“Pemegang Saham Pengendali Bank NTT, yakni Gubernur NTT meminta para Pemimpin Cabang Bank NTT di semua kabupaten/kota, untuk memotivasi para petani dan nelayan, demi membangun ketahanan pangan. Karena itu kami terlibat secara aktif dalam Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS). Untuk itu saya mohon dengan sangat, tolong terima kami, kalau kami tiba-tiba datang kunjungi bapak, mama, kakak, adik di kebun-kebun. Kalau kami bertanya kenapa tidak menanam ini, kenapa lahan dibiarkan kosong, dan sebagainya itu jangan tersinggung. Kita sama-sama saling mengingatkan dan saling membantu.”
HAL ini dikemukakan Pemimpin Bank NTT Cabang Kalabahi, Vinsensius R.Sulu saat tatap muka dengan kelompok tani di Desa Alor Kecil, Kecamatan Alor Barat Laut, usai bersama Bupati Alor, Drs.Amon Djobo,M.A.P., melakukan penanaman jagung pada lahan percontohan di Desa Alor Kecil, Senin (21/11/2022) silam. Sebagaimana pantauan alorpos.com, ketika itu Bupati Djobo dan Vinsen R.Sulu bersama ibu-ibu kelompok tani di Desa Alor Kecil menanam jagung di lahan percontohan, dalam program Tanam Jagung Panen Sapi.
Vinsen berbicara tentang konversi pangan, dimana pihaknya akan membantu proses pengolahan mulai dari aspek higienitas, cara membungkus atau packaging dengan kemasan yang bagus, cara timbang, dan menyediakan pasar digital. Menurut Vinsen, dalam radius 500 meter dari Kantor Bank NTT Cabang Kalabahi, harus punya rumah produksi.
“Tadi kita tanam (tanam jagung di kebun percontohan Desa Alor Kecil), pa bupati bilang begni, pa kepala, tolong bantu mama-mama yang mau simpan pinjam. Tugas bapak/mama sekarang itu kerja, simpan di Bank NTT dan pinjam di Bank NTT. Karena kami kasih kredit dari Rp 1 Juta – Rp 5 Juta itu tidak ada jaminan. Yang menjadi jaminan kita adalah harga diri kita orang Alor Kecil,”ujar sosok yang selalu memotivasi siapa saja yang ingin maju ini.
Ia mempersilahkan warga setempat untuk mengajukan pinjaman ke Bank NTT, dengan syarat, harus memastikan bahwa mereka punya tempat usaha seperti kebun milik sendiri, atau perahu/kapal ikan milik sendiri, sehingga berniat mengembangkan usaha tersebut. Karena itu Vinsen menghimbau agar masyarakat jangan menjual tanah tetapi diolah. Vinsen tak ingin lagi mendengar ada kelompok simpan pinjam, tetapi kelompok industri kreatif.
“Bapak/mama tidak usah lagi bentuk kelompok simpan pinjam karena bank sudah dekat. Yang mau kita bentuk adalah penguatan kapasitas kelompok, bagaimana kita punya komitmen pergi ke kebun pada jam enam pagi, dan seterusnya,”saran Vinsen.
Pinca Bank NTT Kalabahi yang suka makan nasi jagung ini mengkungkapkan bahwa dari hasil penelusurannya di pasar Kalabahi, ternyata beras jagung didatangkan dari Surabaya. Karena itu dia menghimbau para kepala desa harus berpikir agar Bumdes (Badan Usaha Milik Desa), harus juga bisa memproduksi dan menyediakan beras jagung. Vinsen memohon dukungan Camat dan Kepala Desa, agar dana desa itu sebagiannya dijadikan sebagai belanja modal untuk pengadaan alat yang bisa dipakai masyarakat untuk pengembangan usahanya.
Sebelumnya, Bupati Alor, Amon Djobo berharap agar Bank NTT bisa juga membantu masyarakat untuk pengadaan bibit tanaman, atau pupuk untuk mewujudkan program Alor Kenyang, serta mendukung program Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, yakni Tanam Jagung Panen Sapi. Djobo mencontohkan produksi jagung pipilan (jagung biji) di Kecamatan Pantar Tengah pada musim tanam 2021/2022 sebanyak 483 ton dan sempat dijual ke luar daerah. Diharapkan pada musim tanam 2022/2023, Pantar Tengah bisa menghasilkan 500 ton jagung pipilan. Karena itu bupati Djobo berharap agar Kecamatan Alor Barat Laut dan kecamatan lainnya juga dapat meningkatkan produksi jagung pada musim tanam 2022/2023.
Kepada pejabat dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Alor yang hadir, Tuti Serangmo, diharapkan bupati Djobo agar dapat membuat jadwal kegiatan kelompok tani yang ada untuk bekerja sama dengan Bank NTT Cabang Kalabahi, untuk menentukan mana yang layak untuk dibantu.
