DEWAN Pengurus Pusat Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) melalui Devisi Pengembangan Program, bersama WKRI Cabang Yesus Gembala Yang Baik Kalabahi, Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur, menggelar kegiatan Pelatihan Fasilitator Penguatan Psikososial Terdampak Bencana (PPTB), di Aula Hotel Pulo Alor, Kalabahi. selama dua hari, pada 20-21 Agustus 2022. Pantauan alorpos.com, kegiatan yang dibuka Penasehat Rohani WKRI Cabang Kalabahi, Romo Simon Tamelab,Pr yang diwakili Romo Mario Kosat,Pr., Sabtu (20/8/2022) ini, dihadiri pula Pastor Paroki St.Yakobus Rasul Bukapiting di Alor Timur Laut serta para pastor, suster, frater. dan para Pendamping Pengembangan, Penguatan Psikologis Terdampak Bencana, serta 33 peserta pelatihan dimaksud.
Ketua Devisi Pengembangan Program DPP WKRI, Lis Pranowo dalam sambutannya sempat mengaku sudah sering ke wilayah NTT, tetapi untuk Kabupaten Alor, baru pertama kali, sehingga rasa penasarannya tentang Alor yang dikabarkan begtu indah pesona pariwisatanya sudah terjawab.
“Saya ini orang yang suka tantangan, sehingga saya juga suka tantang orang. Yang saya tantang juga ibu Kuntari. Saya rasa, ketua cabang kalian ini (Kuntari) ternyata orang ‘gila’ yang suka tantangan juga,”kata Lis, sembari mengisahkan bagaimana komunikasi intens yang dijalin Ketua WKRI Alor, Kuntari Basworo terkait program dimaksud.
Menurut Lis, kita harus out of the box, keluar dari zona nyaman untuk membantu sesama, bukan hanya Katolik. Menurutnya program ini dibiayai DPP WKRI dengan Dana Solidaritas Khusus sekian ratus juta rupiah, maka akan diawasi secara ketat. Program tersebut, jelas Lis, pertama kali dilaksanakan di Atambua, Kabupaten Belu. Selanjutnya, demikian Lis, program ini diimplementasikan di Kabupaten Malaka dan Kabupaten Timor Tengah Utara. Karena itu, Fasilitator Atambua menjadi bagian dari skuat DPP WKRI dalam mensukseskan program tersebut.
Ia memuji WKRI di Kalabahi Alor yang mau keluar dari zona nyaman dalam melaksanakan program tersebut dengan bekerja bersama-sama. Lis Pranowo juga menilai jajaran WKRI Kalabahi itu sudah punya kerendahan hati dan keterbukaan sebagai modal dasar untuk bekerja bersama-sama.
“Terima kasih untuk Alor yang sudah membuka tangan menerima program ini, dan siap menjadi agen perubahan di wilayah Kabupaten Alor. Kita bekerja untuk kepentingan sesama kita, memberikan yang terbaik bagi umat dan masyarakat, khususnya yang pernah terdampak bencana,”tegas Lis.
Selanjutnya, menjawab wartawan usai pembukaan kegiatan ini, Lis Pranowo mengatakan bahwa WKRI tidak membagikan dana tanggap darurat, tetapi lebih konsen pada proses resiliensi dan rehabilitasi, bagaimana membangkitkan kembali masyarakat korban bencana.
“Kalau pinjam istilah G20 itu, ya pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat. Jadi bencana tidak menjadi akhir dari mereka (masyarakat terdampak), tetapi momentum untuk berani bangkit dan lebih kuat,”kata Lis.
Program ini, lanjut pegiat LSM ini, menyasar dua kepentingan. Pertama, masyarakat terdampak bencana, agar memiliki kemampuan dan daya lenting resiliensi untuk bangkit dan lebih berkualitas hidupnya. Kedua, ujar Lis, pihaknya menyasar Pengurus dan Anggota WKRI di daerah, maupun di cabang sebagai pengelola program ini, supaya meningkat kapasitasnya dalam aspek pengelolaan program dan aspek organisasi.
DPP WKRI, lanjut Lis, menyiapkan materi dalam bentuk modul pendampingan kelompok, karena dalam konteks penguatan psikososial ini, community support atau dukungan kelompok, merupakan faktor penting untuk pemulihan dari situasi yang namanya post traumatic stress disorder, atau gangguan stres pasca trauma.
“Community support itu elemen sangat penting untuk membuat mereka (terdampak bencana) tidak merasa sendiri, sehingga dapat menyembuhkan mereka dari situasi atau masa lalu yang mungkin masih menyakitkan,”jelas Lis.
Pertemuan-pertemuan rutin sebanyak 10 kali setelah pelatihan, kata Lis, sudah disiapkan tiga modul untuk tiga elemen, yakni pertama; elemen bagaimana memahami diri dan memahami sesamanya. Kedua, bagaimana bersyukur atas apa yang didapat dan juga lingkungan hidupnya. Ketiga, modul tentang kesehatan mental, serta teknik pengembangan diri dan kelompok.
“Kami juga mengacu pada Laudato si (ensiklik kedua dari Paus Fransikus, berisi seruan dan desakan Paus untuk menjaga kelestarian bumi sebagai rumah bersama seluruh makhluk) dengan tujuh plattform itu, untuk how to build the green community. Jadi mereka memahami, bagaimana alam juga harus kita jaga. Kita jangan menyalahkan alam (ketika bencana terjadi), sehingga untuk mempersiapkan itu, kita harus hidup selaras alam. Mencintai alam itu, bersyukur atas berkat. Mencintai sesama, dan juga hormat dan cinta kepada alam. Jadi kalau kalian bilang, dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, Amin (tanda salib), maka dalam konteks Laudato si yaitu, “Aku Mengasihi Allah, Bersyukur Atas Diriku, Mengasihi Sesama, dan Mencintai Alam Semesta. Itu tanda salib Laudato si seperti itu, sehingga harus kita pahami bersama,”pungkas Lis Pranowo.
