Gali Pondasi Gereja di Alor, Banyak Benda Kuno, Termasuk Rangka dalam Makam Tempayan Ditemukan

author
3 minutes, 47 seconds Read

alorpos.com__KEPALA Bidang Adat dan Budaya pada Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Bram Panduwal,S.Hut., melalui postingan di akun facebooknya, Senin (21/8/2023) sekitar pukul 8.30 Wita, menginformasikan bahwa pihaknya bersama arkeolog, sedang melakukan Investigasi Arkeologi Interaksi dan Perubahan Jaringan di Wallacea Kolana Utara, Kecamatan Alor Timur.

“Investigasi arkeologi interaksi dan perubahan jaringan di Wallacea Kolana Utara,”demikian isi tulisan Bram Panduwal di dinding facebooknya, disertai degan sejumlah foto aktivitas sejumlah arkeolog sedang mengamati tembikar ukuran besar dengan berbagai motif serta benda kuno lainnya.

Bram Panduwal,S.Hut., Kabid Adat dan Budaya Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor

Postingan Bram Panduwal ini kemudian mendapat respon dari netizen, termasuk dari salah satu pemerhati budaya dan pariwisata Alor, Denny Lalitan. Terlihat Denny mempertanyakan apakah tembikar dalam foto yang diposting Bram Panduwal tersebut terbuat dari tanah liat.
Bram Panduwal menjawab bahwa masih sedang sedang diidentifikasi.

“Sesuai informasi awal, saat penggalian pondasi Gereja Sardis Kolana, ada banyak temuan benda kuno seperti kapak batu, tembikar, dan sejumlah benda lain, termasuk makam tempaian. Teman-teman Tim Arkeolog baru mulai penggalian di beberapa titik hari ini sampai dengan tanggal 10 (10 September 2023) nanti,”jelas Bram Panduwal menjawab Denny Lalitan.

Bram Panduwal juga ditanya netizen lainnya, Nur Hidaya Koho, apakah arkeolog yang melakukan penggalian itu dari UGM (Universitas Gajah Mada) Jogyakarta.

Seorang arkeolog sedang mengamati tembikar kuno yang ditemukan saat penggalian pondasi Gereja di Kolana-Alor Timur. foto: tangkapan layar facebook bram panduwal

Bram Panduwal membenarkan bahwa arkeolog yang melakukan penggalian di lokasi penemuan tersebut yakni Arkeolog UGM ditambah Arkeolog dari Australian University dan Tim Arkeolog Bali.

Selanjutnya, media ini berusaha mengkonfirmasi Bram Panduwal melalui telepon seluluernya, Senin (21/8/2023) pukul 9.02 Wita pagi. Bram kemudian menjelaskan bahwa Gerja Sardis Kolana itu sudah berusia sekitar 60 tahun, dan penggalian pondasi itu untuk rehab, sekaligus pembangun menara gereja. Saat penggalian mencapai kedalaman 3-4 meter, jelas Bram, didapati benda-benda kuno seperti kapak batu, tembikar berbagai ukuran dan makam tempayan, dimana terdapat rangka manusia dalam tempayan tersebut.

Menurut Bram, temuan benda-benda kuno, terutama adanya makam tempayan ini yang mendapat perhatian serius dari arkeolog di Bali, UGM bahkan dari Philipina dan Australian University. Para arkeolog ini, lanjut Bram, saat ini sudah berada di Kolana untuk meneliti dan mengidentifikasi benda-benda kuno dimaksud.

Menurut arkeolog, demikian Bram, bahwa makam tempayan yang juga pernah ditemukan di daerah lain itu merupakan bagian dari tradisi pemakaman di Abad I. Apalagi diperkuat lagi dengan temuan kapak batu serta tembikar-tembikar kuno, dan tungku batu yang masih tersusun di kedalaman 3-4 meter.

“Ada banyak temuan, ketika mereka (jemaat) ratakan tanah miring di halaman gereja itu ada banyak temuan, tapi karena awam, ada benda yang dibuang begitu saja, seperti kapak batu ditemukan. karena itu arkelog masih akan berada di Kolana sampai tangal 10 September nanti, dan tidak tertutup kemungkinan akan diperpanjang sampai tiga bulan untuk meneliti dan mengidentikasi benda-benda kuno yang ditemukan,”kata Bram.

Para Arkeolog saat bersama warga gereja di Kolana-Alor Timur. foto: tangkapan layar facebook bram panduwal

Kesimpulan sementara para arkeolog itu, ungkap Bram, sepertinya ada kampung yang terkubur di masa lampau. Alasannya, karena di bawah kedalaman 3-4 meter itu ada jejak kampung tua. Saat gali untuk cakar ayam tiang menara gereja, ditemukan pula tungku alam masih rapih tersusun dan di atasnya ada guci di kedalaman tiga meter. Debu tungku juga, kata Bram, masih ada.

“Maka asusmsi arkeolog, ada kampung tua yang tenggelam karena peristiwa alam, dan beratus tahun kemudian tersusun menjadi hutan, lalu datang pemukim baru. Sejarah yang tercatat hanya pemukim baru. ,Sementara keberadaan benda yang ditemukan dibawah kedalaman tiga sampai empat meter itu, ada guci yang besar seperti ember bak besar masih utuh,”kisah Bram.

Karena itu, lanjut Bram, ada juga arkeolog yang punya keahlian di bidang guci/tembikar yang sedang mengidentifikasi tembikar/guci yang ditemukan. Benda-benda kuno yang ditemukan itu pada kawasan yang cukup luas di halaman Gereja Kardis Kolana.

Arkeolog sedang Mengidentifikasi Tembikar Kuno di Kolana

Maka untuk kepentingan penggalian lebih lanjut, demi menemukan dan mengambil benda-benda kuno tersebut, Bram Panduwal mengatakan, pihak Dinas Kebudayaan telah meminta ijin kepada pihak gereja setempat. Jika radius galian diperluas, lanjut Bram, maka pihaknya akan meminta ijin pula ke Majelis  Sinode GMIT.

“Sudah minta ijin ke gereja untuk penggalian oleh tim arkeolog. Kalau galian diperluas, maka akan ijin ke Snode GMIT. Karena lokasi temuan di halaman gereja, maka ini akan menjadi aset GMIT. Nanti bisa saja, kalau mau membuat museum di sekitar Gereja Kolana untuk koleksi benda-benda kuno tersebut, sehingga bisa menjadi tempat belajar sejarah. (ap/linuskia)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *