alorpos.com__ASISTEN Administrasi Umum (Asisten III) pada Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Melkisedek Beli,S.Sos.,M.Si., mewakili Bupati Alor, Drs.Amon Djobo,M.A.P., untuk membuka kegiatan Pelatihan Pemasaran Digital, Branding Pemasaran dan Penjualan Pada Destnasi Wisata, Home Stay, Kuliner, Souvenir dan Photography pada 2-4 Agustus 2023 di Aula Hotel Pulo Alor Kalabahi.
Kegiatan ini dilaksanakan Dinas Pariwisata Kabupaten Alor yang saat ini dipimpin Ripka Jayati,S.Sos.,M.Si. Peserta pelatihan seanyak 40 orang dari berbagai latar belakang profesi sesuai materi pelatihan dimaksud.
Dalam sambutannya, Melki Beli mengemukaka bahwa berbicara tentang pemasaran digital melalui media sosial adalah sebuah keniscayaan.
“Artinya bahwa sekarang ini era digital. Semua kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang tua menjadikan media sosial sebagai alat komunikasi yang paling efektif. Orang mencari informasi dan berinteraksi dengan begitu cepat. Dalam sekejab saja, seseorang bisa menguasai dunia melalui media digital. Ada yang mengatakan, media sosial sebagai pintu gerbang ke berbagai tempat tanpa batasan waktu dan ruang. Kita duduk saat ini di Alor, bisa menikmati keindahan di Amerika, dan dimana-mana tempat,”kata Melki.
Lebih lanjut Melki mengemukakan bahwa di Indonesia ada 150 juta pengguna internet yang aktif meggunakan media sosial dengan durasi rata-rata tiga jam/hari. Hal ini diniliai Melki sangat menguntungkan bagi pasar atau marketing, khususnya industri pariwisata, untuk memberikan informasi, meningkatkan pengetahuan tentang potensi wisata yang ada di Kabupaten Alor.
‘Segala hal yang tersembunyi, potensi-potensi yang masih tersembunyi, sebenarnya bisa terexpose secara gampang, dimana kita berada. Karna media sosial merupakan alat yang sangat efektif untuk membantu memahami bagaimana kosumen atau para wisatawan, mengambil keputusan untuk menentukan lokasi liburannya dimana. Bagaimana saat-saat liburan dan kegiatannya seperti apa,”terang Melki.
Data menunjukkan bahwa, lanjut mantan Sekretaris Bappelitbang Kabupaten Alor ini, bahwa pengguna media sosial di Indonesia sangat tinggi, dengan angka pengguna lebih dari 86 persen populasi masyarakat Indonesia. Jadi total hampir 200-an juta penduduk Indonesia itu, 86 persennya menggunakan media sosial.
Diungkapkan Melki bahwa facebook menjadi media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia, disusul Youtube, Instagram, dan Twitter. Karena itu Indonesia ditetapkan menjadi pasar media sosial terbesar di dunia. Predikat ini dianggap Melki menjadi peluang besar bagi pengembangan sektor pariwisata di Indonesia, termasuk Kabupaten Alor.
“Kehadiran media-media sosial sebenarnya memberikan peluang yang sangat besar kepada sektor pariwisata. Karena itu, media sosial dan pariwisata merupakan hal yang selaras, atau linear dalam dunia saat ini,”ujar Melki.
Bagi Melki, untuk membantu mempromosian daerah dengan berbagai potensi pariwisata yang sangat beragam ini, melalui media-media sosial. Para wisatawan, lanjut Melki, akan mencari tahu terlebih dahulu destinasi wisata yang hendak mereka kunjungi. Sehingga menurutnya, salah satu solusi melalui media sosial, untuk menyampaikan informasi yang baik tentang destinasi-destinasi wisata. Informasi itu mencakup infrastrukturnya seperti apa, kulinernya seperti apa, penginapannya bagaimana, serta alternatif-alternatifnya bagaimana.
“Ini menjadi hal yang sangat diperlukan oleh para wisatawan, ketika hendak berkunjung, dia sudah tahu, o.. Alor itu tempat wisatanya ini.., makanannya ini.., jarak tempuh sekian dan sebagainya. Informasi ini bisa didapat melalui media sosial. Sebuah destinasi wisata terbaru dengan segala keunikannya bisa menjadi viral dalam jangka waktu satu hari saja melalui media sosial. Saat ini ada instagram, selebgram dan tiktok dengan jumlah follower yang mencapai jutaan orang. Ada juga traveller influnce yang dikagumi kaum milenial, karena memotovasi anak-anak muda untuk travelling secara bebas di mana-mana tempat,”tegas Melki.
Anak-anak muda bisa membangun citra suatu tempat wisata melalui konten-konten yang sangat kreatif dan unik sehingga membuat orang tertarik ke tempat tersebut. Karena itu, demikian Melki, media sosial dalam memarketing pariwisata adalah sebuah keharusan.
“Survey di Inggris, bahwa 40 persen kaum milenial di Inggris menentukan tempat untuk berwisata berdasarkan instagram yang dijadikan latar foto yang indah. 86 % kaum millenial dan jetset juga mengaku tertarik pada lokasi wisata tertentu setelah melihat konten-konten autentik yang dibuat pengguna media sosial.
Namun Melki juga megingatkan agar berhati-hati dalam bermedia sosial, karena secara psikologis muncul istilah yang disebut dengan FOMO (Fear Of Missing Out), dimana konten yang ditampilkan di media sosial ternyata tidak berbanding lurus dengan fakta di lapangan.
“Ini cukup bermasalah. Anda bayangkan saja, kita tampilkan foto yang sangat luar biasa, ternyata begitu orang datang, (obyek itu) bukan ada di Alor. Ini yang disebut dengan Fomo. Ini menyebabkan konsekuensi yang merusak waktu dan kondisi finansial seseorang. Bayangkan, orang sudah begitu kagum dengan konten-konten kita di media sosial, kemudian dia jalan dari Jakarta atau Amerika ke Alor, tentu dengan uang yang sudah begitu banyak keluar, sampai di Kalabahi, ternyata itu bukan berada di Alor. Itu bahaya sekali,”tandas Melki.
Fomo juga, lanjut Melki, merujuk pada ketidakpuasan orang secara psikologis, karena ulasan konten tidak realistis dan cendrung menyalahkan pihak lain, sehingga menimbulkan sikap ragu-ragu dari orang yang mau berkunjung.
“Gambarnya bagus, kontennya bagus, tetapi kebetulan ada jalan yang rusak, lalu ada narasi pemerintah bagaimana, pemerintah ada dimana, koq model begini. Padahal gambar/foto (yang dimunculkan) itu bagus sekali. Maka apa yang terjadi, orang yang mau berkunjung itu akan ragu-ragu, karena berpikir konten itu betul atau tidak,”tandas Melki.
Karena itu, lanjut dia, 40 peserta yang dilatih secara khusus oleh para narasumber yang luar biasa itu, dapat memanfaatkan media sosial untuk memasarkan berbagai potensi pariwisata di daerah ini, sehingga Pariwisata Kabupaten Alor semakin berkembang.
“Kami menyadari bahwa pemerintah tidak bisa kerja sendiri. Kerja-kerja model begini, pemerintah hanya sekedar merumuskan kebijakan. Yang lainnya dikelola dan dilakukan oleh teman-teman yang megikuti pelatihan, untuk memberikan dukungan besar kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan pariwisata. Kita harus akui bahwa sektor pariwisata masih menjadi pergumulan kita. Karena itu saya berharap, agar para peserta pelatihan ini, kemudian menggerakan geliat pariwisata Alor. Memberikan kontribusi bagi pengembangan pariwisata, dan merevitalisasi ekonomi di Kaupaten Alor,”pungkas Melki.
Sebelumnya, Ketua Panitia Kegiatan yang juga Kepala Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata, S.Sonisius Lutzina,S.ST.Par dalam lapaorannya mengatakan bahwa perkembangan teknologi informasi tidak dapat dihindari dan menarik bagi pelaku usaha pariwisata yang bisa ditampilkan di platform digital.
