plt) Dinas Perdagangan segerah tangani relokasi ini, supaya lokasi Pasar Kadelang dikosongkan untuk memulai pembangunannya,”tegas Djobo.
Kalau tidak, Djobo khawatir nanti sampai masuk tahun anggaran berikutnya (2022), juga belum selesai realisasi anggaran tahun ini, maka serapannya akan kecil.
“Baru-baru saya bersama pa Kapolres dan pa Dandim sudah melihat-lihat juga lokasi pasar untuk proses relokasi (dari pasar Kadelang ke Pasar Lipa), kita berharap semua bisa tertampung apa adanya dulu, sesuai kondisi ketersediaan ruang yang ada sementara.”ujar Djobo.
Menurutnya, sambil menunggu pembangunan Pasar Kadelang pada tahun ini dan tahun depan, maka semua akan kembali menempati Pasar Kadelang. Ia menghimbau masyarakat agar memahami kondisi riil yang dihadapi pemerintah, jangan memaksakan kehendak.
“Tidak boleh ada yang ribut. Pembagian tempat di Pasar Inpres Lipa, kalau terbatas, sehingga ada yang jual di emperan harap dimaklumi, yang penting relokasi dan pembangunan Pasar Kadelang berjalan dulu. Yang penting trotoar tidak boleh diganggu untuk jualan karena itu untuk pejalan kaki ,”tandas Djobo mengingatkan.
Lebih jauh bupati Djobo juga menegaskan agar tidak boleh ada orang yang membuat kios-kios kecil secara permanen dalam lokasi Pasar Lipa. Bupati pencetus program Gerakan Membangun Menuju Alor Mandiri (Gemma Mandiri) ini mengatakan, bahwa pemanfaatan lokasi Pasar Lipa Kalabahi, tidak boleh menutup akses jalan masuk menuju Masjid Lipa, tak jauh dari pasar tersebut.

Ia mengisahkan, baru-baru ini ada yang menutup jalan menuju Masjid di badian belakang Pasar Lipa itu, lalu mengatakan bahwa bupati yang suruh. Itu yang mengakibatkan bupati Djobo marah. Djobo juga menilai pembinaan kepada orang pasar juga tidak jalan.
“Orang dari Kabola dan Kebun Kopi turun jual labu, dorang pigi tending, ambil, baru bilang tidak layak. Bupati suruh ambil. Ah, bupati mana yang ada suruh begitu. Makanya Jangankan Pejabat Eselon II, pejabat malaikatpun, kalau salah tetap salah, titik. Karena kita melayani masyarakat, semua tugas bupati sudah dibagi habis sampai pada penjaga malam, cleaning service. Orang mau pergi sembayang di Masjid, jalan masuknya ditutup sehingga orang protes. Saya ditelepon oleh Remaja Masjid dan Badan Syara Masjid Lipa. Itu yang saya marah. Dan sekarang Asisten I sebagai pelaksana tugas (Plt.Kadis Perdagangan), maka mulai wujud nyatakan sudah relokasi pasar, tidak boleh duduk diam. Sekarang mau masuk bulan Juni 2021, maka kontraktor mana yang mendapat pekerjaan pembangunan Pasar Kadelang itu, mulai bekerja sudah,”tandas Djobo.
Apa yang dikemukan bupati Alor dua periode ini terkait isu yang merebak paska mutasi Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Alor, Muas Kammis belum lama ini, dikaitkan dengan proyek pembangunan Pasar Kadelang yang tersendat.

Sedangkan pembangunan Pasar Lama Kalabahi sejak era bupati Simeon Th.Pally justru bermasalah hukum. Pasalnya, ada bagian bangunan yang direncanakan tiga lantai itu tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak kerja, sehingga ada pihak yang dipenjara. Tahun 2021, pembangunan Pasar Lama Kalabahi yang sempat mangkrak sekian tahun, untuk kedua kalinya dilanjutkan pembangunannya di era Amon Djobo.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Alor, Melianus Atakai,SST.,MT menjawab alorpos.com belum lama ini, bahwa berdasarkan rekomendasi Politeknik Negeri Kupang, ada beberapa bagian gedung yang tidak memenuhi syarat tekhnis harus dibongkar dan diperbaiki. Karena itu, kata dia, pekerjaan lanjutan tahun ini tidak hanya untuk membangun bagian atas atau lantai atas gedung, tetapi juga beberapa bagian di lantai bawah.
“Tidak mungkin kita lanjutkan di lantai atas tanpa memperhatikan bagian tertentu yang harus dibongkar dan kemudian dilakukan pengecoran ulang. Saya sudah menyampaikan kepada PPK agar pada saat pembongkaran, tidak boleh menggunakan alat-alat yang menimbulkan getaran yang besar sehingga mempengaruhi struktur bangunan yang lain,”tandas Mel Atakai.

Menurutnya, saat gedung itu mulai dibangun, rencananya setinggi tiga lantai. Tetapi, jelas Atakai, dengan kondisi gedung yang ada, serta mempertimbangkan Alor sebagai daerah rawan bencana alam gempa bumi, maka diputuskan hanya setinggi dua lantai. Dinding lantai atas juga tidak seluruhnya tembok, dan rangka atap tidak menggunakan kayu tetapi baja ringan sehingga beban atas tergolong ringan. Menurutnya, dana yang dialokasikan untuk kelanjutan pembangunan gedung Pasar Lama Kalabahi itu di Tahun 2021 ini sebesar Rp 1,5 Milyar. Bupati Djobo menegaskan bahwa, pembangunan Pasar Lama Kalabahi di Kampung Cina itu harus tuntas tahun 2021 ini, sehingga dapat dimanfaatkan secara baik oleh para pedagang. (ap/tim-linuskia)