Akui Beras Jagung Didatangkan Dari Surabaya
Sementara itu, Tuti Serangmo dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Alor mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung apa yang disampaikan Pemimpin Bank NTT Cabang Kalabahi, untuk mensukseskan program Gubernur NTT, Tanam Jagung Panen Sapi. Tuti menilai untuk urusan tanam-menanam itu sudah biasa bagi para petani, sehingga yang menjadi fokus perhatian adalah pengolahan dan pemasaran.
“Kadang-kadang kita minta bapak/mama tanam jagung dalam jumlah yang banyak, nanti mereka balik bertanya, kalau kita tanam banyak nanti siapa yang beli, siapa yang ambil dari kita punya lokasi. Kadang-kadang bapak/mama sudah produksi dalam jumlah banyak, terus mau ambil ke kota untuk jual juga kesulitan. Jadi sekarang ada satu program yang namanya TJPS (Tanam Jagung Panen Sapi) yang memudahkan kita semua,”kata Tuti.
Kenapa memudahkan, jelas Tuti, karena jagung hasil produksi para petani akan langsung diserap oleh pembeli (offtaker) yang datang langsung ke lokasi milik para petani. Menurut Tuti, nanti semua petani jagung dalam satu kawasan, akan mengumpulkan hasil produksinya di satu titik untuk memudahkan pembeli yang mengambil dalam jumlah banyak. Meski demikian, Tuti sependapat dengan Pinca Bank NTT, Vinsen R.Sulu yang mengharapkan agar hasil panen jagung itu, selain langsung dijual, harus ada juga persediaan untuk stok pangan.
“Stok pangan itu untuk konsumsi kita sehari-hari, dan sebagian lagi buat pengolahan seperti yang tadi disampaikan bapa Pinca Bank NTT bahwa kita bisa buat jagung titi, keripik dan beras jagung,”tandas Tuti.
Menariknya, Tuti mengakui apa yang disampaikan Pinca Bank NTT Kalabahi, Vinsen R.Sulu bahwa beras jagung yang saat ini dijual di pasar-pasar di Kalabahi itu didatangkan dari Surabaya.
“Beras jagung yang beredar di Kalabahi memang datang dari Surabaya. Kita di sini (Alor) belum ada mesin produksi beras jagung. Mudah-mudahan dengan Bank NTT di sini (Alor Kecil), coba kita caritahu kira-kira harga berapa mesin produksi beras jagung itu, supaya bisa kita dapat dengan bantuan Bank NTT di Alor Kecil ini, dan kita operasikan di sini (Alor Kecil) untuk melayani kebutuhan beras jagung di Alor. Soalnya sekarang ini banyak orang yang makan nasi haris campur dengan beras jagung. Kebanyakan itu orang yang punya keluhan sakit gula dan sakit-sakit orang tua itu rata-rata harus maka nasi campur beras jagung,”tandas Tuti, sembari menambahkan bahwa, intinya saat ini para petani menanam dulu, sehingga kalau hasil panennya lebih maka sebagian dijual, sebagian untuk ketahanan pangan.
Kesempatan itu pula, Camat Alor Barat Laut, Marthin Depores Djeo,S.I.P dalam arahannya antara lain menegaskan bahwa apa yang disampaikan Pinca Bank NTT Kalabahi merupakan sebuah peluang bagi masyarakatnya. Yang namanya Kredit Merdeka dari Bank NTT itu sudah dimulai sejak awal tahun 2022. Syarat hanya dengan KTP suami istri, Kartu Keluarga sudah bisa ajukan pinjaman maksimal Rp 5 Juta, bunga 0 persen dengan jangka waktu pengembalian satu tahun.
“Nanti kita minta pihak bank agar tolong dampingi kita tentang bagaimana cara kelola uang pinjaman tersebut, karena kegagalan kita semua yang rata-rata usaha kecil adalah mengatur uang setelah menjual barang. Kita lebih banyak pakai uang hasil jualan dipakai untuk pesta,”tandas Marthin.
Akibatnya, lanjut dia, modal habis, uang juga habis. Karena itu Marthin meminta pihak bank agar bisa memberi pemahaman kepada masyarakat terkait pengelolaan keuangan yang benar, seperti berapa keuntungan yang ditabung, berapa yang diputar lagi untuk usaha, dan berapa yang bisa dipakai sehingga kredit itu ada hasilnya, termasuk untuk pengembalian kredit.
“Jangan karena kredit tanpa jaminan, tanpa bunga, lalu uang kredit yang katanya untuk beli pukat atau perbaiki bodi perahu, ternyata menuju pesta atau kirim anak sekolah. Untuk pesta boleh, kirim anak sekolah boleh, tetapi uangnya diputar dulu melalu usaha masing-masing,”himbau Marthin.
