SAAT ini sedang berlangsung Festival Desa Binaan Bank NTT Tahun 2022 di 24 kabupaten/kota se Propinsi Nusa Tenggara Timur. Padang festival ini, tim Dewan Yuri dari Kantor Pusat Bank NTT di Kupang, berkunjung ke semua desa binaan Bank NTT, untuk melakukan penilaian terhadap hasil produksi masyarakat setempat yang memanfaatkan potensi unggulan masing-masing wilayah.
Karena itu, pada 12-13 September 2022 lalu, Kepala Sub Devisi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Kantor Pusat Bank NTT, Reinhardjo bersama Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Propinsi NTT, Boby Liyanto selaku dewan yuri, telah berkunjung ke lima Desa Binaan Bank NTT di Kabupaten Alor untuk melakukan penilaian dimaksud. Kelima desa tersebut yakni Desa Alimebung di Kecamatan Alor Tengah Utara, Desa Kamot Kecamatan Alor Timur Laut, Desa Alor Besar dan Desa Aimoli di Keamatan Alor Barat Laut dan Kabir, Kecamatan Pantar.
Pemimpin Bank NTT Cabang Kalabahi, Vinsensius R.Sulu,SH mengatakan, bahwa lima desa di daerah ini yang terpilih sebagai Desa Binaan Bank NTT Tahun 2022 karena punya keunikan potensi sumber daya alam yang memadai, tapi pengelolaan dan pemasaran masih apa adanya. Karena itu, desa-desa Binaan Bank NTT diharapkan agar punya UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang berkembang baik dengan mengolah berbagai potensi unggulan yang ada di desa-desa tersebut.
Tak hanya bicara, Vinsen mengaku bersama stafnya turun ke desa-desa binaan untuk memotivasi dan melatih masyarakat setempat untuk mengolah potensi produk pertanian mereka. Misalnya di Desa Alimebung dengan kripik sayur bayam dan daun pepaya serta kripik ubi keladi yang dilatih oleh Lisa dari Bank NTT. Sedangkan Desa Kamot, Kecamatan Alor Timur Laut dengan produk sayuran, kemudian kerajinan tangan yang dibuat pemuda setempat seperti gelang kulit penyu, gantungan kunci dan kalung dari ukiran cangkang buah kenari, serta berbagai jenis ukiran kayu lainnya. Desa Alor Besar, Kecamatan Alor Barat Laut dengan produk unggulan berupa olahan aneka pangan lokal seperti kue rambut, jagung titi, kue delapan, kue baruas, serta aneka tenunan khas Alor dan kerajinan tangan lainnya. Sedangkan Desa Aimoli, Kecamatan Alor Barat Laut dengan produk unggulannya rumput laut, manisan jahe serta aneka sayur dan buah-buahan. Kelurahan Kabir, Kecamatan Pantar memiliki produk unggulan yang telah dihasilkan yakni kue delapan (kue berbentuk angka delapan) dan abon ikan.
“Program kita yang pertama itu untuk mendukung Alor Kenyang dengan ketahanan pangan. Kita coba dengan kemandirian kita,”tandas Vinsen tatap muka masyarakat dan Pemerintah Desa Alimebung dengan Dewan Yuri Festival Desa Binaan Bank NTT Tahun 2022 di Kantor Desa Alimebung, Senin (12/9/2022) pagi.
Kesempatan itu, Kepala Sub Devisi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Kantor Pusat Bank NTT, Reinhardjo mengatakan, bahwa Tahun 2022 ini merupakan tahun kedua pelaksanaan Festival Desa Binaan dibawah naungan Devisi Parekraf Bank NTT. Menariknya, Rei, demikian panggilan akrab sosok murah senyum ini, mengaku baru pertama kali ia turun langsung ke daerah untuk melakukan penilaian.
“Untuk desa binaan, ini perama kali saya turun karena di wilayah lainnya saya tidak turun, karena saya serahkan kepada tim juri dan ada tim saya. Hal itu karena ada banyak potensi unggulan di sini (Alor). Tujuan kami dar Bank NTT mengadakan Festival Desa Binaan ini yakni untuk menggali potensi unggulan yang ada di desa-desa. Potensi unggulan tersebut menjadi komoditi unggulan yang mendatangkan pendapatan ekonomi rumah tangga,”kata Rei.
