17 Korban Bencana Alor Masih Hilang, Pencarian Berakhir 11 April

author
3 minutes, 2 seconds Read

17 korban bencana banjir, tanah longsor dan angin kencang di Kabupaten Alor-Propinsi Nusa Tenggara Timur masih hilang. Pencarian para korban itu akan berakhir pada hari Minggu, 11 April 2021.

HAL ini dikemukakan Bupati Alor, Drs.Amon Djobo menjawab alorpos.com usai melakukan Rapat Koordinasi dengan para camat se-Kabupaten Alor dan pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemkab Alor, Rabu (7/4/2021) malam di aula Rumah Jabatan Bupati Alor.Kesempatan itu, Djobo menyampaikan informasi terbaru (update) data mengenai korban jiwa yang sudah ditemukan dalam keadaan meninggal, dan yang masih dalam pencarian.
“Kemarin yang ditemukan meninggal 21 orang, yang masing dalam pencarian 20 orang. Hari ini (Rabu, 7/4), ditemukan lagi tiga orang dalam keadaan meninggal. Yaitu satu korban di (Lipang) Kecamatan Alor Timur Laut, satu di Malaipea, Kecamatan Alor Selatan dan satu korban lagi di Tamalabang, Kecamatan Pantar Timur. Berarti bahwa korban yang sudah ditemukan meninggal itu 24 orang, dan masih dalam pencarian sebanyak 17 orang,”ungkap Djobo.
Ditanya mengenai masa pencarian korban, bupati Djobo mengatakan masih terus dilakukan oleh Tim SAR bersama unsur TNI-Polri, PolPP, Tagana (Taruna Siaga Bencana) dan masyarakat setempat di daerah ini, hingga hari Sabtu (10/4/2021) mendatang.
“Pihak keluarga korban dan masyarakat sekitar yang masih mau terus mencari, silahkan mencari, tetapi dari sisi pemerintah, kita hentikan pencarian di hari Minggu (11/4/2021) nanti. Surat Keputusan mengenal dampak bencana ini sudah saya tanda tangani,”tandas mantan camat Alor Timur ini.
Bupati Djobo menekankan bahwa pemerintah daerah terus berupaya untuk menyelamatkan korban yang hilang, kemudian baru mulai mengatasi infrastruktur yang rusak. Bagi korban jiwa, kata Djobo, Pemkab Alor membantu peti jenasah dan biaya pemakaman. Sedangkan untuk rumah tangga yang benar-benar terkena bencana sehingga rumah tinggal rusak parah, maka pemerintah membantu beras.

Pimpinan OPD dan para Camat se-Kabupaten Alor sedang mendengar arahan Bupati Alor terkait pendataan dan penanganan korban bencana, Rabu (7/4) malam di Rujab Bupati.

“Saya sudah sampaikan kepada para kepala desa, lurah dan para camat, bahwa kita prioritaskan dulu rumah-rumah yang rusak berat atau rusak total sehingga tidak bisa ditinggali lagi, maka pemerintah daerah akan membantu biaya tinggal, sebelum bantuan dari pemerintah pusat turun untuk membangun kembali rumah yang rusak total tersebut,”tandas Djobo.
Menurutnya tidak usah dibuatkan tenda umum sebagai tempat pengungsian, tetapi bagi yang rumahnya rusak total atau hanyut, maka diberikan biaya kontrak rumah sebesar Rp 500.000 setiap bulan.
“Rp 500.000 per bulan untuk rumah tangga yang rumahnya rusak total ini, sampai dengan bantuan dari pemerintah pusat untuk rumah yang rusak berat maupun rusak ringan datang untuk pembangunan kembali rumah untuk ditempati,”ujar bupati Djobo.
Catatan media ini, di Kabupaten Alor, wilayah yang paling terkena dampak dan mengakibatkan banyak jatuh korban jiwa maupun yang masih dalam pencarian yakni di Desa Lipang, Kecamatan Alor Timur Laut dengan belasan korban jiwa , Di Desa Welai Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, di Maleipea Kecamatan Alor Selatan, di Tamakh, Kecamatan Pantar Tengah, dan di Tamalabang Kecamatan Pantar Timur juga banyak jatuh korban jiwa.
Plt. Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Alor, Kristina Beli,ST kepada alorpos.com, Selasa (6/4/2021) mengatakan, data sementara, rumah penduduk yang mengalami ruasa berat sebanyak 179 unit, rusak sedang 181 unit. Kerusakan jalan/jembatan, kata Kristina, masih sedang didata, karena banyak ruas jalan yang longsor dan rusak berat akibat banjir, serta banyak jembatan yang rusak berat atau putus sehingga akses jalan terputus.
Sementara itu, Kerusakan akibat abrasi pantai, ungkat Kristina terjadi pada 35 lokasi, abrasi kali di 30 lokasi dan kerusakan tembok penahan pada 35 lokasi. Sedangkan data sementara kerusakan tambatan perahu, lanjut Kristina, yang rusak berat 15 unit, rusak sedang 8 unit dan rusak ringan 6 unit. Sedangkan kerusakan bangunan dan fasilitas umum, ujar Kristina, yakni gedung sekolah, gedung gereja, Posyandu, Pasar, serta sarana umum lainnya. Sedangkan perahu motor yang rusak berat 3 unit dan rusak ringan 10 unit. (ap/tim-linuskia)

 

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *