STEFEN Fanmai (45), warga RT.01 RW.01 Desa Marataing, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT, yang tenggelam di perairan dermaga Marating sejak Kamis (21/7/2022) sekitar pukul 04.00 Wita dinihari, hingga Jumad (22/7/2022) siang hari ini, belum berhasil ditemukan tim penyelamat gabungan dari berbagai instansi yang melakukan pencarian. Informasi tersebut diperoleh media ini dari Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Alor Timur, Ny.Misri Hanadjaha, Jumad (22/7/2022) sekitar Pukul 13.14 Wita melalui sambungan telepon selulernya. Menurut Misri, korban terjatuh ke laut saat menjemput keluarganya yang baru tiba dengan kapal perintis dari Kiser, Maluku. Ketika sedang mengangkat barang ke dermaga Marataing, korban terpeleset dan jatuh ke laut, kemudian langsung menghilang. Padahal menurut warga setempat, koban dikenal pandai berenang dan selama ini sering melaut.
Tim SAR dan warga setempat terus melakukan upaya pencarian. Upacara ritual sesuai adat setempat juga dilakukan, dengan harapan korban segera ditemukan. Upacara adatiah tesebut dengan cara menabuh gong dan meniup nafiri di sepanjang pantai Marataing hingga ke Duli, tempat dermaga lama.
Bahkan ada peristiwa luar biasa, sebagaimana dituturkan Misri, bahwa saat ritual adat pada Kamis sore kemarin, ada upacara pengembalian sebilah sabit ukuran besar dan tajam mengkilat ke laut, tepatnya di depan dermaga Marataing yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, Timor Leste itu. Body Sabit yang penuh dengan ukiran huruf Arab itu, menurut cerita warga setempat, bahwa ditemukan korban saat memancing pada Tahun 2005 silam. Menurut cerita yang beredar, bahwa ketika korban memancing, kata Misri, yang ditarik bukannya ikan, tetapi sabit yang bertuliskan huruh Arab tersebut. Sejak ditemukan, korban menyimpan sabit tersebut di rumah kediaman mereka. Dan katanya, selama menyimpan sabit tersebut, tidak ada kejadian aneh, tetapi yang dirasakan keluarga, bahwa setiap kali melaut untuk mencari nafkah, korban selalu mendapat ikan besar.
Korban dan keluarganya juga penasaran dengan tuisan yang diyakini sebaga tulisan Arab yang memenuhi body sabit tersebut, sehingga sempat meminta seorang bapak, bernama John Langko membawa sabit tersebut ke Kalabahi, agar meminta seorang Ustad untuk coba menerjemahkan tulisan Arab dimaksud. Namun, jelas Misri, tulsan Arab di sabit itu katanya tidak bisa diterjemahkan karena menurut seorang Ustad di Kalabahi bahwa itu tulisan Arab kuno sehingga kesulitan menerjemahkannya.
Maka sabit tersebut dibawah kembali ke Marataing dan disimpan korban. Tetapi, kata, Misri, informasi dari keluarga korban, bahwa beberapa hari sebelummya, ada orang yang mencari barang antik berniat membeli sabit unik tersebut, sehingga korban berencana menjualnya karena punya harga yang menggiurkan. Namun, belum sempat menjual sabit yang ditemukannya saat memancing itu,Stefen Fanmai, ayah tiga anak ini justru mengalami musibah, terjatuh ke laut dan saat ini masih dalam pencarian.
Karena itu, ritual mengembalikan sabit itu ke laut, tempat dimana sabit itu diperoleh korban, tentu dengan harapan agar dalam upaya pencarian ini, korban bisa ditemukan. Mungkin saja, sesuai adat setempat, bahwa sabit itu tentu punya pemilik sehingga dikembalikan kepada pemiliknya, agar korban yang sempat punya niat menjual sabit tersebut bisa ditemukan dan kembai ke tengah keluarga.
Sebagaimana sebuah vidio yang dipeoleh media ini dari Bendelina Sailana, penyiar senior Radio Pemda Alor, yang juga mengaku mendapat vidio terebut dari Misri, memperlihatkan sejumlah tokoh masyarakat sedang melaksanakan ritual adat mengembalikan sabit tersebut ke laut di depan dermaga Marataing, dipimpin Orgenes Mautuka dan Alex Mautuka. Nampak, Alex Mautuka menabuh gong, sedangkan Orgenes Mautuka menuturkan kata-kata adat seraya melepas kembali sabit tersebut ke laut.
Korban Stefen Fanmai, kata Misri, punya tiga orang anak, dimana anak sulungnya dalam proses mau kuliah Pendidikan Guru PAUD di Kupang, tetapi karena musibah terjadi, maka anak itu dalam perjalanan kembali ke Marataing hari ini. Sedangkan dua anak lainnya, sedang belajar di SMK dan SD di Marataing.
Sebagaimana diwartakan Tribuana Pos.id, Kamis (21/7/2022), bahwa Kapolsek Alor Timur, Iptu Apolos Peni membenarkan kejadian tenggelamnya korban Stefen Fanmai dan Tim SAR sedang melakukan pencarian korban. Camat Alor Timur, Daud Hanajaha menyampaikan kronologis musibah yang menimpah waranya tersebut. Menurut Daud, pada Kamis (21/7/2022) dinihari itu, korban menjemput keluarganya yang menumpang kapal perintis yang bar tiba dari Kiser-Maluku. Namun saat di atas kapal tersebut, dan sedang mengangkat barang, korban terpeleset dan jatuh ke laut, dan seketika menghilang. Hingga saat ini, korban masih dalam pencarian. (ap/linuskia)