Menurut Rei, jangan sampai bahan baku mentah dari desa, dijual sebagai bahan baku mentah, tetapi dibuat menjadi sesuatu yang punya nilai jual lebih tinggi. Ia mencontohkan, satu sisir pisang dengan 10 buah dijual ke pasar seharga Rp 10.000, tetapi jika satu sisir pisang itu dikelola menjadi pisang goreng ditambah coklat, susu maka harganya lebih tinggi, bisa tiga kali lipat dari harga pisang satu sisir. Produk yang sudah jadi agar bisa laris dibeli orang, maka packaging atau kemasannya juga harus menarik. Setelah penilaian tahap awal ini, pihaknya akan melihat potensi unggulan di setia desa binaan, kemudian nanti ada penilaian tahap kedua.
“Penilaian tahap kedua itu, untuk melihat apakah masukan dari kami untuk peningkatan kualitas produk itu dilaksanakan atau tidak,”kata Rei.
Karena, lanjut Rei, pihaknya akan melakukan uji pasar, apakah produk dimaksud bisa diterima pasar atau tidak. Produk harus punya ciri khas tersendiri. Di Desa Alimebung, punya ciri khas produk olahan Keripik Keladi dan Keripik Sayuran yang terbuat dari daun bayam dan daun pepaya. Rei menilai keripik keladi itu tergolong langka karena selain di Alimebung-Alor, hanya ada di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur.
Yang dibutuhkan Rei adalah produk seperti keripik keladi dan keripik sayuran di Desa Alimebung, serta produk unggulan di desa-desa binaan lainnya itu bisa diproduksi secara kontinyu atau berkelanjutan untuk memenuhi permintaan pasar.
“Nanti kalau butuh pelatihan dari segi kemasan, nanti saya dan pa Vinsen (Pinca Bank NTT Kalabahi) akan membantu. Produk yang ada ini (keripik ubi keladi dan keripik sayuran) sudah baik dan enak, tinggal dipercantik sedikit kemasannya sehingga menarik minat orang untuk membeli,”himbau Rei.
Ia berendapat, bahwa pembeli pada umumnya, ketika melihat suatu produk, mereka tidak melihat isi dalamnya itu enak atau tidak, tetapi lebih melihat apakah kemasan luarnya menarik atau tidak. Tetapi, demikian Rei, pihaknya selalu menekankan agar kemasan menarik, kualitas isinya juga harus dijaga.
“Ini yang kami inginkan dari bapak/mama yang ada di desa-desa bisa bekolaborasi dengan kami, dan kami siap membantu untuk memasarkan produk yang sudah ada, dengan standar yang sudah kami sepakati bersama. Kami akan membuka pasar, tetapi yang perlu diperhatikan adalah kemasan, ijin edarnya sudah ada karena ini menyangkut makanan, minimal ijin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Tetapi hasil produk tersebut tetap kami akan lakukan uji laboratorium, sebelum dikeluarkan ijin PIRT. Produk makana itu, pada saat dijual harus punya standarisasi,”tandas Rei.
khusus untuk packaging atau kemasan produk, Rei memastikan bahwa pihaknya siap membantu untuk mendesain ulang (repackaging) karena mereka selalu packaging semua produk UKM dari desa-desa di seluruh kabupaten yang ada dalam binaan Bank NTT.
Untuk produk tomat, Rei menawarkan agar bisa dibuat menjadi saos tomat. Ia mencontohkan produk gula aren yang bagus di Ruteng-Manggarai telah diolah menjadi kecap dan sedang dalam proses uji laboratorium, dan nanti akan di-repacking. Kalau di Alor punya produksi tomat yang banyak maka bisa dikelolah menjai saus tomat tetapi dengan cita rasa khas Alor.
“Kami harap agar setiap desa yang menjadi bagian dari Festival Desa Binaan itu punya satu produk unggulan. Produk itu menjadi ciri khas desa tersebut, tetapi tetap menggali semua potensi yang ada di desa tersebut,”tegas Rei, sembari menambahkan, bahwa pihak Bank NTT Pusat siap menjadi pembeli dan distributor setiap produk dari desa-desa binaan, yang telah memenuhi standar.
