alorpos.com__YAYASAN Pendidikan Kristen (Yapenkris) Pingdoling Alor yang menaungi sejumlah sekolah-sekolah GMIT mulai dari tingkat TK/PAUD, SD, SMP, SMA/SMK menggelar kegiatan Karnaval Sekolah GMIT Dalam Rangka Bulan Pendidikan GMIT, Launching Kebijakan Re-Branding dan Produk Layanan, serta Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka, Lingkup Tribuana. Pantauan media ini, karnaval yang dilepas Ketua Majelis Klasis Kabola, Pdt.Ika Hae,S.Th tersebut dari area Yapenkris di kawasan Prama Asih Lipa Kalabahi menuju Gereja Pola Tribuana Kalabahi.
Hadir pula Ketua BPP Bidang Pendidikan Sinode GMIT, Pdt.Jahja Millu,S.Th., Ketua Klasis Pantar Timur, Pdt.Moses Lapaweni,S.Th., Ketua Klasis Alor Barat Laut, Pdt.Simon Petrus Alung,S.Th., Ketua Klasis Pantar Barat, Ketua Yapenkris Pingdoling Alor, Dr.Fredik Abia Kande,S.Pd.,M.Pd., dan Ketua Yapenkris Tomi Nuku Alor. Pawai Perarakan Yapenkris Pingdoling Tahun 2023 diikuti oleh para pendeta, peserta didik mulai dari SD sampai SMA/SMK bersama guru-guru/pendidik dan tenaga kependidikan.
Wakil Ketua Panitia Pelaksana (Panlak), Andreas Saitakela,S.Pd.,M.Pd., dalam laporannya mengatakan bahwa yang melatarbelakangi kegiatan ini, karena sekolah-sekolah dibawah naungan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dipercayakan oleh leluhur untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia.

“Dalam siarah perjalanan yang panjang, sekolah-sekolah GMIT mulai mengalami suka dan duka yang luar biasa. Lebih banyak dukanya. Terkadang sekolah-sekolah GMIT dipandang sebelah mata oleh pihak luar. Karena itu, melalui momentum saat ini, mengajak kita untuk mengembalikan kepercayaan publik bahwa sekolah-sekolah GMIT itu masih ada hingga saat ini,”tegas Saitakela.
Menurutnya, keberadaan dan kedirian sekolah-sekolah GMIT di Tribuana memberikan dampak yang luar biasa kepada generasi penerus, khususnya di Tribuana. Telah melahirkan orang-orang untuk memberikan pengaruh dan berdampak kepada orang lain. Karena itu, kesempatan ini kami sangat yakin, bahwa harapan kami masih ada.
Menururnya, tujuan pawai ini yakni; Pertama, mempererat tali persekutuan dan persaudaraan diantara semua komponen, baik guru, tenaga kependidikan, para pendeta, orang-orang tua, dalam rangka membangun satu visi, untuk pendidikan yang lebih baik.

Kedua, memberikan pengakuan kepada dunia luar bahwa ternyata sekolah-sekolah GMIT masih ada, walaupun hidup enggan, mati tak mau.
“Karena itu, melalui tema “Masa Depan Sungguh Ada, Harapanmu Tidak Akan Hilang” (Amsal 23:18-19), kita berharap agar apa yang kita laksanakan di kesempatan ini memberikan warna bahwa kita masih ada untuk membangun sumber daya manusia di daerah ini,”ujar Saitakela.
Ia melaporkan bahwa pawai karnaval tersebut dimeriahkan dengan drum band dari sejumlah sekolah, baik SD, SMP maupun SMA Kristen di Kota Kalabahi dan sekitarnya.

Pawai inipun, lanjut Saitakela, diikuti kurang lebih seribu orang terdiri dari unsur Pendeta GMIT, Guru dan Tenaga Kependidikan, Kepala Sekolah dan peserta didik mulai dari TKK, SD, SMP dan SMA, serta dari Yayasan Tominuku.
Selanjutnya, Ketua KMK Pantar Timur, Pdt.Moses Lapaweni,S.Th memimpin Doa Pelepasan Pawai, dan Ketua KMK Teluk Kabola, Pdt.Ika Hae,S.Th mengangkat bendera start sebagai tanda dimulainya pawai dari Kantor Yaswari di Prama Asih menuju Gereja Pola Tribuana Kalabahi.
Tiba di halaman Gereja terbesar di Tribuana ini, peserta karnaval disambut Ketua Klasis Alor Barat Laut, Pdt.Simon Petrus Amung,S.Th. Mewakili Sinode GMIT, Simon Petrus mengapresiasi kegiatan karnaval yang digagas Yapenkris Pingdoling tersebut, karena menunjukan bahwa pendidikan Kristen yang ada tidak berhenti. Dia mengajak seluruh warga GMIT di Tribuana ini untuk selalu mendukung berbagai kegiatan yang dilakukan Yapenkris Pingdoling yang kini dipimpin Dr.Fredrik Abia Kande,S.Pd.M.Pd. Puncak kegiatan karnaval ini ditutup dengan pelepasn tujuh ekor burung merpati dan tujuh balon udara sebagai tanda bahwa pendidikan GMIT masih terus dan akan selalu mengudara. (ap/linuskia)