Bangun Jembatan Terpanjang di Alor ‘pakai’ Ritual Agar Tak Jatuh Korban

author
5 minutes, 59 seconds Read

“Sudah pernah terjadi di waktu lalu, saat pembuatan (pembangunan) Jembatan Irawuri ini, kalau tidak salah oleh Adhi Karya (PT.Adhy Karya), karena awalnya tidak dibuat ritual sehingga jatuh korban manusia”.

DEMIKIAN dikisahkan Yahya Molana dan Soleman Tangkomang selaku Tokoh Adat Tanglapui di Desa Maukuru, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Propinsi NTT, yang memimpin jalannya ritual, dimulainya pembangunan Jembatan Irawuri oleh PT.Pembangunan Perumahan (PT.PP), Senin (26/7/2021).
Pantauan alorpos.com, ritual adat Tanglapui itu dihadiri pula Bupati Alor, Drs.Amon Djobo, didampingi Kepala Bappelitbang Kabupaten Alor, Obeth Bolang,S.Sos dan Side Operational Manager (SOM) PT.Pembangunan Perumahan (PT.PP), I Gede Widiyarta Yana. Nampak hadir pula Sekretaris Camat Alor, Timur, Simon Lakamey,S.Sos dan Kepala Desa Maukuru, Markus Tangkomang bersama sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.
Seekor kambing jantan besar warna putih yang disiapkan sebagai hewan kurban dalam ritual tersebut, disembelih oleh Yahya Molana, didahului dengan pengucapan kata-kata adat sesuai tradisi budaya Tanglapui. Darah hewan kurban tercurah di tengah kali Irawuri. Bupati Alor, Amon Djobo, juga sesuai kearifan lokal, nampak berbicara kepada alam dan leluhur, agar pembangunan jembatan terpanjang di Kabupaten Alor itu, bisa dilaksanakan tanpa ada gangguan dan hambatan apapun.

Soleman Tangkomang (kiri) dan Yahya Molana yang memimpin upacara ritual pembangunan Jembatan Irawuri, Alor Timur, Senin (26/7/2021) kemarin

Yahya Molana dan Soleman Tangkomang kepada media ini mengatakan, bahasa daerah yang diucapkan dalam ritual itu, maknanya meminta arwah di alam sekitar agar tidak boleh membuat hambatan atau tantangan dan gangguan terhadap para tenaga kerja. Rupanya ritual itu dilakukan, karena para pekerja PT.Pembangunan Perumahan (PT.PP) mulai mengalami gangguan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Menurut Soleman Tangkomang, mungkin karena awalnya tidak dilakukan ritual terlebih dahulu, sehingga sering ada gangguan. Tetapi dengan permintaan adi melalui ritual, maka diyakini Tangkomang, tidak ada lagi gangguan arwah terhadap para pekerja sehingga pekerjaan akan berlangsung dengan aman dan sukses.
Diakui Tangkomang bahwa Irawuri merupakan salah satu tempat yang dianggap keramat atau menyeramkan karena sering ada gangguan bersifat mistik yang diyakini oleh arwah maupun kekuatan alam lainnya.
Tiang pondasi jembatan Irawuri yang baru berdiameter 3 M lebih sedang dikerjakan. Nampak pula jembatan lama yang rusak akibat bencana badai Seroja, siap dirobohkan

“Sudah pernah terjadi juga di waktu lalu, saat pembuatan (pembangunan) Jembatan Irawuri ini, kalau tidak salah oleh Adhi Karya (PT.Adhy Karya), karena awalnya tidak dibuat ritual sehingga manusia jatuh korban. Setelah ada jatuh korban nyawa (manusia) baru ada yang beritahu bahwa alangkahnya baiknya harus dibuat ritual. Jadi kami orang-orang tua datang seperti hari ini, baru sembelih kambing di mata air panas di bagian atas, kali Irawuri,”kisah Tangkomang.
Ditanya mengenai gangguan alam seperti apa yang sering muncul di Irawuri, Tangkomang mengatakan bahwa kemunculannya dalam berbagai bentuk.
“Wujud gangguan itu dalam berbagai bentuk, dan nanti ada hambatan-hambatan yang terjadi selama proses pekerjaan. Bahkan gangguan itu bisa muncul kecelakaan tak terduga yang mengakibatkan korban jiwa, dan segala macam. Tapi ritual sudah dilakukan ritual seperti ini, maka para pekerja tidak usah takut karena arwah leluhur, alam dan Tuhan melindungi,”tandas Soleman Tangkomang, dibenarkan Yahya Molana.
Mengenai arti atau nama Irawuri itu sendiri, Tangkomang menjelaskan bahwa tidak punya makna khusus. Ira, jelas dia, artinya Air, Wuri artinya Muara sehingga dapat diartikan sebagai Air Muara.
“Mungkin nenek moyang juga saat itu melihat semua sungai sekitar hanya bermuara satu saja di sini (di Irawuri) to,”tandas Tangkomang, seraya menambahkan, bahwa Irawuri masuk dalam wilayah suku besar Tanglapui, sehingga ritual yang baru saja dilakukan itu merupakan ritual adat Tanglapui.
Bupati Alor, Amon Djobo (tengah) didampingi Kepala Bappelitbang, Obeth Bolang dan SOM PT.PP, Widiyarta serta tokoh masyarakat dan pemerintah setempat di kolong jembatan Irawuri yang lama

