Bupati Alor Sesali Balon Bupati Yang Menjelekan Kondisi Daerah Tanpa Data Valid. Djobo: Saatnya Anak Muda, Tua Minggir

author
3 minutes, 50 seconds Read

HARUSNYA, mereka yang mau maju (sebagai bakal calon alias Balon Bupati Alor) itu, punya konsep program kerja sendiri, visi-misi sendiri. Apa yang pemerintah sebelumnya lakukan, dan apa yang mau dia kerjakan selanjutnya. Peluangnya apa, tantangannya apa, harapannya apa, dampaknya apa. Itu yang dibuat, bukan hanya omong orang punya kejelekan, dan menjelek-jelekan kerja pemerintah sekarang.
Hal ini dikemukakan Bupati Alor, Drs.Amon Djobo,M.AP saat jumpa pers di ruang kerjanya, Selasa (18/10/2022) siang, yang menurutnya untuk mengklarifikasi apa yang dikemukakan bakal calon (Balon) Bupati Alor tertentu kepada publik, terkait perkembangan daerah dibawah kepemimpinan pemerintahan sekarang.
Bupati Alor dua periode ini menjelaskan, bahwa income perkapita penduduk Kabupaten Alor ketika dia mulai menjabat sebagai Bupati Alor periode pertama pada Maret 2014 silam, berada pada angka Rp 6 Juta/rumah tangga penduduk, tetapi sekarang sudah naik menjadi Rp 17 Juta/rumah tangga penduduk, sesuai data BPS (Badan Pusat Statistik). Bidang ekonomi di Kabupaten Alor, urai Djobo, meski dua tahun terakhir ada pandemi Covid-19, tetapi ada pertumbuhan positif ekonomi sebesar 2,5 %. Sedangkan angka kemiskinan, lanjut Djobo, ketika dia mulai menjadi Bupati Alor, angka kemiskinan di daerah ini sebesar 25-27 %, sekarang sudah turun ke angka 19,7 %.
“Makanya data-data itu ambil di statistik. Karena itu saya bilang ke Obeth Bolang (Kepala Bappelitbang Kabupaten Alor, Obeth Bolang,S.Sos.,M.AP), agar informasi pembangunan itu harus dibuat, diramu, diperbarui (update) dan disebarkan, dipublikasikan wartawan agar masyarakat juga ikuti,”tegas Djobo.

Bupati Alor, Drs.Amon Djobo,M.AP didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan, Yustus Dopong Abora (bertopi anyaman daun lontar) saat melihat produk kopi asli Alor dalam kemasan siap jual di arena Expo Alor XV pada awal Oktober 2022 lalu

Mengenai angka stunting (balita yang kerdil karena kurang gizi), lanjut mantan Kepala BLHD Kabupaten Alor ini, di Kabupaten Alor sudah turun dari 25 % pada tahun sebelumnya, menjadi 11,7 % pada tahun 2022 ini. Target pemrintah, ujar Djobo, angka stunting di Kabupaten Alor harus turun menyentuh angka 8 % pada Tahun 2023 mendatang. Karena itu, bupati Djobo menyayangkan ada Balon Bupati Alor yang mengatakan, bahwa stunting di Kabupaten Alor masih tertinggi di NTT.
“Orang itu omong bilang angka stunting Alor tinggi itu di mana. Jadi angka kemiskinan sudah turun dari 27 % menjadi 19,7 %, pertumbuhan ekonomi sudah saya jelaskan itu naik 2,5 %, income per kapita naik dari Rp 6 Juta/rumah tangga, naik menjadi Rp 17 Juta/rumah tangga, IPM (Indeks Pembangnan Manusia) naik dari 57 point menjadi 62 point. Kalau tidak percaya, silahkan datang ke BPS dan tanya data-data itu,”tandas Djobo.
Menurutnya, IPM itu terkait dengan masalah kesehatan, pendidikan, pertumbuhan ekonomi, kelayakan hidup masyarakat, dan pendapatan atau income perkapita.
“Maka Pemerintah Kabupaten Alor meletakan tiga upaya percepatan pembangunan yaitu Alor Kenyang, Alor Sehat dan Alor Pintar, sehingga di dalamnya sudah menyangkut IPM sehingga terdongkrak naik. Mau menjadi bupati, jangan dengan cara memfitnah orang, menjelekkan orang. Bicara harus pakai data yang valid. Saat saya mengambil tanggungjawab (sebagai Bupati Alor) delapan tahun lalu, Alor dalam hal keuangan daerah itu sedang disclaimer selama lima tahun berturut-turut sebelumnya. Saya mulai benahi sehingga menjadi WDP (Wajar Dengan Pengecualian) dan sekarang (dua tahun terakhir) sudah WTP (Wajar Tanpa Pengecualian sesuai penilaian BPK RI Perwakilan NTT),”ungkap Djobo.

Bupati Alor, Amon Djobo yang selalu berkunjung ke kampung-kampung, dari satu pulau ke pulau lainnya di Kabupaten Alor, sering menggunakan perahu motor, bahkan dengan perahu dayung untuk merapat ke pulau

Berkaitan dengan penempatan pejabat di lingkup Pemkab Alor selama masa kepemimpinannya, bupati Djobo menegaskan bahwa selalu sesuai prosedur dan aturan kepegawaian yang berlaku. Untuk jabatan tinggi pratama atau Eselon IIB, melalui seleksi ketat oleh Panitia Seleksi (Pansel), yang melibatkan para pihak terkait, termasuk profesional/praktisi dan akademisi. Pansel akan memilih tiga peraih nilai tertinggi dari setiap jabatan untuk disampaikan kepada bupati, dan selanjutnya akan menentukan salah satu sesuai perankingan.
“Jadi bupati bukan menentukan orang suka-suka sesuai keinginan untuk menduduki jabatan tertentu. Makanya harus memahami persoalan daerah ini secara baik, peluangnya apa, tantangannya apa. Alor ini tidak bisa kita jual kemiskinan, tetapi kita jual potensi,”tandas Djobo, sembari menutup keterangannya dengan mengutip sebuah firman, “Ajarlah kami untuk menghitung hari-hari hidup kami, agar kami memperoleh hati yang bijaksana.
Bagi Djobo, kalau menghitung-hitung hari hidup dan merasa sudah tua, maka minggir, berilah kesempatan kepada anak-anak muda muncul untuk membawa tongkat estafet dan berlari lebih kencang lagi.
Mantan Asisten III Setda Alor ini berpendapat, bahwa bupati Alor berikutnya tetap dari kalangan birokrasi. Kalau bukan birokrat, demikian Djobo, paling tidak orang yang sudah mengetahui sebahagian persoalan daerah ini secara baik.
“Kalau orang politik, maka Wakil Bupati (Imran Duru,S.Pd.,M.Pd) titik. Karena dia (Wabup Imran Duru), sudah 10 tahun dengan saya. Sehingga saya ada di belakang orang-orang yang saya munculkan,” pungkas Djobo. (ap/linuskia)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *