alorpos.com__KEGIATAN Sunat Massal dan Sunat Adat Tingkat Kabupaten Alor Tahun 2023 berlangsung Sabtu (1/7/2023) di Kelurahan Wetabua, Kecamatan Teluk Mutiara. Bupati Alor, Drs.Amon Djobo,M.A.P., nampak hadir didampingi Asisten I Setda Alor, Redwan Nampira,S.Sos untuk membuka kegiatan dimaksud.
Dalam sambutannya, bupati Djobo mengingatkan bahwa sunat adatiah merupakan warisan orang tua sejak lama sehingga patut dilestarikan. Sunat adat, kisah Djobo, pernah dilakukan di Desa Alor Kecil, dan saat itu dia berpesan agar kegiatan sunat adat itu tidak boleh berhenti.

“Maka saya pesan lagi. Masa jabatan saya (sebagai Bupati Alor dua periode) berakhir tahun ini. Saya tidak mau hal-hal ini (sunat adat) berhenti disini. Dengan begitu, kita menitipkan hal-hal baik ini kepada generasi yang baru, bahwa dulu di masa-masa sulit, basudara kakak adik Muslim sunat dengan cara ini,”ujar Djobo.
Menurut Djobo, semua orang Alor itu bersaudara sehingga ia mempopulerkan Alor sebagai bumi persaudaraan, tanah terjanji, surga di timur matahari. Karena itu, semua pihak harus bergandengan tangan untuk terus membangun daerah ini.
“Siapapun yang akan melanjutkan (sebagai Bupati Alor berikut), apakah om Yos (Joseph Malaikosa) atau siapapun yang melanjutkan itu, Tuhan merahmati mereka untuk melanjutkan kepemimpinan di daerah ini selama dunia ini masih berputar,”pesan bupati bupati Djobo dalam acara yang dipandu Mayawati Kou,SE ini.

Harapan agar Sunat Adat itu dilestarikan juga disampaikan Anggota DPRD Kabupaten Alor, Ibrahim Nampira. Kepada wartawan di sela-sela kegiatan ini, Him Nampira mengatakan bahwa pihaknya berharap agar ritual-ritual seperti sunat adat itu harus tetap dijalankan, sehingga generasi muda bisa mengetahuinya dengan baik.
Sebelummya Ustad Yusli Kiko selaku Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Teluk Mutiara menyampaikan Hikma Sunat Massal dan Sunat Adat dimaksud. Menurutnya, kulit yang dipotong saat sunat, agar najis-najis yang tertinggal itu dibersihkan karena saat menghadap Allah harus dalam keadaan suci.

“Khitan adalah syariat di dalam Islam sebelum melaksanakan ibadah sholat, sebelum menghadap kepada Allah SAW, dia harus disucikan dulu. Dia harus memberisihkan diri, termasuk yang ada pada anggota tubuhnya. Maka orang tua yang hari ini memberikan anaknya untuk dikhitan, adalah anak-anak yang soleh dan soleha,”tandas Yusli.
Di tempat ini (Kelurahan Wetabua), lanjut Yusli, ada satu masjid yakni Masjid Babul Jihad yang artinya Pintu Perjuangan. Maka orang tua mengajak anak-anak yang telah dikhitan agar ke masjid untuk berdoa bersama.
“Babul Jihad, Pintu Perjuangan. Artinya perjuangan untuk menghadap Allah dengan bersih. Maka pintu perjuangan jangan dijadikan pintu maksiat,”tegas Yusli. (ap/linuskia)