Intinya, ujar Reihardjo, harus ada kolaborasi
Sementara itu, Boby Liayanto sebagai Ketua KADIN NTT yang juga pengusaha muda ini sangat bersemangat memotvasi masyarakat di desa-desa binaan Bank NTT. Buktinya, Boby Liyanto yang didampingi Ketua KADIN Kabupaten Alor, Denny Lalitan bersama wakilnya Lukas Reiner Atabui yang juga Anggota DPRD Alor, serta Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesi (HIPMI) Kabupaten Alor, Elyas Yohanis Asamau ini mengapresiasi produk-produk unggulan pada desa-desa binaan Bank NTT. Tidak hanya mengapresiasi, tetapi Boby Liyanto dan Denny Lalitan menyampaikan kiat-kiat bagaimana menghasilkan sebuah produk unggulan dan berkelanjutan dalam memenuhi permintaan pasar.
“Kami datang sebagai Dewan Yuri Festival Desa Binaan Bank NTT. Saya bersyukur menjadi bagian dari ini sehingga kita mengapresiasi Bank NTT yang telah melakukan program ini yang tidak pernah dilakukan bank-bank lain. Melalui Festival Desa Binaan ini, bisa memacu sektor Pariwisata dan UMKM. sehingga Bank NTT melakukan hal yang bukan hanya semata tugas bank, tetapi telah meggerakan semua aspek, seperti pariwisata dan lain-lain. Hal ini tentu menjadi tugas bersama kita semua,”tandas Liyanto.
Menurut Liyanto, desa yang selama ini hanya bisa menghasilkan (komoditi) bahan mentah, maka saatnya mulai berpikir bagaimana industri-inndustri kecil mulai ada. Dengan demikian, barang dari desa kita, bisa dikelola dengan baik agar memberikan nilai lebih.
“Kita bersyukur bahwa menjadi Desa Binaan Bank NTT, otomatis akan membantu dan mendorong kita semua, untuk menemukan dan menghasilkan produk lalu memasarkannya. Karena di dalam kelanjutan program ini, ada banyak aspek yang diperhatikan, misalnya kualitas produk, packagingnya yang menarik, melihat market atau pasarnya dan bagaimana memasarkannya,”ujar Liyanto.
Boby Liyanto menekankan bahwa packaging itu sangat penting karena harus sesuai dengan pasar dimana kita menjual produk tersebut. Ia berpendapat bahwa packaging juga menentuan harga barang.
“Kalau dulu kita packaging (kemas) pakai plastik biasa, kemudian dilem pakai lilin, maka itu hanya bisa dijual di kios-kios. Kalau di-packaging secara baik dengan desain yang menarik, maka harga barangnya lebih meningkat,”tandas Liyanto.
Ia mencontohkan kripik pisang yang harganya hanya Rp 5.000 dalam kemasan plastik biasa, kemudian di-repackaging dengan desain yang menarik, lalu dijual ke hotel-hotel berbintang, maka harganya mencapai Rp 25.000/packaging.
“Barang yang harganya Rp 5.000, bisa dijual hingga Rp 25.000 hanya karena packagingnya yang menarik,”kata Liyanto.
Tetapi dia juga mengingatkan bahwa kita harus memperhatikan 4P, yakni Produck, artinya produk itu harus bagus dan berkualitas, Price atau harga, Place atau tempat dimana kita menjual dan Promotion atau bagaimana kita mempromosikan. Menurutnya 4P itu ilmu marketing, dan juga melihat dimana segmentasi produk itu kita pasarkan. Bahkan Boby Liyanto menekankan bahwa pemasaran produk saat ini terbuka luas melalui pasar digital seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
“Dengan adanya fasilitas internet, maka melalui handphone saja kita sudah bisa jual produk-produk kita ke luar kota, luar NTT, bahkan ke luar negeri. Ini menguntungkan kita semua, sehingga harus manfaatkan sebaik mungkin. Buka youtube dan cari cara membuat keripik ubi atau keripik pisang dan lainnya juga tersedia dan silahkan dipelajari. Tidak ada kata terlambat, yang terpenting itu mau belajar,”saran Liyanto.
Ia melibatkan KADIN Alor dalam kegiatan tersebut agar bisa berkolaborasi dengan Bank NTT dan masyarakat untuk saling membantu dalam menghasilkan produk unggulan di setiap desa dan pemasarannya. Yang penting juga adalah promosi produk dan produk itu berkelanjutan.