Salah satu manfaat digitalisasi dalam pariwisata, jelas Soni, adalah kemampuan untuk mempromosikan destinasi wisata, termasuk produk wisata pendukungnya yang tersembunyi, melalui platform digital. Dengan webiste pariwisata, aplikasi mobile, dan media sosial, demikian Soni, maka daerah-daerah terpencil dapat memperkenalkan daya tarik mereka kepada wisatawan potensial.
“Informasi tentang obyek wisata budaya lokal dengan kuliner khas dan kegiatan uniq, dapat dengan mudah diakses oleh wisatawan di seluruh dunia. Ini membuka peluang bagi daerah-daerah terpencil, untuk menarik minat wisatawan dan mengembangkan pariwisata lokal,”kata Soni.
Sarjana pariwisata ini berpendapat bahwa digitalisasi juga memungkinkan para pelaku pariwisata lokal untuk menjual produk dan layanan mereka secara online. Pedagang lokal, lanjut Soni, dapat menggunakan platform e-commerce (penjualan secara elektronik/online), untuk menjual kerajinan tangan khas daerah, makanan lokal atau pakaian tradisional.
Hal ini, ujar Soni, memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk membeli dan membawa pulang barang-barang uniq yang mewakili kebudayaan dan warisan daerah tersebut.
“Digitalisasi membantu mengembangan ekonomi lokal dan mempromosikan keberlanjutan pariwisata di daerah terpencil. Tantangan di era digitalisasi, yakni akses internet yang masih terbatas di beberapa daerah. Disamping itu kemampuan Sumber Daya Manusia yang terbatas, serta pengetahuan dan peralatan yang terbatas, sehingga belum dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal,”tandas Soni.
Maksud kegiatan tersebut untuk memberikan pemahaman dan peningkatan kapasitas kepada para pelaku usaha jasa pariwisata tentang tata cara merancang, mendesain sebuah tampilan produk digital usaha pariwisata yang digeluti, pada sebuah platform digital yang dapat menarik minat wisatawan atau pembeli.
Sedang tujuan pelatihan; 1) Mempromosikan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif Kabupaten Alor. 2) Meningkatkan sumber daya manusia pelaku usaha di bidang pariwisata. 3) Tersedia produk digital pelaku usaha pariwisata yang dapat ditampilkan di platform e-commerce. 4) Terwujudnya peningkatan ekonomi masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah.
40 peserta pelatihan dimaksud terdiri dari unsur Desa Wisata, Hotel, Home Stay, Usaha Perjalanan Wisata (Tour and Travel), Fotografer, Penjual Souveir, Art Shop, Operator Wisata, Sanggar Seni, dan Pengusaha Penyewaan Kendaraan Wisata.
Narasumber: Pertama, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Alor, Ripka Jayati,S.Sos.,M.Si., yang membawakan materi tentang Kebijakan dan Program Pengembangan Kepariwisataan Daerah Untuk Pemasaran Pariwisata Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Pemateri kedua, Akademisi Pariwisata dari Politeknik Negeri Kupang, Daniel Sili Bataona,S.Kom.,M.T., yang membawakan materi bertajuk Pemasaran Digital Dalam Memajukan Pariwisata Berdaya Saing. Daniel Bataona ini juga founder Aplikasi Pariwisata “Lalepak” dan bekerja sama dengan BOPLBF dalam pembuatan Aplikasi Mobile Pariwisata Desa Tematik.
Narasumber ketiga, Edri Sengaji, seorang praktisi dan founder eastnusatenggara.id yang membawakan materi tentang Bahasa Promosi Yang Efektif Dalam Promosi Digital. Pemateri keempat, Dani Pello,SE., dari Quick Photography Kupang, yang membawakan materi seputar Praktik membuat dan Menyajikan Foto Untuk Promosi Digital.
Kegiatan pelatihan ini dibiayai dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Pos Belanja Dinas Pariwisata Kabupaten Alor Tahun Anggaran 2023. (ap/linuskia)