Sebelumnya, Ketua WKRI Cabang Yesus Gembala Yang Baik Kalabahi, Kuntari Basworo dalam sapannya menyampaikan terima kasih kepada DPP WKRI, yang menetapkan WKRI Cabang Yesus Gembala Yang Baik Kalabahi-Alor, WKRI Cabang Atambua, dan WKRI Cabang BTN Kolhua Kota Kupang sebagai penerima program kegiatan yang didanai dengan Dana Solidaritas Khusus itu.
“Jadi kita berterima kasih kepada ibu Lis Pranowo (dari DPP WKRI) yang telah membawah program ini ke Kabupaten Alor,”kata Kuntari yang gesit dan intens membangun komunikasi, sehingga bisa menghadirkan program tersebut di Alor.
Menurutnya, 33 peserta mengikuti pelatihan fasilitator selama minimal 15 jam untuk mendapat sertifikat. Kuntari juga berharap agar setelah pelatihan, para peserta jangan merasa bahwa tanggungjawabnya sudah selesai, tetapi tetap aktif dalam kegiatan program ini yang akan berjalan hingga akhir November 2022 mendatang.
“Setelah pelatihan ini, ada sepuluh kali pertemuan, baik itu pertemuan Kelompok Anak, Kelompok Remaja, maupun Kelompok Orang Tua. Oleh karena itu, kita bersungguh-sungguh agar nanti kita bisa berbagi ilmu yang diperoleh selama pelatihan ini, kepada kelompok-kelompok masyarakat yang akan kita dampingi. Intinya kita bekerja bersama-sama, karena program ini harus dilaksanakan secara transparan, baik itu laporan administrasinya, maupun laporan keuangannya,”tandas Kuntari.
Menurutnya, para fasilitator yang ikut pelatihan tersebut datang dari dua paroki yang wilayahnya mencakup tiga kecamatan di daerah ini, yakni Paroki Yesus Gembala Yang Baik Kalabahi, yang wilayahnya mencakup Kecamatan Teluk Mutiara dan Kecamatan Alor Tengah Utara, serta Paroki St.Yakobus Rasul Bukapiting, Kecamatan Alor Timur Laut.
“Mari kita bekerja bersama, agar program ini dapat sukses dan bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Alor. Ke depannya akan dikembangan, sehingga tidak hanya umat Katolik tetapi juga umat dari agama lainnya di Kabupaten Alor. Karena program ini nantinya akan berkesinambungan,”himbau istri mendiang mantan salah satu pejabat teras Pemkab Alor, Drs.Alex Makin ini.
Menjawab wartawan usai pembukaan kegiatan tersebut, Kuntari menyampaikan bahwa peserta pelatihan Fasilitator Penguatan Psikososial Terdampak Bencana itu terdiri dari para Pastor, Frater, Suster, PMKRI Cabang Kalabahi, Pemuda Katolik Kabupaten Alor, tokoh umat dan Anggota WKRI Cabang Kalabahi.
“Kami harapkan agar yang menjadi peserta ini benar-benar bisa mengimplementasikan, mem-follow up kegiatan ini, sehigga masyarakat yang terdampak bencana, bisa memperoleh manfaat dan cepat bangkit dari keterpurukan akibat bencana. Jangan karena bencana, lalu mereka terpuruk, tetapi lebih bisa diberdayakan oleh para fasilitator ini,”ujar Kuntari.
KETIKA ADA BENTURAN, AKAN ADA BENTUK
Sementara itu, Penasehat Rohani WKRI Cabang Yesus Gembala Yang Baik Kalabahi, Romo Simon Tamelab,Pr yang diwakili Romo Mario Kosat,Pr., diberi kesempatan menyampaikan sambutan dan membuka kegiatan Pelatihan Fasilitator Penguatan Psikososial Terdampak Bencana tersebut.
Menurut Romo Rio, ketika ada benturan maka akan ada bentuk. Dan benturan-benturan yang terjadi dalam hidup kita, jelas Romo Rio, khususnya bencana-bencana alam, maka bentuklah satu wadah untuk membantu sesama ketika bencana-bencana itu terjadi. Karena itu ia menilai kegiatan yang dilaksanakan itu, sangat bermanfaat bagi Kabupaten Alor yang juga merupakan salah satu daerah rawan bencana.
“Fasilitator-fasilitator yang akan menjadi agen-agen di lapangan dalam membantu sesama terdampak bencana. Kita menjadi garam dan terang dalam kehidupan kita. Dengan demikian kita berani keluar dari hal-hal yang membuat kita nyaman, dan berani turun ke dalam medan, ke dalam lapangan untuk menjadi terang dan garam,”tandas Romo Rio, seraya berterima kasih kepada pengurus DPP WKRI, Lis Pranowo yang sudah datang ke Alor, daerah yang dinilainya smenarik karena berbagai destinasi wisatanya yang indah.
Kedepannya, Romo Rio berharap agar kegiatan serupa dilaksanakan untuk Paroki di Kalombuku Moru-Alor Barat Daya, dan di Helangdohi-Pantar. Lebih lanjut Romo Rio berpendapat bahwa ilmu yang diperoleh selama pelatihan itu, akan sangat berharga dalam membantu sesama, karena Kabupaten Alor juga termasuk daerah rawan bencana.
“Apa yang kita dapat ini (pelatihan) akan menjadi sangat berharga bagi kita dalam membantu sesama kita. Bukan saja orang Katolik, keluarga-keluarga Kristen, tetapi seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Alor,”harap Romo Rio. (ap/linuskia)