“Mari kita bersama-sama membangun daerah kita, desa kita. KADIN NTT bersama KADIN Alor akan berkolaborasi bersama Bank NTT dan masyarakat Kabupaten Alor. Salam kebangkitan ekonomi Nusa Tenggara Timur,”pungkas Liyanto.
Dalam kegiatan ini, Reinhardjo dan Boby Liyanto sebagai Dewan Yuri Festival Desa Binaan Bank NTT juga berdialog dengan masyarakat di masing-masing desa terkait produk yang telah dihasilkan. Rei dan Boby secara bergantian memberikan penilaian seputar cita rasa, kemasan dan cara mengolah. Misalnya terkait keripik keladi dan keripik sayur daun bayam dan daun pepaya di Desa Alimebung itu dinilai enak tetapi masih sedikit berminyak yang terlihat dalam kemasannya sehingga harus diperbaiki dari cara pengolahannya. Daun sayur dan ubi keladi yang akan dibuat menjadi keripik juga harus dengan ukuran yang sama.
Soal cita rasa, misalnya pedas manis, maka harus diperhatikan takaran campurannya sehingga salah satu rasa jangan terlalu dominan. Rei menyarankan agar sebaiknya sediakan produk olahan pangan seperti berbagai kripik dengan berbagai cita rasa masing-masing seperti manis, pedas, asin, atau orisinil karena selera pembeli berbeda-beda. Setiap desa binaan Bank NTT harus punya galeri lopo pada lokasi yang strategis untuk menampung semua produk UMKM di desa. Lopo tersebut, diharapkan Rei bisa menjadi rest area atau tempat istirahat bagi orang yang bepergian dan melintasi wilayah desa dimaksud. Ketika orang mampir beristirahat di lopo, ujar Rei, maka bisa membeli produk kuliner yang ada sambil minum kopi, teh atau lainnya. Perlu juga ada kreatifitas yang menarik minat, misalnya dengan menyuguhkan lagu-lagu khas daerah setempat untuk orang nikmati saat beristirahat di rest area tersebut.
Menurut Rei, pada rest area, sediakan juga informasi terkait komoditi unggulan, destinasi wisata atau potensi seni budaya dan situs-situs yang ada di desa tersebut, sehingga bisa menarik minat orang untuk berkunjung.
Sedangkan Boby Liyanto menambahkan, bahwa sebagai dewan yuri, pihaknya akan datang lagi ke Alor untuk melakukan penilaian tahap kedua Festival Desa Binaan Bank NTT, apakah produk unggulan yang dihasilkan desa-desa binaan itu sudah lebih bagus karena melaksanakan masukan yang disampaikan dewan yuri pada penilaian tahap pertama atau tidak.
Sementara itu Ketua KADIN Kabupaten Alor, Denny Lalitan mengemukakan persoalan yang dihadapi daerah ini yakni soal pemasaran hasil-hasil pertanian, sehingga produk-produk yang dihasilkan, lebih banyak hanya untuk makan sendiri. Untuk dijual, kata Denny, kalau ada kelebihan produksi. Menurutnya harus ada produk unggulan pada setiap desa yang menarik minat orang untuk berhenti untuk membeli dan menikmatinya. Denny mencontohkan, ketika orang melintasi di wilayah Oesao Kabupaten Kupang, pasti orang akan berhenti untuk membeli jagung rebus atau kue cucur karena sudah menjadi produk terkenal daerah itu.
“Saya terima kasih kepada Kepala Desa Alimebung yang punya program bagus sehingga menyediakan lapak-lapak jualan di pinggir jalan untuk dimanfaatkan masyarakat untuk berjualan. Tetapi saya lihat banyak lapak jualan yang kosong. Ini bukan karena malas. Saya paling tidak setuju kalau orang bilang kita orang Alor ini malas, tetapi karena pasarnya tidak jelas. Kalau mau memprodkusi barang, berapapun bisa kami buat. Kemiri berton-ton saja bisa koq, karena pasarnya ada. Kalau kami produksi barang, lalu pasarnya tidak ada maka itu yang repot,”tandas mantan Wakil Ketua DPRD Alor ini.
Di satu sisi, lanjut Denny, saat KADIN Alor memesan sebuah produk kuliner khas Alor yang enak, tetapi sampai sekian bulan pesanan tersebit tidak bisa dilayani karena katanya sedang tidak musim. Kenari saja, lanjut Denny, sering dipesan oleh Ketua KADIN NTT, Boby Liyanto, tetapi kenari yang dipesannya tidak juga muncul sesuai kesepakatan.
“Kami di KADIN, om El (El Yohanis Asamau) di HIPMI dan om Rei (Lukas Reiner Atabui) Komisi II yang juga membidangi ekonomi di DPRD Alor bisa mendorong pemerintah agar semua berkolaborasi memajukan UMKM di Alor,”kata mantan Ketua BPC GAMKI Alor ini.
Kesempatan itu Denny juga menghimbau para orang tua agar jika ada anak-anaknya yang sudah selesai studi pada perguruan tinggi manapun, agar jangan didorong untuk menjadi tenaga honor di kantor-kantor pemerintah, tetapi mulai berwirausaha.
“Saya mau kasih kesaksian bahwa tidak menjadi PNS juga bisa sukses, sehingga anak-anak yang pulang datang (setelah tamat kuliah) ajak mereka untuk berpikir, agar bapak mama punya sayur harganya tidak hanya Rp 5000 per ikat itu caranya bagaimana. Nah, kalau anak-anak muda itu sudah punya niat dan berpikiran seperti itu, datang ketemu saya, kita duduk baku omong, kerja samanya bagaimana supaya bisa baik,”tandas Denny.
Sedangkan Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Alor, Lukas Reiner Atabui,A.Md.,SH yang diberi kesempatan untuk berbicara mengemukakan dukungan terhadap program pengembangan UMKM di desa-desa. Berbagai potensi unggulan di desa menurut Atabui harus dibudidayakan dalam jumlah yang banyak dan berkelanjutan sehingga tidak terputus ketika sudah diterima pasar.
“Setelah budidaya, kita mulai bicara terkait dengan pengolahan hasil untuk memproduksi sesuatu yang berbeda sehingga punya nilai jual tinggi. Setelah itu kita berusaha bagaimana agar dapat memasarkan hasil produksi tersebut,”ujar Atabui.
Berbicara terkait kebijakan pemerintah, lanjut Rei Atabui, kita bisa meminta Bupati Alor agar membuat Peraturan Bupati terkait produk-produk pangan lokal yang dihasilkan masyarakat, dijadikan sebagai snack pada setiap kegiatan pemerintahan.
“Saya juga di DPRD sedang gencar mendorong pemerintah untuk peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Ada banyak sekali potensi yang bisa digali untuk meningkatkan PAD,”tandas Atabui.
Peningkatan UMKM menurut Atabui akan menjadi perhatian Pemerintah dan DPRD Alor kedepan, karena pasca Covid-19 ini, secara nasional Presiden Jokowi sudah menegaskan tentang Tahun Pemulihan Ekonomi, sehingga tentunya akan ada banyak sekali bentuk dukungan kepada masyarakat untuk memulihkan ekonomi tersebut.
Menariknya, Rei Atabui yang juga sebagai salah satu pengurus KADIN Kabupaten Alor menyanggupi ‘tantangan’ Ketua KADIN Propinsi NTT, Boby Liyanto, untuk membantu pengadaan satu unit mesin pengering minyak seharga Rp 1,5 Juta untuk UMKM di Desa Alimebung, Kecamatan Alor Tengah Utara.
Kesanggupan Rei Atabui dan Ketua KADIN Alor, Denny Lalitan ini mendapat ucapan terima kasih dari Pinca Bank NTT Kalabahi, Vinsensius R.Sulu. Menurut Vinsen dengan bantuan tersebut, maka kelompok UMKM di Desa Alimebung harus bisa menghasilkan produk keripik sayuran dan keripik keladi yang berkualitas dalam jumlah banyak dan berkelanjutan untuk memenuhi permintaan pasar. Hal itu karena Devisi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Bank NTT pusat sudah siap membeli produk dimaksud dua minggu sekali, dengan catatan kualitas produk telah memenuhi standar yang disepakati bersama. (ap/linuskia)