DINAS Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Alor baru saja menggelar pelatihan bagi kelompok petani tembakau di daerah ini, pada 28-29 Oktober 2021 di Kalabahi. Pantauan alorpos.com, pelatihan ini dibuka Kepala Distanbun Alor, Yustus Dopong Abora,SP., didampingi Kepala Bidang Perkebunan, Muhamat Sayuti dan Kepala Seksi Produksi Perkebunan, Ferdinandus Peni.
Dalam sambutannya membuka kegiatan ini, Yustus Dopong Abora mengetengahkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa pengeluaran terbesar rumah tangga di Alor itu untuk membeli rokok, pulsa dan minuman keras (miras). Padahal pendapatan rumah tangga, kata Yustus, masih berdasarkan data BPS, yakni Rp 3 Juta tetapi pengeluaran Rp 6 Juta/tahun, sehingga minus Rp 3 Juta.
“Yang paling banyak keluar itu ada pada tiga komponen dengan pengeluaran terbesar yakni rokok, pulsa dan minuman keras (miras). Selain ketiga kebutuhan tersebut, siri pinang juga masuk dalam kategori pengeluaran terbesar rumah tangga di Alor. Sementara untuk membeli bahan makanan seperti beras, terigu, gula dan sejenisnya tergolong kecil,”tandas Yustus.
Tetapi kita hitung-hitung, ujar Yustus, penerimaan terbesar negara ini ada pada cukai tembakau.
“Karena itu kita tanam saja, tidak ada soal, nanti orang lain yang beli tembakau,”ujar pejabat yang humoris ini.

Menurutnya, Alor bukan daerah penghasil tembakau, tetapi pemakai tetap tembakau. Namun ia menyebut beberapa wilayah di Alor ini yang sejak lama dikenal sebagai penghasil tembakau, yakni Atingmelang, Takalelang di Alor Tengah Utara, Helandoi di Pulau Pantar, dan Fungafeng.
Dia menghimbau agar 20 peserta pelatihan budidaya, panen dan paska panen tembakau itu, nantinya dapat meningkatkan meningkatkan produksi tembakau, maupun komoditi poertanian dan perkebunan lainnya secara baik. Selain itu, kata dia, nanti ada pelatihan pembuatan pupuk, agar petani tidak membeli pupuk lagi di pasaran.
Kesempatan itu, mantan Plt.Sekda Kabupaten Alor ini menekankan bahwa para petani harus meningkatkan pendapatan keluarga agar menutupi minus pengeluaran, dengan fokus pada beberapa komoditi.
“Untuk holtikultura kita fokus pada sayuran, bawang merah bawang putih dan cabe. Fokus buah-buahan, untuk jangka pendek yakni melon dan semangka. Sedangkan buah-buah jangka panjang kita kembangkan rambutan karena cocok dengan iklim di Alor,”tegas Yustus.

Saat ini, jelas Yustus, kategori sayuran yang punya nilai tawar tinggi yakni lombok/cabe, serta bawang merah dan bawang putih. Sedangkan buah-buahn itu melon dan semangka yang punya prospek bagus. Untuk tanaman perkebunan, dia mengajhak petani agar fokus pada dua komoditi, yakni vanili dan kopi. Kalau jambu mente menurutnya sudah (berhasil) luar biasa dan tinggal dirawat dengan baik pada lokasi-lokasi pengembangan.
“Mente tidak butuh perlakuan khusus karena biji mente yang jatuh dari pohon bisa tumbuh sendiri seperti kemiri. Karena itu kita fokus lagi di vanili dan kopi yang sedang trend sekarang. Ada yang punya lahan yang bagus untuk kopi, maka silahkan kembangkan kopi, karena prospek kopi ke depannya ini luar biasa. Demikian juga yang lahannya cocok untuk vanili, maka silahkan dikembangkan secara maksimal,”ujar Yustus memacu petani.

Sementara itu, Kabid Perkebunan, Muhamad Sayuti dan Kepala Seksi Produksi Perkebunan, Ferdinandus Peni menjawab media ini mengatakan, peserta pelatihan petani tembakau itu sebanyak 20 orang dari dua kelompok tani.
“Kelompok Tani Nama Kite dari Fungafeng 10 orang, dan Kelimpoik Tani Satria dari Alimebung, Kecamatan Alor Tengah Utara juga 10 orang. Pelatihan budi daya itu untuk pembuatan pupuk bokasi dan pestisida organik. Sedangkan panen terkait usia tembakau yang baik saat panen serta pengolahnnya. Ada bantuan peralatan untuk pengolahan paska panen,”kata Sayuti, dibenarkan Ferdinandus.
Tahun 2021 ini juga, lanjut Sayuti, ada pengembangan budidaya tembakau di Kecamatan Pantar, yakni di Kelurahan Kabir, Desa Helandohi, Wailawar dan Desa Batu. Menurutnya, hal itu untuk meningkatkan produksi demi memenuhi kebutuhan pasar dalam daerah.
Mengenai jenis tembakau yang dikembangkan saat ini, Ferdinandus Atapeni menyebutjenius atau bibit tembakau virginia yang didatngkan dari Jawa. Menurutnya, tembakau virginia ini kadar nikotinnya rendah, dibandingkan tembakau lokal yang kandungan nikotinnya tinggi. Soal prospek, kata Suyuti, ke depannya untuk bisa dijual ke luar daerah, tetapi itu masih program jangka panjang. (ap/linuskia)