HASIL perlombaan pada Pagelaran Budaya Alor yang didukung Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia. telah diumumkan panitia pelaksana pada acara penutupan event ini, Kamis (30/9/2021) siang.
Ada dua kategori lomba dalam ajang yang dibuka Wakil Bupati Alor, Imran Duru,S.Pd.,M.Pd secara virtual, Selasa (28/9/2021), yakni Lomba Sastra Daerah dan Lomba Ritual Adat.
Sebagaimana hasil lomba yang dibacakan pemandu acara, Yosi Laka, Sanggar Lakatuli dari Desa Bampalola meraih Juara I Lomba Sastra Daerah, dan Sanggar Yar Goleng dari Desa Boweli, Kecamatan Pantar menyabet Juara I Lomba Ritual Adat.
Nama besar Sanggar Gapura dari kampung tradisional Takpala, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Propinsi NTT yang sudah mendunia, harus puas sebagai runner up atau Juara II Lomba Ritual Adat.
Nurdin Daka,S.Sos sebagai salah satu yuri dalam Pagelaran Budaya Alor Tahun 2021 menjawab media ini, Kamis (30/9/2021) mengatakan, bahwa hasil lomba diputuskan melalui sidang dewan yuri secara obyektif. Terkait Sanggar Gapura dari Kampung Tradisional Takpala yang sudah mendunia tetapi hanya menempati posisi runner up dalam Lomba Ritual Adat, Daka menegaskan bahwa ada banyak kriteria penilaian yang dilihat dewan yuri.

Daka mengakui nama besar kampung tradsional Takpala dengan segala kebudayaannya sudah mendunia, tetapi menurutnya sebuah perlombaan, ada banyak aspek yang dinilai. Sehingga, lanjut Daka, ada aspek tertentu yang lalai diperhatikan Sanggar Gapura dari Takpala.
“Penilaian sudah obyektif karena untuk lomba ritual adat, dari Sanggar Yar Goleng-Pantar tampil dengan kostum yang seragam dan rapih, alur cerita, penjiwaan, kesesuai gerak atau body language dan sebagainya lebih bagus sehingga mereka layak menjadi Juara I Lomba Ritual Adat. Sanggar dari Takpala itu walaupun nama besar, tetapi saat membawakan alur cerita agak kurang jelas, penjiwaan juga kurang menurut dewan yuri,”tegas Daka.
Ia menduga Sanggar Gapura dari Takpala kurang maksimal dalam mempersiapkan diri mengikuti pagelaran budaya ini sehingga kurang maksimal pula penampilan mereka di pentas kali ini.
Daka juga mengakui bahwa salah satu faktor penting yang juga dinilai yakni keterlibatan anak-anak muda dalam sanggar. Dan faktanya, Sanggar Yar Goleng dari Desa Boweli di Kecamatan Pantar didominasi oleh anak-anak muda setempat, ketimbang Sanggar Gapura dari Takpala yang rata-rata para orang tua.
“Regenerasi tidak nampak di Sanggar Gapura Takpala, sedangkan dari Sanggar Yar Goleng-Pantar itu hampir 95 persen anak-anak muda. Ini yang menjadi salah satu faktor penentu oleh Dewan Yuri yang memutuskan Juara I Lomba Ritual Adat adalah Sanggar Yar Goleng dari Boweli, Kecamatan Pantar,”tandas Daka.

Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Pagelaran Budaya Alor, Sariani Widya Hastuti kepada media ini mengatakan bahwa dia sangat percaya, dewan yuri telah bekerja professional dan obyektif dalam menilai.
“Saya tidak ikut campur dalam penilaian, karena saya sudah serahkan sepenuhnya kepada dewan yuri untuk menilai seobyektif mungkin sesuai penampilan para peserta,”kata Ani Widya Hastuti.
Menurut Ani, Dewan Yuri untuk Lomba Ritual Adat, yakni Ir.Yunus Adifa,M.Si., Abraham M.J.Panduwal,S.Hut., dan Musa Abdullah,M.Si. Sedangkan Dewan Yuri untuk Lomba Sastra Daerah yakni Mesak Tapua Blegur,S.Pi., Nurdin Daka,S.Sos dan Isak Bekata.

Dan hasil lengkap sesuai penilaian dewan yuri, yakni untuk Lomba Sastra Daerah, Juara III Sanggar Bang Towa dari Desa Kopidi, Kecamatan Kabola dengan jumlah nilai 995. Juara II diraih Sanggar Ekosari dari Desa Alor Kecil, Kecamatan Alor Barat Laut dengan jumlah nilai 1002, dan Juara I disabet Sanggar Lakatuli dari Desa Bampalola, Kecamatan Alor Barat Laut dengan jumlah nilai 1005.
Untuk Lomba Ritual Adat, Juara III Sanggar Kolwah dari Desa Waisika, Kecamatan Alor Timur Laut dengan jumlah nilai 990. Juara II Sanggar Gapura dari Kampung Tradisional Takpala, Kecamatan Alor Tengah Utara dengan jumlah nilai 1195. Juara I diraih Sanggar Yar Goleng dari Desa Boweli, Kecamatan Pantar dengan jumlah nilai 1200.

Para Juara mendapat piala serta uang tunai dan sertifikat yang diserahkan para Pejabat di Lingkung Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor. Selanjutnya, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor, Mesak T.Blegur,S.Pi menutup event tersebut.
Dalam sambutannya, Mesak menyampaikan apresiasi kepada sanggar-sanggar yang meraih juara dalam ajang Pagelaran Budaya Kabupaten Alor. Pagelaran budaya ini diselenggarakan berkat dukungan Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia ini.
Dukungan kementrian tersebut, karena proposal perorangan yang dibuat Sariani Widya Hastuti lolos seleksi dalam Program Fasilitasi Bidang Kebudayaan. Tujuan program ini, jelas Mesak, agar adanya pemajuan kebudayaan di daerah, dalam rangka mendukung pemajuan kebudayaan nasional. Sasaran utamanya bagi kaum milenial untuk melestarikan seni budaya kepada generasi muda.

Karena itu, Mesak berpesan kepada para pengurus sanggar budaya, agar ke depannya harus lebih banyak melibatkan generasi muda dalam mengikuti setiap event kebudayaan. Dalam perlombaan kali ini, kata Mesak, masih didominasi peserta orang-orang tua, kecuali Sanggar Yar Goleng dari Desa Boweli, Kecamatan Pantar yang sudah melibatkan anak-anak muda.
“Kali berikut, setiap sanggar, minimal 70 persen anggotanya yang tampil adalah anak-anak muda, sehingga tahun berikutnya lagi sudah 100 % anak muda yang tampil. Ini baru ada proses regenerasi dalam rangka pelestarian dan pemajuan budaya. Kalau orang tua yang tampil terus, maka budaya itu bisa hilang suatu saat nanti,”tandas Mesak Blegur, sembari menyampaikan terima kasih kepada semua peserta dan panitia pelaksana yang rata-rata anak muda dibawah kepemimpinan Sariani Widya Hastuti.
Menurut mantan Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Alor ini, bahwa ada banyak program kegiatan di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bagi anak-anak muda milenial. Ia mencontohkan, ada program budaya masuk sekolah, sehingga akan diupayakan tahun depan. (ap/linuskia)