alorpos.com__BUPATI Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Drs.Amon Djobo,M.A.P., menghadiri kegiatan Promosi KIE dan Percepatan Penurunan Stunting Wilayah Khusus di Kabupaten Alor, oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Lakalena, Jumad (11/8/2023) di Aula Hotel Kenari Kalabahi.
Dalam sambutannya bupati Djobo mengemukakan bahwa pada Tahun 2020, angka stunting (balita dengan pertumbuhan tak normal) di Kabupaten Alor mencapai 27 persen lebih. Di Tahun 2023 ini, kata Djobo, angka stunting di Alor sudah turun menjadi 11,1 persen. Dia optimis saat evaluasi lagi pada bulan Sepember 2023, stunting di Alor sudah bisa turun pada angkat 8 atau 7 persen.
“Kalau kita mau agar generasi kita kedepan itu baik, maka kita semua harus berusaha. Tidak bisa hanya satu dua orang yang urus. Bayi sejak dalam kandugan, lahir hingga usia enam bulan harus dirawat dengan baik,”himbau Djobo.
Menurutnya, pemerintah sudah berusaha keras melalui BKKBN dan Dinas Kesehatan serta seluruh perangkat di kecamatan, desa/kelurahan, dengan mendatakan by name by adress (dengan nama dan alamat lengkap).
Lebih jauh Djobo mengungkapkan bahwa masih ada lima kecamatan dari total 18 kecamatan di daerah ini yang angka stuntingnya masih tinggi.

Meski begitu, bupati Djobo berharap agar pada Tahun 2024 atau 2025, paling tidak stunting di Alor sudah nol persen. Karena itu Bupati Alor dua periode ini berharap agar Dinas BKKBN dan Dinas Kesehatan bersama semua stakeholder terkait agar bekerja sama secara maksimal agar pada evaluasi berikutnya, stunting di Alor bisa turun ke angka tujuh persen.
Sementara itu, Tuti dari BKKBN Provinsi NTT menyampaikan materi terkait stunting dan pencegahannya. Menurut Tuti, untuk generasi kedepan yang sehat tanpa stunting, maka remaja-remaja putri agar diberi pemahaman oleh orang tuanya agar harus mempersiapkan diri dulu secara matang dari berbagai sisi, baru berkeluarga dan punya anak.
Sedangkan ibu-ibu hamil, Tuti menyarankan agar memperhatikan nutrisi dan selalu memeriksakan diri ke Sarana Kesehatan.

“Setelah melahirkan harus IMD (Inisiasi Menyusui Dini), dan selama enam bulan itu anak harus medapat ASI eksklusif, dan dilanjutkan hingga anak berusia dua tahun,”kata Tuti.
Menurut Tuti, Program KB juga sangat baik untuk mencegah Empat Terlalu. Ketika Tuti bertanya apa itu empat terlau kepada peserta, Aisah Sanu yang seorang kader kesehatan di Kelurahan Wetabua, Kecamatan Teluk Mutiara menjelaskan, bahwa empat terlalu yaki Terlalu Muda untuk melahirkan, Terlalu Tua untuk melahirkan, Terlalu Jarak Dekat Anak dan Terlalu Banyak Anak.
Dijelaskan Aisah bahwa terlalu muda itu melahirkan dibawah usia 20 tahun, terlalu tua itu melahirkan di usia 35 tahun atau lebih, terlalu jarak dekat anak itu satu tahun satu anak, dan teralu banyak anak itu lebih dari lima anak.
“Idealnya, usia anak perempuan menikah di usia 21 tahun dan laki-laki di usia 25 tahun,”kata Aisah, sembari mendapat bonus dari panitia karena mampu menjelaskan secara baik.
Asal tahu saja, kegiatan Promosi KIE dan Percepatan Penurunan Stunting Wilayah Khusus di Kabupaten Alor ini dihadiri pula Bupati Alor periode 1999-2009, Ir.Ansgerius Takalapeta, Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Alor, Azer D.Laoepada,SM.,SH., Kepala BKKBN Kabupaten Alor, Syaifudin I.Djawa,SH dan pejabatan dari BKKBN Provinsi NTT. Kurang lebih 1000 peserta dari berbagai kalangan hadir mengikuti kegiatan dimaksud. (ap/linuskia)