Lebih jauh Marthin sangat mengapresiasi Bank NTT yang siap mendukung juga sektor pariwisata di Alor Kecil, sehingga dia mengingatkan warga setempat bahwa nilai jual Alor Kecil itu adalah sepadan pantai dari ujung desa ke ujung desa. Karena itu Marthin memperingatkan agar jangan ada bangunan di sepanjang bibir pantai Alor Kecil. Ia menyarankan agar di sepanjang pantai itu dijadikan tempat terbuka untuk duduk-duduk santai, menikmati panorama yang indah, sambil menikmati kopi dan aneka pangan lokal yang dijajakan warga setempat.
“Silahkan bikin lantai, kemudian bahwa kursi, bangku dan meja, sediakan kopi dan aneka pangan lokal, maka orang-orang yang lewat akan mampir untuk bersantai sambil menikmati alam sekitar. Dan satu hal yang paling penting, tetap menjaga kebersihan pantai,”saran Marthin.
Sementara itu, Pasilog Kodim 1622 Alor, Kapten Inf.Semuel Ulle yang hadir pula dalam kegiatan ini mengatakan bahwa pihaknya selalu siaga untuk membantu melakukan pendampingan kepada para petani. Menurut Semuel pihaknya sudah punya pengelaman bagaimana mendampingi para petani di Lantoka-Alor Timur, maupun di Kamot dan Air Mancur di Kecamatan Alor Timur Laut. Ia menilai kehadiran Bank NTT merupakan sebuah nilai tambah yang besar bagi kita semua, tinggal bagaimana kita dan masyarakat menyikapinya secara baik.
“Fungsi kita sebagai aparat itu sama saja, kita hanya beda bilik, tetapi tujuan kita satu untuk kesejahteraan rakyat. Itu saja. Selama rakyat belum sejahtera, kita ini ada tetapi tiada,”tegas Semuel.
Pinca Bank NTT Kalabahi, Vinsen R.Sulu kemudian mengambil benang merah diskusi itu, dengan menyarankan Camat Alor Barat Laut, Marthin Depores Djeo agar kalau boleh menjadwalkan waktu di bulan Desember 2022, untuk mengundang para kepala desa dan para pengelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) di wilayah itu. Tujuannya, kata Vinsen, untuk berbicara selama kurang lebih satu jam tentang Reformasi Ketahanan Ekonomi di Alor Barat Laut.
“Yang kita mau bicarakan adalah pesiapan kecamatan kita menyikapi resesi ekonomi. Kemungkinan akan ada gejolak harga komoditas pangan. Kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) menyebabkan pasokan pangan dari satu tempat ke tempat lainnya itu tersendat. Itu sebabnya kita harus segera mengkonfersi jagung kita menjadi beras jagung. Ini salah satu agenda yang kita bicarakan nanti, bagaimana kita mengadakan mesin untuk memproduksi beras jagung. Apakah kita urunan dana dari setiap desa untuk beli bersama, atau caranya bagaimana nanti kita omong di pertemuan itu,”usul Vinsen.
Kedua, lanjut Vinsen, mengagendakan untuk mengundang seluruh pelaku pengusaha ekonomi kreatif, pelaku rekreatif, untuk menentukan kapan megundang pihak Kementrian Hukum dan HAM, agar membawa materi tentang, bagaimana mempersiapkan diri untuk mendapatkan ijin, baik itu ijin produksi maupun ijin edar. Sehingga, jelas Vinsen, ketika sudah memulai memproduksi berbagai jenis olahan pangan, maka itu sudah berjalan dengan standar produksi yang baku.
Vinsen juga mendukung himbaun Camat Abal, Marthin Depores Djeo, agar sepadan pantai (garis pantai) di Desa Alor Kecil itu tidak boleh dijual, karena yang mau dijual adalah pemandangan dan kulinernya.
“Betul yang dikatakan bapak camat. Kita belum seperti di tempat lain. Saya kasih satu contoh, di Papua kalau kita mau foto-foto dengan orang yang pakai koteka, maka setelah foto orang yang pakai koteka itu minta bayaran. Kita punya, saat ada orang minta foto bersama dengan yang memakai pakai adat dari kulit kayu, setelah itu hanya ucapkan terima kasih,”kata Vinsen.
Padahal untuk fotografer profesional, lanjut Vinsen, bisa menjual foto tersebut di luar negeri dengan harga yang bisa mencapai belasan juta rupiah.
Vinsen mengaku punya pegalaman sebagai seorang fotografer, dan dulu pernah menjual foto-foto hasil jepretannya. Salah satu hasil fotonya dengan obyek petani kopi di Bajawa, Kabupaten Ngada-Flores yang dipakai untuk Expo Kopi di Selandia Baru, dihargai sebesar Rp 15 Juta oleh Asosiasi Kopi. Vinsen juga mengisahkan pengalamannya saat berkunjung ke salah satu destinasi wisata di Australia sambil membawa kamera. Ternyata di pintu masuk, ia diperintahkan untuk melepas kameranya, karena kamera sudah disiapkan di dalam lokasi itu untuk foto-foto, lalu membayar. Vinsen mengisahkan ini, dengan harapan, sekaliwaktu bisa diterapkan di daerah ini. (ap/linuskia)