Sementara itu, Bupati Alor, Amon Djobo dalam sambutannya meminta kepala desa, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, pemrintah kecamatan harus mendukung kegiatan pembangunan jembatan yang rusak akibat bencana alam badai Seroja pada awal April 2021 silam itu.
“Kami diundang untuk mengikuti ritual sebagai tanda dimulainya pembangunan Jembatan Irawuri, supaya rasa aman, teduh dan tentram dirasakan para pekerja yang datang dari luar daerah ini. Jembatan Irawuri ini merupakan jembatan paling panjang di Kabupaten Alor, sekitar 100 meter. Negara sudah bantu kita untuk membangunnya, maka kita semua memberi dukungan kepada para pekerja, baik pekerja dari luar daerah maupun pekerja lokal sehinga pekerjaan cepat selesai tepat waktu dan berkualitas,”tegas Djobo.
Material (batu, pasir, kerikil) yang ada, mantan Camat Alor Timur ini mengaku sudah memanggil dua kepala desa sekitar dan menyampaikan bahwa biar digunakan (oleh PT.PP) untuk membangun Jembatan Irawuri dan Jembatan Padang Panjang.
“Nanti kalau ada kebutuhan gereja atau kebutuhan umum lainnya, maka komunkasikan secara baik-baik dengan pihak perusahan,”himbau Djobo.
Disaksikan media ini, Side Operational Manager (SOM) PT.Pembangunan Perumahan (PT.PP) di Kabupaten Alor, I Gede Widiyarta Yana menjawab Bupati Alor, Amon Djobo mengatakan bahwa pihaknya juga melibatkan tenaga kerja lokal dalam pembangunan Jembatan Irawuri. Mengenai konstruksinya, Widi mengatakan pakai rangka besi baja yang dipesan dari PT.Bukaka Jakarta.
Diperkirakan Widi, rangka jembatan yang dipesan dari PT.Bukaka Jakarta itu akan tiba di Alor sekitar bulan September atau Oktober 2021.Meski begitu, dia optimis pekerjaan tersebut akan selesai tepat waktu di akhir November 2021 nanti. Karena menurut WidI, pemasangan besi rangka jembatan itu tidak lama, tidak sampai sebulan.
Saat ini, jelas pria asal Bali ini, pihaknya mengerjakan tiang-tiang penopang atau pangkuan jembatan. Sedangkan rangka jembatan Irawuri yang lama, akan dibongkar dan dikembalikan kepada Dinas PU Kabupaten Alor sebagai pemilik barang.
SOM PT.PP, Widiyarta (rompi biru hijau) bersalaman dengan Bupati Alor, Amon Djobo

“Minggu depan kami sudah mulai robohkan jembatan yang lama. Nanti rangka besinya kami kembalikan ke Dinas PU Kabupaten Alor,”tandas Widi, sembari mengaku selalu dipantau juga Kasatgas (Kepala Satuan Tugas) Penanganan Bencana Alam.
“Kasatgas Tahap Bencana ini selalu mendesak kami harus segerah melaksanakan pekerjaan. Setiap minggu sekali kami dimonitor,”jels Widi kepada bupati Djobo.
Sebagimana diwartakan media ini sebelumnya, jembatan Irawuri yang dibangun baru, dengan panjang bentangan 90 meter. Menurut Widi, panjang bentangan tersebut terdiri dari dua flat, masing-masing berukuran 45 meter. Sedangkan tiang pondasi jembatan, kata Widi berukuran besar, berdiameter sekitar 3 meter lebih, panjang jembatan 90-an meter, dan bentangan jembatan selebar 7 meter.
Di tempat yang sama, Sekretaris Camat (Sekcam) Alor Timur, Simon Lakamey,S.Sos kepada media ini mengaku siap melaksanakan perintah Bupati Alor, Amon Djobo untuk terus mengarahkan pemerintah desa dan masyarakat setempat agar turut menjaga keamanan dan kenyamanan para pekerja selama melaksanakan pembangunan Jembatan Irawuri dan Padang Panjang, maupun jenis pekerjaan lainnya yang rusak akibat bencana badai Seroja.
Kendaraan yang memuat penumpang menuju Alor Timur saat melintas di jalan darurat tengah kali Irawuri. Inzert: Kades Maukuru, Markus Tangkomang (kiri) dan Sekcam Alor Timur, Simon Lakamey

Hal senada dikemukan Kepala Desa
Maukuru, Kecamatan Alor Timur, Markus Tangkomang ketika menjawab media ini. Markus mengatakan bahwa pihaknya siap melaksanakan arahan dan perintah Bupati Alor, Amon Djobo, agar pekerjaan pembangunan Jembatan Irawuri berjalan lancar, berkualitas dan selesai tepat waktu.
“Kami pemerintah desa dan masyarakat di tempat ini tetap mendukung proses pembangunan jembatan ini sampai selesai. Komitmen pemerintah desa punya tanggungjawab sesuai arahan pa bupati. Material lokal seperti batu, pasir, kerikil digunakan semaksimal mungkin oleh pihak perusahan untuk membangun jembatan Irawuri,”ujar Markus Tangkomang. (ap/linuskia)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *