Desa Pido Terisolir Akibat Bencana Alor, Bantuan Terhambat, Warga Kesulitan Pangan

author
4 minutes, 49 seconds Read

KONDISI Desa Pido dan Desa Lipang di Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor saat ini masih terisolir karena akses jalan raya ke dua desa tersebut putus akibat bencana Badai Siklon Tropis Seroja yang mengakibatkan banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang melanda wilayah Propinsi NTT pada awal April 2021 ini.
Kepala Desa Pido, Petrus L.Kande kepada alorpos.com di Kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Alor, Jumad (9/4/2021) mengatakan, ruas jalan sepanjang kurang lebih 1 KM dari Desa Lipang ke Desa Pido itu rusak parah sehingga tidak bisa dilewati semua jenis kendaraan.
Akibatnya, kata Petrus L.Lande, warga Desa Pido sebanyak 344 KK saat ini mulai kesulitan bahan pangan karena bantuan tidak mencapai desa ini. Kios-kios di wilayah itu, tutur Lande, sudah tidak mau jual lagi beras, supermie dan bahan makanan lainnya, karena pemilik kios juga mengantisipasi stok barang untuk kebutuhan keluarganya. Tanaman pangan warga, ujar lande, juga rusak akibat banjir dan longsor. Pisang-pisang yang menjadi andalan pangan alternative, demikian Lande, juga tumbang diterpa angin kencang.
Untuk itu, dia mendatangi Kantor Dinas PMD Kabupaten Alor untuk berkoordinasi terkait solusi yang ditempuh untuk mengatasi kebutuhan pangan masyarakat di Desa Pido. Sebagaimana pantauan alorpos.com, Lande langsung difasilitasi Tenaga Ahli Dana Desa Kabupaten Alor, Machris Mau untuk proses administrasi melakukan kas bon natura (bahan pangan) ke Dolog Kalabahi, dan nantinya dibayarkan pakai Dana Desa jika sudah dicairkan.
“Pihak PMD sudah setujui dan kami diarahkan ke Dolog untuk membangun koordinasi mendapatkan Sembako dan langsung didroping ke Pido. Jadi hari ini (Jumad, 9/4) kami ke Dolog, untuk koordinasi mengambil Sembako untuk didistribusi kepada masyarakat. Walaupun nanti tidak sampai ke desa, tetapi masyarakat yang kami arahkan berjalan kaki untuk menjemput di Timomang (nama tempat sebelum desa Pido) yang berjarak 5 KM dari desa Pido,”kata Petrus Lande.
Menurutnya, mobil hanya bisa sampai di Timomang, lewat jalur Bukapiting-Yahtang-Tuaibui-Tingmang-Timomang. Kades Lande mengaku sudah melakukan survey kondisi ruas jalan dimaksud, dan menurutnya memungkinkan untuk dilalui kendaraan mengangkut bantuan.
Timomang itu perbatasan antara Desa Kenarimbala dan Desa Lipang. Jarak dari Timomang ke Desa Lipang yakni 1 KM, sedangkan dari Lipang ke Pido itu sekitar 4 KM. Sehingga warga Desa Pido harus menyusuri jalan rusak sepanjang 5 KM untuk mengambil bahan pangan yang ditrurunkan di Timomang.

Machris Mau,SP (kiri), dan Kades Pido, Petrus L.Lande saat bertemu di Kantor Dinas PMD Kabupaten Alor, Jumad (9/4/2021).

Tenaga Ahli Dana Desa di Kabupaten Alor, Machris Mau,SP menjawab media ini menjelaskan, bahwa dalam Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), bisa dialokasikan dana untuk kegiatan tanggap darurat.
“Dalam situasi seperti begini (bencana banjir, tanah longsor dan angn kencang), maka kemarin (Kamis, 8/4//2021) kami bersama Dinas PMD bersurat kepada desa-desa yang mengalami dampak bencana paling parah,”kata Machris.
Menurut Machris, karena Dana Desa ini dengan sistim transfer bank, sehingga pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dolog (Depot Logistik) Kalabahi, agar mereka kas bon natura seperti beras, gula pasir, minyak goreng, supermi dan sejenisnya. Dan pihak Dolog, lanjut Machris, sudah siap untuk melayani itu.
“Sekarang kami tunggu para kepala desa datang untuk kita ke Dolog untuk mengurus administrasi dan bisa mengambil natura untuk didrop ke desa masing-masing, demi membantu masyarakat dalam situasi darurat, terutama soal makan-minum,”ujar Machris.
Nanti, ujar Machris, pihak desa bersangkutan akan melakukan pembayaran menggunakan dana desa, yang disebut dengan Realokasi Dana Desa Untuk Penanggulangan Bencana.
“ Maka saat ini kita sedang menunggu desa-desa terdampak bencana untuk memasukan data soal tingkat kerusakan lahan sawah, kebun, korban manusia akibat kehilangan jiwa maupun rumah tempat tinggal, dan fasilitas umum lainnya,”tandas Machris.
Ditanya apakah ada standar plafon dana desa yang direalokasi dalam APBDEs untuk penanganan darurat bencana tersebut, Machris mengatakan bahwa tidak dipatok jumlah tertentu untuk setiap desa, tetapi tergantung dengan jumlah jiwa dan KK (Kepala Keluarga) di setiap desa terdampak bencana
Untuk natura sendiri, urai Machris, yang kita hitung untuk desa-desa yang terkena dampak paling parah, bisa merealokasikan dana desa sekitar Rp 100 Juta untuk bantuan pangan, yang kita kerja samakan dengan Dolog. Satu paket Natura yang disiapkan Dolog itu terdiri dari beras 10 Kg, supermi 1 dos, gula pasir 1 Kg dan minyak goreng 1 kilo liter itu senilai Rp 215.000. Kalau Rp 215.000 ini kita kalikan dengan jumlah KK pada desa-desa terdampak sesuai pendataan rata-rata 270-an sampai 290-an KK, maka itu dibawah Rp 100 Juta, mereka bisa realokasikan ke Penanggulangan Bencana, khusus untuk natura (pangan) saja. Karena realokasi dimaksud, jelas Machris, maka ada kegiatan yang sudah ditetapkan dalam APBDes akan dipending ke tahun depan.

Ruas jalan ke Desa Pido, Alor Timur Laut yang terputus karena bencana banjir bandang dan tanah longsor. Foto: doc.Kades Pido

Sementara itu, Bupati Alor, Drs.Amon Djobo kepada wartawan di rumah jabatannya, Sabtu (10/4/2021) mengakui bahwa akses transportasi ke Desa Lipang dan Desa Pido memang terputus sehingga menjadi kendala dalam pendropingan bantuan bagi masyarakat setempat. Meski begitu, bupati Djobo menegaskan bahwa Pemkab Alor telah berupaya maksimal untuk membantu masyarakat pada semua desa terdampak bencana, termasuk Pido dan Lipang.
“Jadi bukan karena pemerintah lambat menyalurkan bantuan, tetapi karena akses jalan ke Desa Lipang dan Pido memang benar-benar terputus sehingga tidak bisa dilelalui mobil maupun sepeda motor, untuk mengantar bantuan,”tegas Djobo.
Bahkan karena terputusnya ruas jalan ke Desa Lipang dan Pido, serta tingkat kesulitan medan, maka upaya pencarian para korban bencana bajir bandang dan tanah longsor di Desa Lipang juga menghadapi kendala. Akibatnya, dari 17 korban bencana, baru 5 orang yang telah ditemukan dalam keadaan meninggal, sedangkan 12 lainnya masih dalam pencarian.
Upaya pencarian oleh Tim SAR dan Basarnas bersama unsur TNI-Polri dan Pol PP belum membuahkan hasil maksimal. Menurut bupati Djobo, tim Brimob Polda NTT juga telah terjun ke Desa Lipang bersama anjing pelacak untuk mencari para korban yang belum diketemukan, tetapi belum ada korban yang berhasil ditemukan lagi. Namun upaya pencarian masih terus dilakukan. Pemerintah daerah juga, demikian Djobo, sedang berupaya mencari solusi agar bisa segera membuka akses jalan ke Desa Lipang dan Pido. (ap/tim-linuskia)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *